Tuesday, September 22, 2015

Published 11:58 PM by with 0 comment

Meretas Waktu : Sumpah Apoteker

Yang terhormat bapak dan ibu dosen. Dan teman-teman seperjuangan yang sekarang sudah menjadi sejawat.

Setelah sekian lama dan berulang kali menulis surat untuk urusan kepanitiaan dan organisasi, pada kesempatan ini saya ingin menulis surat yang berbeda.

Hari ini saya bagai meretas waktu. Lima tahun bukan waktu yang sebentar, tapi rasanya berlalu terlalu cepat. Jika boleh meretas waktu kembali, saya ingin bilang bahwa saya belum ingin pergi.

Hati ini sudah tak menentu sejak beberapa hari yang lalu. Berkecamuk tak terjelaskan. Senang, sedih, haru, ingin tersenyum, ingin menangis, lelah, mengantuk. Tapi entah kenapa air mata begitu mahalnya.

Sesungguhnya saya belum menemukan tempat lain yang sebaik kampus. Tempat dimana ketenangan dan keramaian dapat ditemukan di berbagai sudutnya, dan bisa dipilih. Tempat dimana setiap jerih payah dapat membangun kekuatan. Tempat dimana pelajaran demi pelajaran diungkap baik di dalam maupun di luar kelas.

Saya menyukai kehidupan perkuliahan. Segala yang ada di dalamnya, meski tak sempurna, tak pernah membuat saya jengah dan ingin pergi. Saya mencintai ilmu pengetahuan. Mendapatkannya adalah penghargaan dan pembuktian bagi kejernihan kalbu.

Menjadi mahasiswa farmasi bukan sesuatu yang mudah bagi saya. Ada kalanya ingin menyerah. Tapi apa yang disebut orang dengan passion menjadi alasan untuk tak berhenti. Tak usah dipungkiri, saya pernah berkeluh kesah ketika merasa tugas kuliah dan praktikum tak ada ujungnya. Dan tak perlu merutuki diri ketika nilai ujian naik turun tidak karuan. Bagaimanapun saya hanyalah mahasiswa biasa.

Saya berawal dari mahasiswa baru dengan semangat belajar besar, yang kemudian menikmati pertemuan demi pertemuan di ruang kuliah, laboratorium dan meja rapat. Seringkali hari-hari saya di kampus berakhir setelah menyelesaikan rapat dan bulan sudah terang. Akhir minggu yang benar-benar kosong menjadi sesuatu yang hampir mustahil bagi saya. Pada semua itu, ada canda tawa teman-teman yang menyenangkan. Dan saya mensyukurinya.

Maka inilah saya sekarang. Berdiri berjajar dengan rekan-rekan sejawat apoteker baru. Menatap haru ibu saya yang duduk di barisan orang tua, juga berharap ayah saya bisa tersenyum bangga dari surga. Hari ini saya bagai meretas waktu. Rasanya baru saja kemarin bercerita kepada ibu tentang kuliah-kuliah yang rumit dan menyenangkan. Rasanya baru saja kemarin beliau menelepon berkali-kali karena anaknya belum pulang dari kampus hingga larut.

Mengucap sumpah dengan awalan “Demi Allah” bukan sesuatu yang ringan, dan akan dipertanggungjawabkan saat hisab nanti. Amanah ini akan dipegang seumur hidup. Meskipun belum ingin meninggalkan kampus, saya harus tetap keluar. Bagi mereka, saya dan rekan-rekan telah siap menjadi apoteker. Kampus tidak mengusir saya, tapi memang sudah saatnya saya pergi. Hingga nanti saya berkesempatan untuk kembali lagi.

Allah telah membawa saya ke titik ini. Syukur tak terhingga terhaturkan kepadaNya atas nikmat yang tak ternilai. Sungguh tiada daya dan upaya tanpa pertolongan dariNya.

Terima kasih saya sampaikan kepada ibu saya tercinta, yang tak pernah lelah mendukung dan mencintai saya hingga kapanpun. Kepada dosen dan pembimbing yang menjawab setiap keingintahuan saya dengan bijak. Kepada sahabat-sahabat yang mewarnai kehidupan saya. Kepada rekan-rekan sejawat yang berjuang bersama selama ini. Dan kepada semua pihak yang tak dapat saya sebutkan satu persatu.

Hari ini saya bagai meretas waktu. Meretas lima tahun yang berharga dan akan selalu terkenang hingga nanti-nanti.

Mohon doanya agar apoteker baru ini dapat mengemban amanah sebaik mungkin. Demi Allah, bangsa dan almamater.

Chyntia Tresna Nastiti, S.Farm., Apt.
Yang baru saja diambil sumpahnya.


Read More
      edit