Saturday, February 18, 2017

Published 9:16 AM by with 0 comment

Khitbah Moment



Aku masih ingat malam itu. Bau tanah menyergap seusai hujan. Satu-dua rintik lembut berpendar cahaya dari lampu di jalan. Di ruang tamu yang berkesan hangat karena cahaya lampu temaram, kau duduk tenang di sana. Rambutmu basah terkena hujan. Lengan panjang kemejamu terkancing rapi. Raut wajahmu sedikit tegang namun sorot matamu tenang. Kali itu kau datang seorang diri, berbekal doa restu dari ibumu, untuk berhadapan dengan waliku.

“Begini yangkung, saya dan keluarga berencana datang ke rumah Tia dengan niat ingin meminta Tia.”

Aku menguping sedikit dari balik selambu. Jantungku berdegup kencang.

“Sepertinya Tia masih ingin sekolah lagi, mas.” kata Yangkung.

“Saya akan mengizinkannya. Setelah menikah nanti saya akan mendukungnya untuk kuliah lagi.”

Lalu majelis di ruang tamu itu semakin damai dan hangat.

“Dia yang pertama buat saya, yangkung, dan insyaallah yang terakhir.”

Aku berkaca-kaca mendengarnya. Pun, ketika menuliskan ini. Tak sanggup air mata haru ini tertahan lagi.
Saat itu aku yakin, aku adalah wanita paling bahagia kedua di dunia. Yang pertama adalah aku yang menikah denganmu nanti. Dan aku akan segera menjadi wanita paling bahagia nomor satu di dunia :’)

Aku kehabisan cara mengungkapkan terima kasih kepadamu. Atas istikharah yang tersebutkan namaku. Atas doa-doa yang kau panjatkan di sepertiga malammu. Atas ketulusan dan pengorbananmu. Atas segala usahamu membahagiakanku. Atas seluruh sisa hidupmu yang akan kau habiskan bersamaku.

Sudah siap, mas? ;)
Read More
      edit