Saturday, March 22, 2014

Published 12:13 AM by with 0 comment

Galau Semester Tujuh



Jadi begini masalahnya :

Chyntia sudah 20 tahun, semester tujuh dan tahun depan kuliah profesi dan akan segera punya last name baru : S.Farm, Apt (aamin).. satu tahun itu cepat. Nanti pasti muncul kata-kata ‘wah, nggak kerasa ya’, seperti yang sudah-sudah. Ibaratnya kalau main minion rush, minion-nya sudah hampir sampai finish, jadi pasti pengen cepat selesai dan pengen menangkap sebanyak mungkin koin yang ditemuinya. Begitu juga dengan orang semester tujuh ini.. ingin bisa ini, ingin bisa itu, banyak sekali. Dengan bahagia berkejaran dengan waktu agar cepat sampai di ‘finish’-nya. Dan di saat bersamaan, dia juga menggigit bibir ketika memandangi bayangan dirinya. Sudah semester tujuh, sudah hampir lulus, TAPI... dikasih kasus klinis pasien HIV lalu disuruh memberi komentar tentang terapi obatnya masih banyak bengong; dikasih bahan aktif lalu diminta bikin formula sediaan, masih toleh-toleh; dikasih data struktur kimia lalu disuruh menjelaskan aktivitasnya, masih diam tak berkutik; ditanya pasien di klinik tentang cara obat bekerja, hanya bisa berkata sekedarnya; diminta memaparkan tentang sistem kesehatan nasional negeri sendiri, masih browsing dari blog orang...

Intinya, merasa belum bisa apa-apa...

Proposal skripsi? Hoo jangan ditanya. Dari bab 1 ke bab 2 saja susah bergeraknya.

Itukah orang semester tujuh? *nb : disebut ‘orang’ karena terlalu ngeri kalau disebut ‘mahasiswa’ hehe*

*mulai mewek*

Yaah, memang orang ini ndak seberapa pinter dilihat dari sudut manapun. Indeks kumulatif ndak seperti ‘mereka’. Dijelasin dosen saat kuliah ndak bisa langsung ngerti. Juga ndak rajin-rajin amat. Kuliah jam tujuh pagi sering telat. Ngerjakan tugas nunggu mood. Belajarnya kebut semalam.

Itukah orang semester tujuh?

Kadang dia malu mengakui semua ini. Kadang ia jengah dengan tugas-tugas yang menumpuk. Kadang ia malu sekali mengeluh.

Kadang dia bertanya pada bayangan diri :

Mana semangatnya?

Mana keterburu-buruannya untuk menjadi nation’s expert-on-medicine?

Mana keingintahuan yang dulu menuntut harus selalu dipuaskan?

Mana jerawatnya yang kemarin keliatan menonjol banget? *Abaikan*

Tulisan warna merah ukuran font 48 “JANGAN BAHAYAKAN NYAWA PASIENMU HANYA KARENA KAMU MALAS BELAJAR” yang sejak maba menempel di pintu kamar sekarang sudah luntur menjadi pink.

Sajak dari mahzab Imam Syafi’i di tembok kamar sudah berdebu.

Kutipan ayat-ayat Al-Quran penyemangat sudah tak lagi tercatat di meja belajar.

*hening sejenak*

Tiba-tiba teringat salah satu tulisan yang dulu dia buat saat masih semester tiga : aku tidak sibuk, hanya berusaha agar useless time ku berkurang, biar nanti kalau sudah waktunya mempertanggungjawabkan waktuku, aku tidak lagi bingung mencari alasan yang tidak pasti.

Itu tulisan yang dia buat untuk menjawab protes dari sekelilingnya sebagai pembelaan atas pemforsiran dirinya.

Perhatikan motivasi sederhana itu : biar nanti kalau sudah waktunya mempertanggungjawabkan waktuku, aku tidak lagi bingung mencari alasan yang tidak pasti. Subhanallah. Wah ternyata dia keren banget gitu ya waktu semester tiga. *Apasih*

Nah, sekarang seharusnya bisa lebih dari itu.

Tidak cukup hanya sesederhana itu.

Dia seharusnya lebih punya alasan untuk ber-ajtahidu fauqa mustawal akhar. Secepat mungkin dia harus mengembalikan semangat dan kemauan kerasnya. Sesegera mungkin dia harus memastikan bahwa dia bisa menguasai seluruh hal yang akan menjadikannya seorang farmasis besar, researcher besar.

Dia harus menyadari, bahwa belajarnya itu bukan hanya untuk dirinya sendiri. Bukan hanya untuk meraih nilai A di transkrip. Bukan hanya untuk menghindari marah-marahnya dosen wali waktu krs-an..

Tapi untuk yang akan merasakan manfaat dari keilmuannya kelak.

Tak cukupkah itu untuk membuat semangatnya kembali?

Seharusnya cukup. Apalagi ditambah dengan bayangan ibunya yang akhir-akhir ini sering berangan-angan tentang hari wisuda yang akan dihadirinya tahun depan, dan melihat dia memakai baju wisuda yang mungkin terlihat kebesaran tapi tetap membuat bangga.

Jadi solusi untuk masalah tersebut adalah :

Semangat! Dan harus yakin kalau kamu bisa! Allah melihat dan tidak akan menyia-nyiakan setiap milidetik usahamu.

Atau langkah konkrit terdekatnya : segera selesaikan proposal skripsi, baca buku kimia medisinal, baca farmakoterapi dipiro, kerjakan tugas farmas dan laporan praktikum kimed. Plus rajin sholat, rajin puasa, rajin ngaji.

Semangatlah! Singkirkan segala yang mengganggu fokusmu. Tinggal sedikit lagi kok. Semangat! Biar jadi Apoteker. Biar jadi Researcher. Biar jadi Nobel-Prizer. Biar jadi Menteri. Biar jadi apapun yang pernah diimpikan.

Dan biar termasuk golongan orang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah. Aamin.. :’)

*ngelap air yang tiba-tiba mengalir di pipi* *abaikan*
      edit

0 komentar:

Post a Comment

yuuk komen yuuk . . .