Saturday, August 31, 2013

Published 6:18 AM by with 0 comment

Late Homesick

ISTANBUL DAY#20

Well, it's just kinda late homesick. I can't sleep in some days, maybe I miss my own bed.

I miss my mother, since she couldn't answer my videocall because of problem with her skype.

I miss my college, and wonder somehow I meet my college friends, doing the boring activity every single day together. And also sit in the class to be amazed with all the scientific things I love.

I miss you, since I realize that I always wait your message. I think we should see soon. I have so many things to tell you about and want to hear your story. I miss laughing with you.

Well, I will go home next week. I just have to survive until that day. But really I shouldn't miss anything here for a week. I will go around this city and doing something interesting of course.
Read More
      edit

Sunday, August 25, 2013

Published 5:24 PM by with 0 comment

I Feel Better #2



ISTANBUL DAY #15


It’s enough days to make this city as my hometown, right? I have 2 weeks more of staying in this beautiful city so I have to do everything that I can do.

Cerita di posting sebelumnya belum selesai kan ya? Begini kelanjutannya...

Chan tinggal di dormitory sama Cihad. Dormitory-nya luas sekali dan tak berpenghuni karena sedang liburan musim panas.

“Why don’t everyone stay here tonight?” tanya Chan.

Tapi Cihad semacam pura-pura ngak denger. Dia cuma teriak-teriak, “Whaat? I can’t hear you.”

Chan pun akhirnya mingkem. Dengan pasrah dia naik ke lantai 4 bersama Cihad dan terkesiap memandangi dormitory besar yang krik-krik itu. Semua lampu di dormitory itu otomatis. Nyalanya cuma waktu ada orang doang, termasuk di kamar mandi. Sensor lampu di kamar mandi letaknya agak di atas, jadi begitu Chan menunduk, lampunya mati. Suasana semakin horor ketika ada angin berhembus kuat lewat jendela kamar mandi. Dia pun melambaikan tangan dengan panik ke sensor untuk menyalakan lampu.

Kami yang mendengar cerita itu keesokan paginya ketawa ngakak sekaligus merasa bersalah kenapa cuma anak itu yang tinggal di dormitory.

Kemudian perjalanan berlanjut ke Izmir.

Ada yang sempat membuat syok ketika sampai di Bergama..

AKROPOLIS?
 Really? Akropolis bukannya di Yunani? Aku sudah sangat gembira mengira ini benar-benar Akropolis, salah satu tempat yang paling ingin aku kunjungi di dunia. Tapi belakangan ada yang bilang, Akropolis memang di Yunani, yang kita kunjungi ini namanya Bergama. Memang tempatnya mirip sama Akropolis, mungkin bagian dari Yunani Kuno juga.

ini kami di Bergama
Dan view dari atas bukit Bergama itu...

Subhanallah...
Kami sempat bikin video-video di tempat ini. So interesting.

Kami juga sempat makan siang di rumah temennya Cihad di tepi laut perbatasan Istanbul - Greece (Yunani). Di handphone temen-temenku ada message "welcome to Greece". Hahaha.

Malamnya kita menginap di hotel yang katanya anak-anak "normal hotel".

La Bella Hotel
Kami benar-benar termanjakan oleh fasilitas hotel yang oke punya. Late night cay, comfortable room, wifi *ini nih yang dirindukan anak-anak setelah 2 hari nggak bisa internetan. Paginya kita makan banyak macam makanan. Herannya, pengunjung hotel yang lokasinya entah dimana itu hanya rombongan kita.


Ah ya, lupa, ada peserta cilik yang ikut serta dalam rombongan ini, namanya Ibrahim. Dia ikut dengan alasan pengen belajar ngomong bahasa inggris sama kita-kita. Anak ini lucu, ngomongnya sepatah-sepatah. Apalagi sudah kebiasaan kami para delegasi minta ditranslate-kan sama teman Turki. Dia salah satu kandidat translater sebenarnya, tapi selalu bikin tambah nggak mudeng. Heehehe. Nggak apa-apa, anak usia 14 tahun berani praktek bahasa inggris langsung sama turis aja hebat sekali sudah.
Ibrahim

Tempat terakhir yang kami kunjungi adalah Efes. Ini juga sisa-sisa peradaban Yunani Kuno kalau nggak salah. Efes ini sangat luas, salah satu tempat yang paling besar adalah stadion gladiator. Dulu para gladiator diadu dan dipertontonkan di sini.

Efes


Setelah itu kami kembali ke Istanbul. We really miss Istanbul, as if it's our own hometown. Di titik inilah kami berkata "go home" yang refer to Istanbul.

Here we come back, Istanbul. Rombongan heterogen etnis yang seru ini akan menghabiskan sisa-sisa hari dengan menjelajahimu bersama-sama.
Read More
      edit

Wednesday, August 21, 2013

Published 2:53 AM by with 0 comment

I Feel Better

Istanbul Day #10

Okay, what's going on in my first week?

A lot of things happened!

I wanna try to write in Indonesian. I think there's something wrong in my brain. When I speak Indonesian too much, I can't find any English words, and when I speak English too much, it becomes so hard to speak Indonesian.

Minggu kemaren aku sama Tisa dapet jatah one-week off. Sebenarnya ini karena tempat prakteknya Tisa lagi pindahan makanya dia belum bisa praktek, dan SEO-ku bilang aku boleh libur juga nemenin Tisa. Yeyeye!

Minggu kemaren juga aku pertama kali bertemu dengan teman-teman SEP. Mmm, firstly, I'm very nervous. *it's honest, guys* Ini pertama kalinya aku menjajal kemampuan inggerisanku di negeri orang setelah sekian lama melupakannya. Dan ini adalah lingkungan baru yang sangat baru buatku. Orang-orang dari berbagai belahan dunia, yang terkadang menyebut namanya dengan benar saja aku tidak bisa, dan mungkin sama sekali tidak tau dimana posisi negara mereka di peta dunia. Mereka dari Taiwan, Malaysia, Serbia, Mesir dan beberapa tim SEP dari Turki. Ditambah lagi, mereka sudah pada akrab dan aku baru bergabung. Can you imagine? It's enough for me to be nervous. I'm not that brave anyway, I should confess it now. Jadilah aku seperti pengamat sejati di antara mereka.

"Okay, this is my first time. It's normal." batinku.

Tapi semuanya membaik ketika kami liburan weekend kemaren. Kami menjadi rombongan manusia berbagai etnis yang bersatu meninggalkan Istanbul demi mengambil kitab suci. Haha :p

Bye bye Istanbul!

Tujuan kami adalah Bursa - Manisa - Izmir. I didn't have any idea about those place even our Turkish friends tried to explain me something.


Three Destinations
PJ acara jalan-jalan ini adalah Cihad (baca : Jihad), teman Turkish kami yang terlihat senior. Ingat tokoh Farhan di film 3 Idiots? Nah, sekilas wajah Cihad mirip sama Farhan. Nanti Anda bisa memastikannya di foto.

Let's start with Bursa!

Sekitar 5 jam perjalanan darat dengan minibus dari Istanbul, kami tiba di Bursa. Kami mengunjungi banyak macam masjid di sana. Cami Ulul Jami', dan dua masjid lain yang aku lupa namanya. Setiap masjid menjadi saksi sejarah Islam di era Ottoman. Makam dari guru Sultan Ahmed, dan keluarga Celebi bisa kita temukan di sekitar masjid-masjid itu. So this is special for Muslim karena bisa sekalian ziarah.

Left to right : Mustafa, Ibrahim, Husna, Nigul, Chan, Biljana, Kubra, Chyntia, Tisa, Sevdenur, Sumeyye, Kubra *sorry I can't spell your name correctly, guys :(
 Itu foto di masjid pertama yang kami kunjungi di Bursa. Sangat sejuk dan indah. Sepertinya semua masjid di negara ini selalu dibuat seperti itu. Semua yang memasuki masjid harus menggunakan pakaian yang pantas. Jika tidak, orang-orang Turki tak segan mengingatkan.

Cihad, dengan koneksinya yang luas, selalu dapat memastikan kita mendapatkan tour-guide gratis. Entah itu temannya, entah itu hasil nguping dari tour-guide kelompok turis yang kebetulan melintas. Dan dia dengan senang hati men-translate ke bahasa Inggris. Kadang kami keterlaluan, Cihad sudah menjelaskan panjang lebar dan kami tidak mengerti dan tidak menunjukkan respon apapun. Ketika Cihad berlalu, baru kita ngomong satu sama lain, "I don't get it." dengan muka cengengesan.

Dan kita menyantap ini untuk makan siang....

Iskandar Kebap special from Bursa, yummy!
Aku dan Ammar berharap kita bisa menemukan Iskandar Kebap di negara kita masing-masing. 12 TL, mahal memang tapi saangaat lezat.

Kunjungan Bursa diakhiri dengan memandangi clock tower pertama di zaman Ottoman dan bendera Turki yang tiangnya tertinggi di seantero Turki. Setelah itu kami masuk minibus lagi dan pasrah saja dengan rencana Cihad karena dia tidak memberikan informasi apapun.

Manisa

Kami bangun dari tidur nyenyak di minibus sekitar pukul 11 malam dan baru menyadari bahwa ini bukan lagi Bursa, tapi kota lain yaitu Manisa. Jika ada yang melihat serombongan manusia berbagai etnis makan di restoran kecil di sudut jalan Manisa jam 11 malam, mungkin itu adalah kami. Rasanya ngantuk bercampur lapar itu... hmm, okay, just skip the dinner, kata Chan. Hahaha.

Our Late Dinner
Cihad adalah yang berbaju biru dan berkacamata. Bagaimana, mirip? :p

Setelah tertawa dan kenyang, tiba-tiba mobil menjemput dan hanya Husna, Kubra dan aku yang disuruh naik. Kata Kubra, aku dan dia akan nginep di sebuah flat malam ini.

"Whose flat?"

"Of course Turkish family's flat."

"Hah? You mean homestay?" aku membelalak. Sumpret, kagetnya pake banget. Tidak ada satupun yang bilang kalau kita homestay di Manisa. Aku pikir bakalan nginep di hotel biasa.

Aku dan Kubra diturunkan di depan apartemen dan dari lantai 4 ada keluarga kecil yang melambaikan tangan. That's our new family! Mereka benar-benar keluarga yang ramah. Begitu masuk flatnya, aku dan Kubra disambut salam cipika-cipiki hangat dari dua orang ibu-ibu dan tiga orang anak kecil.

Aku cuma bisa teriak-teriak ke Kubra, "What's the idea behind this all?"

Dan Kubra menjawab simpel, "Just trying to find somewhere to sleep."

Husna besoknya menjawab lebih simpel lagi, "Just because of Muslim family."


Aku merasa hangat di tengah-tengah keluarga kecil ini. Ibu yang ramah, tiga anaknya Zeynep, Meryama, Zehra. Meskipun aku ndak ngerti bahasa Turki sama sekali, aku tetap merasa nyaman. Mereka sudah menunggu dari jam 9, dan kami baru sampai sana jam 12 malam. Aku punya Kubra sebagai translater. Kata Kubra, mereka senang sekali aku bisa tinggal sama mereka :')

Kubra juga bilang Zeynep pengen coba-coba kemampuan bahasa inggrisnya, tapi satu-satunya yang dia bilang ke aku cuma, "How old are you?". Hahaha, okay keep trying dear.

Kita ngobrol sampai jam setengah dua, dengan ditemani puding enak saus jeruk, turkish delight, dan cay (teh) tentunya.
Behind (left to right) : Chyntia, Chyntia's Turkish mother, Zeynep | Front (left to right) : Zehra, Meryama

Ternyata semua ini adalah hasil kerja keras Cihad. Keluarga-keluarga yang menampung kami adalah kenalan dosennya Cihad. Dan orang yang mengantar-jemput kami dengan mobil adalah temen dosennya Cihad. Ckckck begitulah Cihad, mudah sekali menemukan koneksi.

Besoknya ketika kami semua berkumpul lagi di parkiran minibus, kami saling bercerita tentang keluarga baru kami dengan bangga. Semuanya, kecuali teman Taiwan kami, Chan. Dia satu-satunya yang tidak tinggal di rumah keluarga, tetapi di dormitory (asrama) sama Cihad. Dia punya cerita yang bikin kami semua ngakak tiada henti. Seperti apa ceritanya? Tunggu di posting selanjutnya yak!
Read More
      edit

Tuesday, August 13, 2013

Published 12:11 AM by with 0 comment

Tentang....

Tersebutlah sebuah cerita tentang seseorang... Anda tidak kenal dengan orang ini pun tidak apa-apa, karena tidak penting juga. Haha. Orang yang satu ini ada ada aja kerjaannya. Sometimes so unpredictable, and often surprise me...

Entah kenapa bisa kenal sama orang seperti dia. Yang jelas begitu kenal dia, dia langsung tercatat di list "si pembuat ketawa"-ku. Meskipun haseem banget kalau nge-bully, aku bahagia bisa membalas bullying :D Jadi list "bully-bully-an" ku yang hanya sedikit itu pun ikut bertambah.

Pantai Bentar

Accidentally, we went there : Pantai Bentar. Dan dia membuka sesi penggalauan di jembatan itu. Sial, padahal gueh baru sembuh dari galau. Hahaha. Di sini ketauan ternyata dia punya bakat terpendam : galau. (Peace, bro! Akuilah itu :p)

Dia selalu sirik sama poseku yang bagus-bagus. Mungkin karena fotonya ga pernah ada yang bagus kali'yaa :p Sejauh ini foto terbaiknya adalah saat dia nyapu balai desa.


Aaand, in July 27th... Taraaa... Tiba-tiba dia muncul bersama pasukan anak-anak kecil membawa kue tart ini - kue tart pertama setelah beberapa tahun aku nggak dapet kue tart di tanggal tersebut.


 It's a really really great birthday :') Tidak hanya itu, ada juga acara arak-arakan dan Tari Reog di hari yang sama. Hmmm, ada-ada aja kan. Ckckckck :)

Kita juga pernah jalan-jalan kuliner. (kiiitaaa?). Parkirnya di parkir tamu hotel di area kuliner itu, sholat magrib di rumah sakit (padahal di sana banyak masjid), lalu tarawih di masjid yang tarawihnya khatam juz 30 tapi kita walk out sebelum separuh.

Lalu yang terakhir ini... waktu aku di airport mau berangkat ke negeri orang, dia tiba-tiba menunjukkan kemunculannya lagi. Aku sudah feeling dia mau muncul, makanya harddisknya aku bawa mau aku kembalikan. Adegannya dramatis pula, kayak Rangga dan Cinta di film AADC -__- Aku sudah check in, dia datang, lalu aku buru-buru keluar security check demi ketemu dengannya yang sudah lari ngos-ngosan demi ngasihin ini :
his writing and my (and his) dream catcher

Wow, how sweet (bukan orangnya tapi ya, jangan ge-er). Dari dulu aku suka kalau ada yang nulis tentang aku.

Aku sudah tau sebelumnya kalau dia sering nulis dan terbiasa nulis. Jadii ini keren walaupun tulisannya kayak ceker ayam (lebih ceker ayam daripada tulisanku.red). Gara-gara ini aku cekikikan sekaligus terharu di airport dan di pesawat. Jadi ini bakat keduanya : menulis. Bakat ketiganya? Kepo! Tauk deh dia tau darimana tentang ini itu. Palingan ngepoin timeline facebook, iya nggak? :p

Nah itulah cerita tentang seseorang itu. Seseorang yang 'ajaib'. Seseorang yang selalu bawa-bawa 'Dekan Cup' kalau main poker, padahal kalahan. Seseorang yang bisa dengan bangga bilang "I am hot" di depan bule-bule di Bromo. Seseorang yang parkir di Alfamart dan belanja di Indomaret seberangnya. Seseorang yang sebenernya risk-taker tapi mungkin dia tidak menyadarinya. Entahlah ya, bagaimana bisa ada orang seajaib itu di dunia ini. Dan entah juga kenapa orang seajaib itu bisa ketemu sama aku :p
Read More
      edit

Monday, August 12, 2013

Published 12:12 PM by with 0 comment

6233 Miles


Istanbul Day #1

Good morning. It's now 7.35 a.m here, but looked like 5 a.m in Indonesia. So quiet. I have just waken up from my 15 hours sleeping *Oh My God, I'm sleeping beauty wanna be. And my partner, Tisa, is sleeping again after meals -_- We're so tired.

We arrived yesterday morning after a terrifying-amazing trip. Wuuh. And now we have pain in all over our bodies. We really really need 'tukang pijat' *.* Vildan picked us at airport, and we go to her flat by subway. After passed 10 subway station, we walked and walked and pulled our heavy suitcase. I think it's about 5 kilometers and the road is uphill.
the road we walk after subway station


And here, we stay with Vildan and her sister in their own flat. It's a beautiful flat. They tidy it up for us. Woow, so fine, aren't they? :')

And Vildan ask whether we wanna go to some tourism object after take a shower. And  I absolutely answered yes without remembering how tired my legs are. Hahahaha. She brought us to Istanbul University and a park that I can't spell it correctly. Everything in Istanbul is beautiful. It's really the best city ever. It's 6233 miles from home and I don't wanna go home too soon. Hahaha.

Here are some photos x)


step on singapore for a while x)

it's my favorite view : clouds in twilight. That's why I wanna be a pilot, be the witness of sky.
watching One Direction during flight :3

me and Vildan in subway
in bla bla bla park (I can't spell the name)

Read More
      edit

Friday, August 9, 2013

Published 9:44 AM by with 0 comment

Skenario


Skenario Allah itu indah sekali..

Pernah menyadarinya? :)

Ia membiarkanku bermimpi sedari dulu, dan aku menyusunnya dengan penuh semangat hingga berderet-deret entah berapa. Aku selalu diajarkan untuk percaya, dan menjadi pemimpi paling handal yang pernah ada. Imajinasi liar berkonsiliasi denganku membentuk angan, lalu aku berserah. Dalam doaku selalu terjadi serah-terima angan-impian dengan-Nya. Kuletakkan di pangkuan-Nya, dan terkadang ku lupakan.

Waktu bertumbuh, semesta pun bergerak. Aku hanyalah sebutir partikel di antara semesta-Nya. Aku sadar itu. Aku juga sadar bahwa impianku begitu besar hingga sulit mengangkatnya dengan kedua tanganku; begitu tinggi hingga untuk melihatnya aku harus mendongak. Tangan ini terlalu kecil untuk meraihnya. Tubuh ini terlalu ringkih untuk menopangnya. Kaki ini terlalu lemah untuk melompat menggapainya. Jadilah aku hanya terdiam tak berdaya.

Awalnya masih berkeras : itu sudah terlanjur jadi impianku, aku harus mendapatkannya. Namun pada akhirnya aku ingat bahwa aku telah menyerahkannya pada Yang Maha Besar. Aku sudah bilang angan-impian itu untuk-Nya, maka terserah mau diapakan.

Ya sudah, mau bagaimana lagi?

Aku menghitung hingga tiba waktu yang tepat untuk menyerah. Menyerah, untuk tidak ingin dikatakan gagal.

Aku ingat, saat itu aku menangis dalam sujud, tetap berkata bahwa aku mempercayakan semua kepada-Nya. Impian itu sudah semakin tinggi, semakin tak teraih bagiku. Aku tak menemukan penghiburan selain kata menyerah yang menghantui. Sudahlah. Aku sudah melepaskannya. Aku tidak memintanya kembali, hanya meminta ‘ikhlas’ sebagai pengganti…

Ikhlas : Sudah, Allah, sekarang aku menurut dengan skenario-Mu. Biarkan impian itu tak teraih bagiku. Satu-satunya yang kupercaya tetaplah Engkau.

Berikutnya langit selalu mendung.

Mendung..

Dan hujan..

Aku berbaur di rintik hujan tanpa berani mendongak lagi..

Begitulah. Dramatis. Lalu penyelesaiannya?

Ada suasana seperti peristiwa kemunculan pelangi setengah lingkaran raksasa setelah hujan, atau seperti kunang-kunang yang melintas di tengah kegelapan. Seperti itulah yang ingin diberikan-Nya padaku : kejutan. Tak disangka-sangka. Membuatku kembali menangis dalam sujud, menyatakan betapa takjub diri ini atas pelanginya, kunang-kunangnya. Juga rasa terima kasih yang tiada habisnya. Dikembalikan-Nya impian itu padaku, bukan lagi dalam angan, tapi sungguh nyata, yang bagiku menjadi suatu bukti kebesaran dan cinta-Nya.

Sungguh, skenario Allah itu indaaah sekali...

Kau harus menyadari itu :’)
Read More
      edit

Saturday, August 3, 2013

Published 11:25 PM by with 0 comment

Sejak Bulan dan Bintang Menatap Kita

Malam semakin larut. Di luar jendela segalanya hitam tak bercela. Hingga nanti mentari terbit, alam tetap akan konstan begini. Membuat hati menerka kegelapan. Naungan bintang-bintang tak sanggup lama ku tatap. Aku bukan lagi seorang yang suka menatap bintang dan berbaur di kegelapan. Aku lebih suka duduk dengan segelas susu hangat di balik jendela, membiarkan bintang dan bulan menatapku, mencari perhatian. Lalu kulihat sesosok makhluk menatapku dengan tatapan seindah bintang dan bulan, juga mencari perhatian. Untuknya aku menggeser tempat dudukku, memberinya ruang untuk berbicara, dan ku dengar. Lalu kita tertawa lepas hingga bintang dan bulan saling bertatap iri. Sulit sekali menyatakan rasanya. Yang jelas susu vanilla yang ku minum menjadi lebih manis dan kantukku tak lagi ku cari. Semoga segelas kopi yang diseduhnya juga menjadi lebih nikmat. Aku tak perlu lama mengenalnya, juga tak pernah menyesal mengenalnya.

"Aku masih seegois aku - entah bagaimana denganmu. Tapi aku rela meruntuhkannya untuk memberi ruang untukmu, untuk tetap mendengarmu, menatapmu, tertawa bersamamu. Bahkan mungkin kau ajak bersedih pun aku akan tetap bilang mau. Begitu saja. Dan sejak saat itu juga aku takut kehilanganmu, takut kau lupakan aku, takut kau pergi dari ruang yang telah ku beri. Kau, sahabatku, sejak bulan dan bintang menatap kita hingga selamanya." :)
Read More
      edit

Friday, August 2, 2013

Published 10:46 PM by with 0 comment

Ini KKN-ku :)



Aku ingin menceritakan semuanya. SEMUANYA! SEMUA tentang hidupku yang ajaib dan menakjubkan ini.

Masa KKN (Kuliah Kerja Nyata.red)-ku iiiiindaaaah sekali :D Sulit menggambarkan betapa indahnya, tapi aku ingin semua orang mengerti seindah apa itu.

Berawal dari pembagian kelompok dan pindah-pindah kelompok yang cukup berprahara buat cewek imut ini (hehe), akhirnya Allah memutuskan untuk menitipkan aku di desa Jrebeng, kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo bersama 9 orang lainnya. Begitu berangkat ke tempat KKN sudah seneng banget rasanya. Aku sampai meloncat-loncat kegirangan, “Let’s escape from Surabaya!!!” Iya, aku lagi jenuuuuh sekali dengan Surabaya dan apa-apa yang terjadi di sekitarku saat itu. Meskipun membawa beban yang berasa kayak batu pengganjal pintu kamarku, aku akhirnya pergi juga dari kota kelahiran menuju tempat yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya.

Daan jadilah kami sebuah pasukan yang tinggal di rumah keluarga Pak Imam yang baik hati. Segalanya berjalan lurus dan sedikit meliuk-liuk, tapi apapun itu selalu bisa dimaklumi, kan kita berasal dari fakultas yang berbeda-beda. Jaim-jaiman di awal itu biasa. Begitu masuk minggu kedua, mulai keliatan aslinya semua. Sepuluh orang sableng itu adalah Faisal, Harris, mas Adi, Dinda, Lintang, Dewi, Chikara, Tarina, Gracia, Chyntia. Yang disebutin terakhir itu adalah korban tetap bully-an di kelompok, dan sepertinya adaa aja kasus aneh yang menimpanya selama masa KKN. Hahaha.

Sementara yang lain masih suka ngeluh-ngeluh kangen rumah, nggak betah dan sejenisnya, aku sudah feel homey banget. Suasananya enak sih, seenak nasi jagungnya Bu Imam. Di depan rumah ada ladang jagung, di samping rumah ada ayam, di belakang ada peternakan burung puyuh. Biyuuh, ini nih baru desa. Aku sering ngeksis di dapur bersama Bu Imam kalau pas nggak ada kegiatan, sementara yang lain asyik main game, tidur, dan lain-lain. Pokoknya aku harus memanfaatkan masa-masa KKN ini sebaik-baiknya, melakukan hal-hal yang seru yang nggak pernah aku lakukan di ‘kehidupan nyata’, begitu niatku.

Seiring berjalan waktu, kita sudah berubah status menjadi keluarga kecil. Kita semakin berisik. Rumah semakin berantakan. Baju kotor semakin menumpuk. Tawa dan canda tak henti-henti. Masakan Bu Imam semakin enak. Dan kita melakukan semuanya bersama sejak bangun tidur, buka puasa, sahur, sholat, ngaji, bikin mi, nonton film, proker, hingga tidur lagi. Ooooh what a life! Seiring berjalan waktu juga, mas Adi semakin pintar ngebully, aku cuma bisa meringis dan teriak-teriak jengkel kalau dibully, Faisal semakin sering bilang ‘kiiiitaaa?’ dengan nada menyebalkan, Harris semakin ahli masang LCD buat nonton bareng dan menularkan kebiasaan buruk buang sampah di bawah kursi, Tarina semakin malas mandi padahal dulunya rajin, Dinda sering bersih-bersih rumah, Chikara masih terus saja nge-game, dan lain-lain, banyak sekali kalau disebutkan semua. Aku juga semakin sering masak apapun yang bisa dimasak buat mereka, sering juga menerima pesanan dari mereka. Bikin omelet, mie instan, pancake, jamur crispy. Sudah macam warung saja. Aku yang pada dasarnya nggak bisa diam ya seneng-seneng aja, bikin rusuh dapurnya Bu Imam.

Proker-proker kita berjalan dengan penuh improvisasi di bawah komando pak ketua kita, Faisal, yang kalau habis sahur sering bermetamorfosis menjadi Ijah yang rajin mencuci piring :p Di sini poin penting yang bisa kita pelajari : improvisasi, yang kemudian diklaim menjadi keahlian kita. Segala keterbatasan tidak akan membatasi kita mencapai keberhasilan, bukan? x)

Oya, kelompok KKN Jrebeng ini punya pasukan khusus beranggotakan anak-anak kecil yang tiap hari ikutan nongkrong di rumah Bu Imam. Mereka ini meskipun kadang nakal, tapi berguna banyak untuk kita. Yang kelas 6, adalah murid-muridku di sana. Tiap sore selalu berisik nyariin kak Chyntia, minta diajarin ini itu. Bersama mereka, kita belajar berbagi apapun yang bisa kita bagi. Mereka suka berbagi sepikan. Aku dapet banyak sepikan keren dari mereka, kayak gini nih :

Ikan Hiu bergoyang-goyang. I love you sayang.

Dulu delman, sekarang dokar. Dulu teman, sekarang pacar.

Kak, daripada main hp, mending main hatiku.

Dasar, anak-anak jaman sekarang mainnya sepik-sepikan -__-

Pasukan anak-anak kecil ini bikin kehidupan di rumah Bu Imam semakin berisik. Awalnya kakak-kakaknya (kami.red) suka sebel sama mereka, tapi lama-lama jadi sayang juga. Sudah kayak adek-adek sendiri.

Di sana juga, aku merayakan ulang tahun ke 20 paling berkesan di dunia. Waktu itu, kita lagi ada proker pembagian baju bekas layak pakai di balai desa, trus tiba-tiba pasukan anak-anak kecil dipimpin oleh pak ketua kita datang membawa kue tart dengan lilin angka 20. Ckckck, how sweet that I could die. Tapi angka 2-nya janggal, nggak ada sumbunya. Dan kemudian aku baru nyadar kalau itu sebenarnya angka 5 yang dibalik. Tusuk giginya nemu pula. Benar-benar improvisasi yang kreatif -__- Lalu ada lagi yang lebih heboh, keliling desa naik mobil pickup sama anak-anak kecil itu sampai pasar. Mereka heboh nyanyi-nyanyi dan ngelempar petasan. Sungguh, baru kali itu aku ngerasain naik bak belakang pick up rame-rame malem-malem. Pulangnya, mereka nari Reog di halaman rumah Pak Imam. Aku sempat jadi sasaran empuk colek-colekan krim kue tart sampai lantai rumah lengket semua. Nggak cuma aku aja sih, semua ikutan kena. Gara-gara itu aku langsung mandi deh malem-malem. Trus habis itu, pas sudah mau bobok cantik, grup Kece datang, bawa kue tart juga. Kali ini angka 2 nya benar-benar angka 2.

Belum lagi acara jalan-jalannya! Aku sempat motoran ke Sukapura, kecamatan yang paling dekat dengan gunung Bromo. Awalnya mau sowan ke desanya mamah Anggi, tapi dimarahin nggak boleh kesana karena jalannya bahaya. Eh tapi habis itu malah ke desanya Utari yang jauh lebih menanjak lagi. Hehehe. Di sanalah aku dan Tarina menemukan jamur kancing yang gede-gede dan enaaak (jadi laper). Trus kalau ke kota sih sudah beberapa kali. Ke kantor BLH, ke Giant, ke alun-alun. Pernah juga ke pantai Bentar. Ke Madakaripura sama grup Kece juga pernah. Trus terakhirnya kami sekelompok jalan-jalan ke Penanjakan dan Madakaripura. Yeee :D *goyang-goyangkan tangan di udara.

Dan masih banyak lagi cerita selama KKN yang singkat itu. Di sana aku menemukan liburan, pengalaman, keluarga baru. Eh iya, ada yang ngasih pantun gini : Dulu delman, sekarang pesawat. Dulu teman, sekarang sahabat x) Iddiiih!

Desa itu berasa desaku sendiri. Aku pasti merindukannya. Aku ingin mengunjunginya suatu saat nanti. Ketika anak-anak bandel itu sudah besar. Ketika segala fasilitas di sana sudah semakin baik. Ketika sungai tempat kami bermain masih sama indahnya seperti sekarang.

Semoga kelompok KKN berikutnya, yang entah siapa, bisa merasakan kebahagiaan dan rasa diterima yang sama di desa ini. Semoga yang kami lakukan untuk desa ini, meskipun sedikit, bisa jadi stimulus perbaikan ke depannya. Semoga.

Terima kasih, KKN. Terima kasih, Jrebeng. :)


Read More
      edit