Tuesday, January 27, 2015

Published 12:44 PM by with 0 comment

Aku

Aku pernah menjadi orang paling positif, dan pernah juga menjadi orang paling negatif yang pernah ada. Bisa dibilang aku sedang berada di tahap kegalauan super anak usia dua-puluhan, dan itu melelahkan. Lelah menyatukan hati dan pikiran. Lelah mempertahankan impian dan memandang realitas. Lelah sekali, Ya Allah.

Aku terbiasa bermimpi. Bagiku satu impian yang terwujud merupakan energi untuk impian lainnya. Meskipun berulang kali gagal, sama sekali aku tak gentar. Itu dulu, ketika aku menjadi orang paling positif yang pernah ada.

Sekarang aku masih terbiasa bermimpi, tapi ada makhluk lain berkedok realita yang menggangguku. Itu membuatku menjadi orang paling negatif yang pernah ada. Aku tak lebih dari seorang pengecut yang bersembunyi dari apa yang seharusnya kuhadapi. Aku tak mampu lagi berdiri diterpa kegagalan.

Bahkan aku berani menyatakan betapa tak sanggupnya diriku.

Mungkin aku menjadi orang paling negatif yang pernah ada.

Dan aku benci mengakuinya. Rasanya seperti kehilangan segalanya ketika mengakui itu.

Bantu aku untuk bangkit, Ya Allah :')

Read More
      edit

Thursday, January 22, 2015

Published 12:06 AM by with 0 comment

Rush Hour (Lagi) #Latepost

Aku terpaksa mengambil langkah seribu ke kampus pagi ini karena laporan PKP BPOM yang aku kumpulkan ke Pak Ras ternyata ada kesalahan fatal. Lebih fatal lagi karena laporan itu akan menjadi bahan ujian sidang hari Sabtu besok, dan yang paling fatal adalah karena pengujiku orang BPOM.

Sebagai profesional dalam bidang the power of kepepet, aku masih bisa bangun jam 8 pagi sambil mulet-mulet padahal Pak Ras sudah mengultimatum laporan itu akan dibagikan ke penguji jam 9 pagi. Malah temanku keliatan lumayan panik karena belum sempat melongok ke Pak Ras untuk menanyakan apakah aku boleh mengambil laporan yang salah itu. Sekilas kulihat beberapa grup whatsapp dia nanyain “ada yang di kampus?”, padahal yang harusnya butuh nanya masih belum bangkit dari kasur (kalo dia baca, pasti gueh dijitak nih).

Jam sembilan kurang seperempat aku sudah berdiri di depan Pak Ras, merayu memohon agar laporanku bisa diganti. Akhirnya laporan itu meluncur ke tanganku dan langsung aku membawanya ke fotokopian di jalan Dharmawangsa untuk dirombak. Mas fotokopian pun tergopoh-gopoh melaksanakan perintah sang customer. Udah gitu, customernya ngutang pula. Hahaha. Parah, nak.

Dan kalau boleh diakui, rasanya puas sekali begitu berhasil nyamperin Pak Ras lagi pukul sembilan lebih lima menit. Saat itu hampir semua laporan seangkatan sudah dibendel. Makasih ya, Pak Ras. Makasih juga mas fotokopian (besok aku bayar hutangnya). Hehehe.

nb. judul asli dari artikel ini adalah Pak Ras Hour, tapi akhirnya diganti karena takut kalau ketauan bisa berabe waktu sidang. Ampuun.
Read More
      edit