Sunday, December 23, 2012

Published 12:54 PM by with 0 comment

Ibu, Aku Mencintaimu Karena Allah

Disadari atau tidak, ibu kita semakin tua, begitu juga dengan kita. Semakin sedikit waktu yang tersisa bagi ibu untuk mendampingi kita, begitu juga dengan waktu kita untuk mendampingi ibu. Belum lagi kita yang masih muda begini dunianya terlalu luas, semakin jarang pulang, waktu kita habis untuk urusan kita sendiri. Sementara ibu kita walaupun jauh selalu mendoakan anaknya setiap waktu.

Satu per satu impian kita tercapai, lalu bagaimana dengan impian ibu? Lagi-lagi disadari atau tidak, ibu kita juga pernah seperti kita, punya impian, cita-cita... tapi demi kita, beliau rela mengganti seluruh impiannya dengan "yang penting anakku sukses, bahagia, cita-citanya tercapai".

Yang paling nyesek bagi saya yang ber-ibu single parent adalah ketika menyadari ibu semakin sendirian. Saya sejak SMP sudah tidak tinggal bersama ibu. Kuliah sekarang pun di luar kota. Di rumah masih ada adek, adek angkat, adek sepupu. Tapi adek saya tahun depan kuliah. Adek sepupu saya tahun depan ingin melanjutkan SMA di luar kota. Adek angkat saya masih kelas 2 SMA, masih bisa mendampingi ibu.

Bahkan tidak usah menunggu tahun depan. Saat ini pun sudah terasa. Saya minggu depan ujian, jadi harus cepet-cepet balik ke Surabaya, berjibaku belajar. Adek saya nanti sore berangkat ke Kampung Inggris, dua minggu di sana. Adek angkat saya besok pulang ke rumah ibu kandungnya. Adek sepupu saya masih sibuk dengan ekskulnya. Sementara ibu yang sedang libur kerja, ya di rumah saja. Pasti kesepian, bukan?

Kemarin aku bertanya, "ibu kesepian?"

Kata Ibu, "kalau ingat anak-anaknya ibu, ibu tidak kesepian kok."

Lalu ketika ada yang bertanya kenapa Ibu jarang makan daging lagi sekarang, ibu menjawab "biar sehat dan bisa menjaga anak-anakku terus."

Semakin dewasa, harusnya kita semakin dekat dengan ibu, bukannya semakin jauh. Sekarang, setiap ada waktu luang, saya berusaha menelepon ibu, walaupun mungkin hanya bertanya "ibu sedang apa? masak apa hari ini?" dan semakin sering mataku berkaca-kaca jika sedang diam sendiri, memikirkan ibu.

Entah apa lagi yang bisa aku lakukan selain hal-hal kecil untuk ibu. Selalu kupanjatkan doa untuk Ibu.

Ibu, aku mencintaimu karena Allah... :'')

#renunganhariibu
Read More
      edit

Thursday, December 13, 2012

Published 9:34 PM by with 0 comment

Fase Decline

Semakin tidak diizinkan goyah. Helaan napas semakin panjang. Tapi kenapa masih terasa sesak?

Mungkin karena energi negatif yang tak sengaja terpancarkan begitu saja, tak terkendali hingga memantul kembali ke ulu hati...

Mungkin karena mata semakin redup, dikaburkan oleh cairan lakrimasi, atau pupil yang dikekang respon parasimpatis...

Mungkin karena lobus-lobus cerebrum mengejang, terlalu jengah tanpa ada yang peduli...

Kalau mau lebih spesifik dan 'berperasaan'...

Mungkin karena rasa bersalah bercampur dengan sesal, haru, retak, pecah. Dan selalu dipaksa bersembunyi dibalik klise rutinitas mahasiswa. Hingga kapan mau bersembunyi? Diam-diam, mengendap-endap agar tak kelihatan. Tapi toh selalu ditemukan.

Sesal selalu datang di akhir. Inilah akhir - lebih tepatnya akan mencapai akhir, yaitu di awal fase decline. Dalam hitungan hari.

Seperti mimpi.

Dan berharap ketika terbangun, aku masih berada di tempat pertama kali aku memegang 'piala', setengah menangis menatap wajah mereka yang entah karena apa memilih memberikan kepercayaan besar padaku. Kalau boleh kembali ke masa itu, aku akan memperbaiki segalanya... kalau boleh... Ya Allah... *titik dua, kurung buka
Read More
      edit

Sunday, December 2, 2012

Published 11:59 PM by with 0 comment

Masih bolehkah?

Ya Allah... aku ini pemimpin, tapi bukan pemimpin yang baik. Masih bolehkah aku memimpin?

Aku menerima amanahku dengan sepenuh hati, Ya Allah. Meski kadang aku lengah, aku selalu ingat berdoa kepadaMu setiap waktu. Berdoa agar amanah ini Engkau mudahkan. Agar bebannya Engkau ringankan.

Aku ini pemimpin, Ya Allah, tapi rasanya masih banyak hal yang belum bisa aku lakukan, padahal harusnya aku bisa. Mungkin aku kurang belajar.

Aku memang bukan orang koleris. Bukan orang yang pemberani. Bukan orang yang sejak dahulu kala sudah dilatih untuk menjadi pemimpin. Bukan orang yang memiliki jiwa kepemimpinan ataupun EQ tinggi. Aku hanya bisa berusaha dan memberanikan diri menghadapi apapun. Masih bolehkah aku memimpin? Boleh, kan?

Mungkin memang banyak yang bisa memimpin lebih baik. Rasanya kalau menyebut-nyebut 'pantaskah saya?' akan sangat berat meyakinkan diri untuk menjawab 'ya'. Berbesar hati menerima keadaan diri dan belajar lebih banyak dari mereka biasanya akan lebih mudah.

Setidaknya, Ya Allah, meskipun aku BELUM bisa, terimakasih sudah memberikanku kesempatan untuk belajar. Kalaupun memang aku tidak secerdas mereka yang bisa memimpin lebih baik, aku hanya perlu belajar berpuluh kali lipat.

Beri aku kesempatan untuk menyelesaikan amanah ini sebaik yang aku bisa. Mungkin aku akan tersenyum bahagia mengucapkan terimakasih tak terhingga untuk orang-orang yang telah memberiku kekuatan dengan kepercayaan. Dan nanti jika amanah datang lagi, jadikan aku 'SUDAH lebih baik'.

Yang aku tau, manusia adalah khalifah-Nya di muka bumi ini. Maka tidak mungkin seseorang tidak bisa menjadi pemimpin.

Ya Allah, jadikan aku pemimpin yang Engkau sayangi, dan disayangi orang-orang yang aku pimpin.

*Lalu mengusap air mata dengan ujung lengan baju*


Sayang Allah,

Chyntia, 19 tahun, yang ingin disayang Allah juga.
Read More
      edit

Saturday, November 17, 2012

Published 8:28 PM by with 0 comment

About Liquid

Farmasetika Sediaan Liquida adalah salah satu mata kuliah di semester 5 Fakultas Farmasi yang woooow sekali. Hampir setiap saat setiap waktu kalau ada segerombolan anak semester 5 beserta lembaran-lembaran kertas folio, literatur dan beberapa leptop nongkrong di SC, bisa dipastikan kalau mereka ngerjain jurnal Liquid!

Daya tarik sebenarnya dari mata kuliah ini adalah bagian diskusinya, yang dilaksanakan seminggu sebelum praktikum. Apalagi kalau dosen pembimbing diskusinya seorang Ibu yang suka mencecar dengan pertanyaan maut, suka bikin otak terperas, keringat sejagung-jagung, dan jari-jari saya bergerak-gerak sendiri merapal mantera. Hebatnya, Ibu ini dapat meluruskan kembali logika yang tersesat, membuat pemahaman yang dangkal jadi semakin mendalam, daaan merupakan bentuk paksaan yang bagus bagi kami untuk belajar. Kalau bukan karena hal seperti ini, kecil sekali kemungkinan aku belajar rajin sampai menyibak-nyibak literatur.

Melalui si L ini, aku tau ternyata aku suka sekali jadi formulator, tapi belum pinter ngitung dosis, males nyari-nyari data, nggak mau bikin diagram cara pembuatan. *seenak udel -__-* Seru sih, berasa main puzzle, mencocokkan bahan ini dengan itu, memprediksikan hasilnya, menghiraukan ketidakcocokannya. Tinjauan Farmakologinya juga suka. Yaah, memang seru kok, tidak perlu dipungkiri. Hahaha.

Setelah dua kali diskusi dengan dosen, dua kali praktikum dan berkali-kali diskusi kelompok dan revisi, akhirnya kami boleh berbangga hati. Ini dia tiga obat dalam sediaan liquid kami yang pertama....

coba tebak siapa yang bikin desain obat yang paling kiri? gueh dong, hihihi :3

pesanan desain orang ._.

ini juga pesanan desain orang ._.

ini nih para pencipta tiga sediaan di atas(not full team), meski suka 'gontok-gontokan', kami sesekali damai kok :p

saat evaluasi sediaan | tetep bahagia meski sediaan teofilinnya gagal ._.
Read More
      edit

Saturday, November 10, 2012

Published 9:45 PM by with 0 comment

Anak Gahul Selesai UTS!

Selama UTS... berhubung hiburan yang bisa diakses di rumah cuma laptop, windows media player, jejaring sosial - Jejaring sosial? Yah gimanapun ngeliatin kata-kata yang diumbar temen-temen kita sambil nyampah di timeline sambil ngomentarin dengan sinis (dalam hati) sambil makan kismis adalah hiburan tersendiri di kala jenuh. Yah berhubung hanya itu, jadi tiap kelar baca buku Farkol UI satu halaman, nyalain playlist-nyanyi nyanyi-joget joget, sekitaran 2 lagu lah-baca Farkol UI lagi. Satu halaman lagi-buka twitter-stalking 10 menit-baca lagi. Begitu seterusnya.

Saya ini tipe orang yang terlalu statis atau gimana yaa, dua minggu ritme hidupnya kayak gitu kok nggak nyoba nyari jenis hiburan yang lain ~.~ Padahal di laptop juga ada banyak film sama games yang udah ngendap di folder my document sejak liburan semester yang duluu banget itu.

Dan sekarang Ujian Tengah Semester telah berakhir, waktu dan tempat segera menyesuaikan diri biar aku bisa main. Sudah bawaan dari sononya kalo sesaat habis ujian pokoknya langsung muncul keengganan besar untuk berada di kampus :< Pengennya kabuuur aja. Tapi cuma sesaat untungnya yaa.

Hari ini sudah puas rasanya jadi anak gaahuul abbiiisszzz... telpon emak, makan pancake, ke mall, liat kembang api, liat lampion, makan gula-gula kapas... emang segitu doang bisa dibilang anak gaul? :p Meskipun kontradiksi dengan tema Hari Pahlawan, gapapa yaa ;)

Terimakasih Ya Allah atas tempat, waktu, dan manusia-manusia super-tersayang ini :)

Sincerely,
Chyntia, 19 tahun.
Read More
      edit

Monday, October 22, 2012

Published 12:23 AM by with 0 comment

Pagi dan Aku

Pagi dunia! Hari ini aku akan menjadi orang terbaik untukmu. Aku akan jadi luar biasa. Semangatku akan membakar, mengalahkan terik mataharimu siang nanti. Aku siap belajar dan berjuang agar bisa jadi hebat. Ya Allah, bukalah pintu hati dan pikiranku agar aku mudah menerima ilmu dari dosenku dan guru-guruku yang lain. Berikan aku ilmu yang bermanfaat, beri aku kemampuan untuk memahaminya. Birrohmatika yaa arhamarrohimiin.... Hey, lampu merah, lama amat sih! Nggak tau apa ada mahasiswa telat *Langsung disambung sama marah-marah ._.

Pagi adalah saat dimana embun menyejukkan subuh, disusul dengan berkas-berkas sinar matahari yang menembus jendela kamarku.

Pagi adalah saat dimana tubuh harus bangun dari istirahatnya sepanjang malam – atau mata dipaksa melek kesekian kalinya setelah begadang, mengingat manusia pada hakikatnya bukan makhluk nocturnal ya. *Makanya aku suka heran sama ilmuwan-ilmuwan yang bisa tidak tidur bermalam-malam tapi pikirannya masih tetap jernih, jangan-jangan mereka dari lahir sudah dicekoki kafein.

Pagi... juga merupakan saat dimana aku meloncat bangun dari tidur ayam, bernegosiasi dengan detak jam dinding besar di ruang tengah biar nggak ‘nggupuhi’. Lalu sesegera mungkin melesat ke kampus, demi kuliah atau praktikum jam 7 pagi. Yang di paragraf pertama itu adalah doa, ikrar dan gerutuan yang keluar berentetan setiap pagi. Ya habis mau gimana. Jalan raya jam segitu lagi rame, kelakuan orang-orang di jalan kayak ibu-ibu ngejar diskonan baju menjelang lebaran, maunya duluan semua.

“Jangan gitu dong. Liat nih, ada mahasiswa farmasi mau praktikum jam 7! Kalau telat bisa kena semprot dosen, itu masih mending daripada disuruh pulang.” Pengen rasanya ngomong gitu kalo lagi macet. Siap-siap dikeroyok orang se-Kertajaya-Pucang. Hahahaha.

Coba ya, ada rambu-rambu semacam ini :

“DAHULUKAN MAHASISWA PRAKTIKUM”


Jadi begitu orang-orang menyadari aku lewat, mereka langsung minggir ke trotoar lalu bilang “monggo, silakan duluan” plus senyum tiga jari. Polisi pun mengawal agar aku segera nyampe kampus. Dan kalau dengan cara itu masih aja telat, polisi yang bertugas mengawal tadi ngelapor ke Bu Asri dan Pak Jarwo, “Maaf, Pak, Bu, anak ini tadi telat karena saya tidak sigap dalam mengawal dan mengantarkan dia sampai ke sini. Maaf, mohon diijinkan ikut praktikum.”

Dan aku tersenyum jumawa sambil ngelirik-lirik mas iwan minta soal pre tes.

*Ada-ada aja maunya -___-
Read More
      edit

Sunday, October 14, 2012

Published 9:46 PM by with 0 comment

Satu dua tiga!

Aku suka sekali menghitung satu-dua-tiga setiap akan melakukan sesuatu, apapun itu. Penting atau tidak penting. Sesuatu yang besar atau kecil. Secara lisan atau hanya dalam benak. Seperti waktu mau menuliskan ini. Satu, dua, tiga, buka new document di word!

Itu hitungan yang bisa menggertak diriku sendiri, biar nggak lelet-lelet, dan sebuah paksaan untuk berpikir cepat juga. Ketika hitungannya cepat, artinya aku yakin sekali. Kalau hitungannya lambat, artinya aku belum siap. Tapi siap atau tidak, kalau sudah sampai hitungan ke-tiga, harus beranjak, karena kalau tidak ada gertakan seperti itu, aku cuma stuck di posisi menimbang-nimbang dan tidak segera memutuskan.

Kadang-kadang hitungan itu juga diikuti secara refleks sama orang-orang di sekitarku, terutama ketika kita sama-sama ragu atau malas untuk melakukan sesuatu. Entah gimana mekanisme pengaruhnya, pokoknya kalau mereka dengar aku berseru seperti ini, “Ayo tanya ke dosen bareng-bareng, ayo cepet berdiri. Satu, dua, tiga!” dan kami berdiri serentak, mungkin secara tidak sadar, aku memasukkan kekuatan magis pada hitungan ke-tiga yang bisa memerintah alam bawah sadar mereka – atau lebih sederhananya, kami semua sudah sepakat untuk berdiri, tetapi menunggu ada yang mengawali, lalu yang lain mengikuti. Memang sih, jadi follower lebih mudah dalam hal ini – dan mungkin dalam segala hal.

Sering juga satu-dua-tiga ini keluar saat memimpin rapat. “Jadi, gimana keputusannya? Iya atau tidak? Atau ada pertimbangan lain? Putuskan dalam hitungan ke-tiga. Satu-dua-tiga!” -> maksa banget nggak sih :p

Satu-dua-tiga secara harfiah sebenarnya tidak berarti apa-apa, hanya tiga angka yang mengawali angka-angka lainnya, tapi buat aku, tiga angka itu cukup mewakili fantasiku. Satu, dua, tiga! Power ranger berubah! *eh, sejak kapan power ranger kalau mau berubah ngitung satu-dua-tiga dulu -.-

Nggak beda jauh dengan sim salabim, satu-dua-tiga mengawali keajaiban. Dari yang tidak ada menjadi ada. Dari tidak ada yang berdiri untuk tanya ke dosen, menjadi ada. Dari tidak membuka ms word, jadi membuka. Apa lagi yaa... Banyak deh.

Juga nggak beda jauh dengan ready-set-go, satu-dua-tiga adalah perintah untuk berlari, cepat, jangan ragu, kalahkan yang lain. Seperti itu lah.

Jadi, jangan heran kalau dikit-dikit aku suka berhitung sampai tiga. Keliatannya memang aneh – dan mungkin benar, memang aneh – tapi biar saja, mereka tidak tau  hidup terasa kurang lengkap kalau tidak sampai angka tiga... :)

Read More
      edit

Sunday, October 7, 2012

Published 1:05 AM by with 0 comment

Being Higher


Hari-hari rasanya semakin cepat berlalu. Apa jangan-jangan jatah manusia 1 hari 24 jam sudah berkurang?

Pikiran rasanya penat, hampir penuh dengan serangkaian eksipien dan bahan aktif, ketidaksesuaian mereka, kemungkinan mereka menjadi 'ramuan' yang benar-benar menyembuhkan. Apa jangan-jangan benar yang mereka katakan ketika mereka menyerah, bahwa 'kapasitas otakku ndak cukup'; 'otakku ndak nyampek' ? Padahal manusia sudah dianugerahkan sekian juta sel otak, sekian juta sel memori berkapasitas sekian juta gigabyte.

Rasanya segala hal semakin kompleks... semakin terlihat hubungannya meski sebagian masih samar, membuat manusia semester 5 ini sering memainkan jari-jari tangannya di depan mata menjelang tidur, mencoba meraba yang samar, menggambar peta imajinatif yang menurutnya semakin mirip rantai tak beraturan, sampai lelah dan tertidur.

Entah ini karena idealisme atau filosofis.


Yang jelas, 24 jam masih utuh...

Dan jangan pernah meragukan potensi yang sudah dianugerahkan Allah pada kita.

Harusnya ini jadi upgrading kehidupanmu, nduk...

Sederhananya, ketika ada mata kuliah yang menuntutmu jadi formulator hebat, jadilah lebih hebat. Beranilah berlelah-lelah, biar saja mereka tidak melakukan seperti yang kamu lakukan. Ketika gagal membuat sediaan, jangan berkecil hati, nduk. Menerima ke-belumberhasil-an itu artinya belajar ikhlas. Bangkit untuk berjuang lagi bukanlah sesuatu yang hina.

Dan ketika menjalankan sisa amanah terasa berat, buktikan bahwa potensi manusia-mu digunakan sebaik-baiknya. Kau masih harus menjadi 'ibu' bagi 'anak-anakmu' di luar sana. Masih ada tempat dimana kau harus mencurahkan semangatmu.

Ibaratnya sama halnya dengan dasar formulasi. Kalau di semester lalu hanya diharuskan mengaduk bahan obat pulveres dalam satu mortir kecil, sekarang diharuskan mengaduk emulsi dalam satu kontainer besar. Jadi apa yang harus dilakukan? Yap, memakai mesin pengaduk yang lebih canggih. Artinya : jangan pakai standar yang lama, gunakan standar baru yang lebih TINGGI untuk menjadi lebih luar biasa.

Tidak ada latihan kepemimpinan manapun yang lebih sarat makna dibandingkan dengan university of life buatan-Nya, kan? :)

For being higher, there should be a higher jump
For a higher jump, there should be a brave...
Be higher 'till you see that the world is round
Higher... and higher...

Read More
      edit

Thursday, September 13, 2012

Published 9:38 PM by with 1 comment

Basic Question : Kenapa?

Hari ini, di minggu pertama saya menjejakkan kaki sebagai mahasiswa tingkat 3 di fakultas ini... saya agak tersentak, atau mungkin 'teringatkan' atas sesuatu yang sangat-sangat mendasar. Sesuatu yang seharusnya SAYA TIDAK BOLEH LUPA. Dramatisnya, orang yang berhasil menyentak saya ini adalah mahasiswa baru - saya lebih suka menyebutnya 'mahasiswa tingkat 1'.

"Mbak kenapa pengen masuk Farmasi?"

........
Pertanyaan sederhana, tapi yang ditanya tiba-tiba mingkem, padahal semenit sebelumnya nyerocos panjang lebar.

Harusnya aku yang bertanya seperti itu kan, dek -.-"

Sungguh waktu itu aku meneruskan pertanyaan tersebut ke dalam diriku. Kenapa pengen masuk Farmasi? Kenapa? Kenapa?

Karena ingin jadi Apoteker? Ah, dulu tidak tau apa-apa tentang profesi ini, hanya pernah dengar namanya saja.

Karena tidak keterima di 'fakultas-impian-sejuta-umat' ? Ah, dulu sudah ikhlas-ikhlas aja nggak keterima di sana.

Sambil mencoba meraba jawaban dari hati, akhirnya mahasiswa semester 5 ini menceritakan tentang sejarah dulu-dulunya dia, tentang keterima lewat jalur apa, atas dukungan siapa, impian besar apa, pilihan kedua saat ujian apa... Tapi sebenarnya aku tau, bukan itu jawaban semestinya.

Yang aku tau, sebelum kuliah dulu, aku bermimpi keliling dunia dan menulis buku best seller, suka nonton film bajak laut dan saintifik, suka berlama-lama menulis, gampang sakit, dan menikmati berkhayal tentang diriku yang bekerja di laboratorium supercanggih... Lalu, kenapa masuk Farmasi?

Ah, pertanyaan ala kakak wali itu terus-terusan menerorku -.-

Sekarang rasanya aku ingat jawabannya...

Karena Allah yang memilihkannya untukku, sebagai langkah yang akan terus berlanjut untuk mewujudkan impian demi impian... Di sini aku berpijak, di sini aku menemukan beberapa yang pernah kuimpikan dan akan menjadi mata rantai atas segala impian...


Semoga tidak lupa lagi :)
Read More
      edit

Thursday, August 9, 2012

Published 11:31 PM by with 0 comment

Berkecamuk di Hati


Tidak semua yang ada di dunia ini hanya dua sisi. Hitam-putih, gelap-terang, siang-malam. Tidak semua bisa diputuskan dengan ya-tidak.

Bahkan banyak hal yang harus diputuskan dengan segala pertimbangan yang rumit. Menimbang yang kanan dan kiri, menggeser tuas, menaik-turunkan beban, atau mungkin mengurangi muatan yang ditimbang. Membuat lelah? Iya, bisa saja. Mungkin di sinilah fungsi nalar manusia akan diketahui gunanya, menimbang-nimbang sebelum memutuskan. Tapi nalar pun tidak selalu melihat dari sudut yang benar.

Bagaimana agar nalar kita melihat dari sudut yang benar, dan mengarahkan kita untuk melakukan sesuatu yang benar, sesuatu yang disebut dengan adab atau akhlak mulia?

Yang saya tau adalah kita tidak hanya dibekali Tuhan dengan nalar buta, melainkan juga petunjuk-petunjuk yang disampaikan melalui berbagai cara. Lalu dengan petunjuk-Nya itu kita belajar menggunakan nalar untuk menghadapi persoalan-persoalan hidup, yang mau tidak mau akan terus bertambah pelik seiring dengan semakin jauh kita melangkah.

Dan yang saya tau, ketika kita percaya Tuhan, kita akan tunduk patuh pada perintah-Nya. Itulah sudut yang benar, benar-benar benar menurut Tuhan. Mungkin manusia yang wawasannya hanya secuil daripada Tuhan Yang Maha Mengetahui, terpaku pada sudut yang dianggapnya benar, tanpa mau tau betapa ia sangat berseberangan dengan Tuhan. Jadilah ia manusia yang merasa dirinya benar – menurut ia sendiri. Dan akhlak mulianya adalah menurut ia sendiri juga.

Kalau mau diakui, ada juga manusia yang sudah tau dirinya salah, mengetahui apa yang benar, namun betah berada dalam kondisi salah karena salah miliknya tersebut terlalu nikmat, terlalu membuatnya nyaman. Ia merasa berat meninggalkannya, merasa apa yang benar menurut Tuhan tidak akan membuatnya sebaik saat ia berada di kondisi salah. Nalarnya terus mengejar kebenaran, namun sebelah hatinya dikuasai nafsu untuk bertahan dalam kondisi salah. Jadilah ia terus menggeser tuas, menaik-turunkan beban. Terkadang luluh dengan timbangannya yang mengarah ke benar, namun berat untuk melakukannya. Pernah juga ia berhasil meletakkan beban lebih di kanan, sebelah hatinya tidak rela kehilangan satu hal yang membuatnya bahagia di kiri. Galau.

Terjebak dalam kondisi menimbang-nimbang tidak selalu dapat membuat nalar terlatih, namun juga rentan tertatih. Ketika kita terlalu nyaman berada dalam kondisi salah, dan kita mengetahui yang benar, bukankah lebih baik menggunakan energi untuk menggertak diri sendiri agar berani memutuskan, apapun resikonya... meskipun itu berarti kehilangan.

Yang saya tau, saya trauma dengan kehilangan.

Memang bukan perkara mudah.

Allah, please guide me.
Read More
      edit

Saturday, August 4, 2012

Published 11:41 PM by with 0 comment

Kepada Mahasiswa yang Terjebak dalam Dunia Maya

Hidup mahasiswa!

Salam rekan-rekan mahasiswa. Anggaplah tulisan ini sebagai tulisan seorang kritikus amatir yang sok tahu, atau coretan seorang idealis kecil yang tidak pandai membela pemikirannya. Anggaplah begitu. Saya tidak peduli apakah Anda akan menertawakan saya, lalu menggulingkan pendapat saya dengan segala cara. Saya tidak peduli.

Saya hanya prihatin dengan ketimpangan yang ada di negeri saya. Bukannya ingin sok nasionalis, melainkan hanya mencurahkan apa yang terpendam di sisi kemanusiaan saya sebagai manusia, dan mahasiswa.

Ya, mahasiswa! Seseorang yang selalu dideskripsikan sebagai agent of change, pemuda berpendidikan tinggi yang diharapkan mampu membela bangsa dan negaranya. Anda mungkin lebih paham tentang konsep mahasiswa. Lalu, sebatas teori sajakah itu?

Ya, saya tahu, Anda yang berstatus mahasiswa aktif pasti sudah jenuh membaca protes-protes seperti ini, karena sebenarnya Anda juga mendengar protes serupa dari dalam diri sendiri. Sayangnya, Anda suka mengabaikannya. Bahkan Anda, dan saya, mungkin lebih suka bersembunyi di balik segala kedok teknologi yang ada saat ini.

Kedok teknologi? Apalagi kalau bukan jejaring sosial kesukaan Anda, wahai agent of change. Entah itu yang bikinan Mark Zuckerberg atau miniblog yang cuma menyediakan 140 karakter tiap post-nya, atau yang lainnya lagi. Yuk coba dipikir-pikir lagi, kalau ada agent of change yang sukanya menuangkan perasaan dan keluhan terhadap hidupnya sendiri, curhat dan mengolok-olok pihak lain yang belum tentu baca tulisan bernuansa ‘tidak penting’ itu... so what kind of change they do? *ampuun, frontal >.<

Mengutip kata-kata seorang inspiratif : menulis itu mengukir sejarah. Tidak usah berpanjang lebar, mari kita sama-sama meresapi kalimat tersebut. Intinya, kalau memang ingin dunia mengenal Anda sebagai seorang yang baik, maka menulislah yang baik. Begitu pula sebaliknya. Anda lah yang dapat menentukan bagaimana sejarah hidup Anda.

Lebih dari itu, menulis itu mengerahkan energi untuk mengungkapkan isi pikiran Anda. Jika Anda percaya dengan “semesta mendukung” atau sejenisnya, Anda pasti paham bahwa energi tersebut akan ditangkap oleh “semesta” dan dipantulkan kembali kepada Anda. Jadi Anda yang akan mendapatkan konsekuensi dari energi yang Anda keluarkan tersebut.

Atau jika Anda beriman pada Tuhan, Anda pasti mengerti bahwa Tuhan Maha Mendengar dan kata-kata Anda adalah doa yang setiap saat didengar. Lalu Tuhan akan membalasnya dengan balasan yang sesuai.

Kembali kepada Anda yang masih terjebak di dunia maya.

Anda sebenarnya sudah tau bahwa Anda diberkahi kemampuan untuk berpikir dan menuangkan pikiran Anda dalam bentuk verbal.

Anda sebenarnya juga tau bahwa terlalu banyak mengungkapkan diri di jejaring sosial akan menampakkan isi pikiran dan perasaan Anda, yang harusnya tidak boleh overexpossed demi kebaikan Anda sendiri.

Anda pun sebenarnya tau bahwa Anda mahasiswa. Kalau Anda terjebak dalam pesona jejaring sosial terus, apa bedanya Anda dengan anak SMA yang suka Anda bilang alay itu?

Tanggung jawab Anda besar, agent of change. Hisab atas tugas dan tanggung jawab Anda entah akan meringankan atau memberatkan ketika diadili di hadapan-Nya nanti.

Anda sebenarnya banyak tau, tapi apalah guna tau tanpa memanfaatkan ‘tau’ tersebut untuk kebaikan. Apalah guna ‘tau’ tersebut jika tidak membuat Anda menjadi orang yang berguna.

Ketika Anda nge-mention teman-teman Anda (yang tiap hari juga ketemu di kampus) dengan tweet-tweet guyonan yang not worth, entah itu untuk mendobrak popularitas atau iseng nggak ada kerjaan setelah sholat tarawih... Anda mungkin lupa bahwa popularitas yang Anda ciptakan dengan cara begitu hanya akan dipandang sebelah mata oleh orang-orang. Anda mungkin juga kurang kreatif memanfaatkan iseng Anda. Be out of the box!

Ketika Anda bilang di update status Anda, “habis jalan2 sama xx di bla bla bla. Huaa senengnya”... Anda mungkin tak tau kalau ada 1 comment di pikiran orang yang membacanya, “So? Penting ya?”

What do you expect about things like that, guys?

Kalau Anda masih muda, Anda harusnya bisa berkarya lebih dari sekedar tulisan-tulisan spam seperti itu.

Kalau Anda masih muda, Anda harusnya masih bisa berpikir dua kali sebelum membuat tulisan-tulisan spam seperti itu.

Kalau Anda masih muda, Anda harusnya mampu mencari popularitas dengan cara yang lebih profesional, sehingga orang bisa lebih menghargai Anda.

Kalau Anda masih mahasiswa, Anda harusnya bisa lebih menjaga kualitas mahasiswa Anda. You are an agent of change, bro and sist! Perubahan apa yang bisa Anda lakukan dengan update status dan tweet seperti itu? (Palingan perubahan mood pembacanya).

Iya, saya tau, Anda lebih hebat dari saya. Anda lebih banyak tau tentang apa yang boleh, apa yang tidak boleh, yang harusnya gini, harusnya gitu, Anda harus begini, Anda harus begitu. Haqqul yaqin, Anda lebih banyak tau.

Saya semata-mata menuangkan isi pikiran saya di tempat yang sedikit lebih bernilai daripada update status dan tweet.

Kepada rekan-rekan saya yang terjebak di dunia maya, ayo kembali ke dunia nyata. Tau tidak, sementara kalian berada di dalam sana, rakyat di dunia nyata sedang resah menghadapi balada kedelai yang harganya naik. Kita bisa melakukan sesuatu untuk membela mereka, kan? :)

 Ayo kembali ke dunia nyata. Ada banyak hal positif yang bisa kita lakukan di sana. Tugas-tugas kita sebagai mahasiswa ada di dunia nyata, menunggu untuk diselesaikan. Jangan sampai ketika sudah habis waktu kita, tugas-tugas kita masih numpuk kita tinggalkan begitu saja.

Salam muda, karya dan kata. Hidup mahasiswa!

*kritik ditujukan kepada diri saya sendiri*
Read More
      edit

Saturday, July 28, 2012

Published 11:57 AM by with 1 comment

19

Hmm... what to say yaa? Alhamdulillah masih bisa bertemu tanggal kelahiran lagi dalam keadaan yang baik. Akhirnya mencapai usia belasan yang terakhir juga saya >.<

Alhamdulillah juga ketemu bulan Ramadhan lagi :)

19 tahun... rasanyaa seperti berusia.... 19 tahun. -.-"

Kemarin, setelah menutup mushaf dengan shodaqollahul adzim, semuanya seperti berkelebat satu-satu. Entah itu kenangan atau ingatan.

Mulai dari yang paling dekat...

Satu jam yang lalu... ketawa ngakak plus cekikikan via telepon dengan seseorang yang suka main Dota di Surabaya sana :p (aku pas lagi di Nganjuk.red)

Berkelebat lagi...

Acara buka bersama adek-adek, mama, om, tante, sodara sepupu dimana aku dan adekku pake kaos kembaran gambar Keropi. Kami makan dengan lahap, sesekali bercanda dan menindas adek sepupu yang paling kecil. Setelah bertahun-tahun, baru kali ini aku merayakan ultah dengan mama tercintah.

Berkelebat lagi...

Wajah teman-teman yang aku hampiri waktu di kantin. Kita membicarakan banyak hal, ngalor-ngidul, maen pelesetan, tak henti-henti tertawa...

Berkelebat lagi...

"IP-nya ditingkatkan lagi ya, mbak. Ayo berusaha biar bisa cum laude..." ujar dosen waliku, membuat anak walinya yang satu ini menundukkan wajah sedikit, lalu pasrah mengangguk, "iya, Bu. Mohon doanya...".Lalu melihat beliau menandatangani KRS UP-ku.

Berkelebat lagi...


Aku yang duduk melingkar dengan teman-teman redaksi. Brainstorming ide. Merasakan aura tidak-sabar mereka yang tak kunjung menemukan tema, dan aku yang sebisa mungkin tetap tersenyum walaupun jenuh sudah di ubun-ubun.

Berkelebat lagi semakin cepat...

Acara wisuda, topi aneh kebesaran berwarna hitam dengan tali menjuntai. Sorak-sorai yang mengiringi aku melangkah. Air mata haru.

Tepuk tangan dan raut wajah bahagia mereka yang mengacung-acungkan majalah Farmasi terbaik yang pernah ada.

Eiffel Tower! Kakinya yang dingin. Lalu patung Victor Hugo di kala senja.

Namaku di koran nasional.

Itu masa depan...

Lalu banyak lagi...

Dan kelebatan-kelebatan itu membuat segenap hatiku berkata "Alhamdulillah..."

19 tahun, masih banyak yang ingin aku raih, aku jalani, aku lalui. Impian harus tetap menyala, kan? Iza shadaqal azmu wadaha sabil. Mumpung masih muda, mumpung masih mahasiswa, rasanya keinginan untuk menjadi orang yang berguna bagi sebanyak mungkin orang jadi semakin kuat. Khairunnas anfauhum linnas. Ayo semangat! :)

Ya Allah, terimakasih atas segala nikmat-Mu. Ku titipkan impianku pada-Mu, jadikanlah nyata, Ya Allah... :')
Read More
      edit

Saturday, July 21, 2012

Published 1:25 PM by with 0 comment

Kece The Explorers #3


 A photo can tell thousand things...



Patung Selamat Datang yang Bertampang Tidak Ramah

Peserta Benteng Takeshi sedang berjuang dalam babak melintasi sungai berbatu menuju air terjun Madakaripura.


Waktu melihat air terjun ini, kita udah terkagum-kagum, tapi ternyata ada yang lebih mengagumkan lagi setelah ini.


Sudah basah kuyup pun masih gila foto -.-" Ulil : Huee tunggu, aku melu fotoo..

Hap! "Hadeeh akhirnya saya mendarat juga setelah lama meluncur dari khayangan." ujar bidadari tersebut


Ikan Paus yang terdampar di air terjun (?)

Saingannya Cherrybelle

Chyntia dan Mbak Sum : Berebut daerah kekuasaan

The Last Airbender yang gagal



Saya terlihat besar di sini (efek jaket tebel)



Merengkuh Pasak Bumi yang Menjulang

E e e, balet di tengah gurun? Sungguh sebuah adegan yang absurd ._.

Shaolin dari Regu Macan, hiaaatt!


Modelnya : Chyntia and friends
Photographernya : Windy
Camera digitalnya : Meri
Location : Air Terjun Madakaripura, Pegunungan Tengger - Jawa Timur, Indonesia

Read More
      edit

Thursday, July 19, 2012

Published 11:19 AM by with 0 comment

Kece The Explorers #2

Lanjut kisah petualangan Kece!

Sebelum baca yang ini, baca posting sebelumnya dulu di sini

Bentar bentar, kita nyanyiin dulu soundtracknya. Matahari terbenam, hari mulai malam, terdengar burung hantu suaranya merdu, kukuuk kukuk kukuk kukuk kukuk... Btw, emangnya suara burung hantu merdu? Mungkin yang bikin lagu belum pernah denger suara kutilang, atau mungkin suara gueh. #uhuk.

Kemaren ceritanya sampai 3 regu misah trus saling menyorotkan lampu senter dari kejauhan, kan ya?

Sambil nunggu temen-temen yang liat kawah turun, aku dan temen-temen serombongan nyemil coklat dan gula jawa. Maem gula jawa bisa nambah energi dan nggak bikin haus lho. Ada juga yang bawa oreo.

Kriuk kriuk. Suara itu memecah suasana di antara obrolan. Hari mulai malam.

Kriuk kriuk.

Lalu suara Rizal dari atas tangga lebih memecah suasana, "Ooooiii, cuma keliatan beluk sate!!!"

Hahahaha. Kita tertawa puas. Nggak rugi lah kita nggak sampe puncak.

Karena yang liat beluk sate tadi lama turunnya, kita mutusin untuk turun duluan, pengen tau keadaan temen-temen yang berhenti lebih dulu tadi. Masalahnya tanda dari lampu senter mereka mulai nggak keliatan karena kabut semakin tebal.

Setelah akhirnya semua regu bersatu, kita berdoa bareng, menghitung jumlah anggota dan melanjutkan perjalanan bareng-bareng. Dingin semakin tak bersahabat. Ketika sudah bener-bener gelap, kita mulai hilang arah. Jalan yang kita lewati tadi sudah nggak keliatan. Sorot lampu senter jangkauannya nggak seberapa jauh. Di sekitar kami hanya lautan pasir sejauh mata memandang, memang ada cahaya lampu rumah penduduk yang keliatan, tapi itu jauuuuuh banget. So we move in the dark...

Dengan berbekal beberapa senter dan kompas di galaxy tab punya Dita, kita terus menyusuri lautan pasir itu. Jangan kira begitu liat kompas kita langsung tau arah pulang. Ngeyel-ngeyelan pun sempat terjadi.

A : Timur! Kita harus ke timur, tadi kita datengnya dari arah matahari terbenam.
B : Bukan, kalau ke timur tambah jauh.
X : Kalo menurutku utara. Pura ada di sana, kita dateng lewat sebelahnya pura.
Y : Hmm kita liat bintang-bintang aja
C : Wah iyaa bintang-bintangnya bagus yaa...
Y : Bukan bagusnya yang diliat. Itu tuh, ada rasi bintang macem-macem.
C : Oh, terus yang nunjukin arah pulang yang mana?
Y : ......... Wah iya bagus banget ya bintangnya
C : Gimana sih lu -__-

Di tengah situasi panik itu, hpku bunyi. Ada telpon. Berharap yang nelpon adalah orang yang nggak sengaja ngeliat tanda S.O.S dari kita trus nawarin jemput pake helikopter.
C : Halo
X : Halo. Mbak, eval buat lpj belum dikirim sama mbak Cupril. Gimana ya mbak, padahal aku udah mau pulang ini.
C : Err... nanti malem deh aku dektein evalnya.
X : Oh gituu...
C : Err iya dek, soalnya sekarang masih nyasar di gunung nih aku.
X : Waah maaf maaf mbak.
C : Iya iya nggak apa.

Untung dia nggak bilang "selamat nyasar ya, mbak". Hahaha. Waktu temen-temen aku ceritain tentang obrolan absurd di tengah lautan pasir itu, mereka ketawa ngakak.

Kita akhirnya sepakat menuju ke utara, dan sudah nelpon Pak Tono, guide kita, yang nyuruh kita berdiri di dataran paling tinggi dan nyalain tanda S.O.S. Tapi kalo kita diem, takutnya kaku kedinginan di sana dan semakin panik.

"Ayo berhitung! Oke, sekarang jalannya dua-dua yaa. Diajak ngomong temen sebelahnya, jangan diem aja. Ngomongin apa aja boleh, ngomongin orang juga gapapa deh. Kalau ada yang sakit, ada yang kenapa kenapa cepetan bilang. Yang nggak bawa senter, jalannya di tengah. Yang bawa senter di depan sama di belakang." komando Pak Rektor Kece ketika dataran mulai nggak rata.

Temen di sebelahku manggil-manggilin aku kayak udah lama nggak ketemu. Aku diem, bikin dia agak merinding disko. Tapi setelah agak lama, kita malah ngobrol tentang film horror. Gantian aku yang merinding........

C : Pegel, pengen pijet.
D : Jadi inget di film Final Destination tadi, ada yang mati pas akupuntur. Ketusuk-tusuk, terus...
C : Dieeeemm, cukuuuup
D : He nggak boleh diem lho.
C : Jangan ngomongin itu lagi, udah udah (parno mode on)

Begitu kita udah nyampe pagar pembatas,rasanya legaaa banget,bearti bentar lagi kita keluar dari lautan pasir itu. Beberapa teman yang "agak mengkhawatirkan" diangkut pake ojek sama Pak Tono and friends. Aku yang agak-agak ngerasa kumat darah rendahnya memutuskan untuk jalan terus, walaupun sering berenti-berenti waktu udah nyampe jalan menanjak.

Jam setengah sepuluh malem, kita nyampe di villa. Afif dan Pak Sopir menyambut kita dengan baik : "Lho wes mbalik, rek? Wes teko endi ae mau?"

Grrr masih untung kita bisa balik, Pak Komting -__- Bayangin kalau kita nggak balik, penghuni kelas C bakal berkurang sebanyak 21 orang. Ckckck.

Akhirnya saya menyadari, walaupun saya tukang nyasar, tapi alhamdulillah selama ini nyasarnya di kota, yang masih ada petunjuk jalan, masih ada orang-orang untuk ditanyai. Beda sensasi dengan nyasar di gurun pasir.Memang nyasarnya rame-rame sih. Tapi walaupun rame-rame semuanya kan sama-sama nyasar.

Yah ini semacam pelatihan leadership yang paling nyata. Beda dengan pelatihan leadership yang biasanya hanya bersifat teoritis.

Kalau boleh agak dramatis, sebenernya keren juga ya ceritanya anak-anak Kece ini. Nyasar di gurun pasir malem-malem, hanya berbekal senter dan kompas (dan gula jawa dan oreo), bisa kembali dengan selamat. Sungguh kalau bukan karena kuasa-Nya, nggak mungkin kita bisa kembali, dan nggak mungkin aku masih bisa menulis cerita ini di kamar dengan tenang. :)
Read More
      edit

Wednesday, July 11, 2012

Published 11:27 PM by with 0 comment

Kece The Explorers

Tanggal 9-10 Juli yang lalu, ketika anak-anak sekolah lagi menjalani hari pertama masuk sekolah, kita anak-anak kelas C (Kece) sedang menikmati hari pertama liburan kita. Kali ini acaranya ke Bromo! Wuwuwuuw...

Segerombol anak berhasrat liburan ini berangkat dari Surabaya sekitar jam 7 pagi dengan 2 elf warna ijo, sopir yang ramah, dan sekerdus sarimi rasa kari ayam (backsound : sarimi isi duuaa *joget-joget). Elf yang aku tumpangi kebetulan suasananya nggak seberapa rame. Yang bersuara sepanjang jalan awalnya cuma mp3 yang disetel, yang galau-galau gimanaa gitu. Jadilah aku yang duduk mojok di belakang nyanyi kenceng-kenceng duet sama penyanyinya meski nggak hapal lirik. Kalau semisal suara penyanyinya di-mute trus tinggal suaraku doang, mungkin kedengerannya kayak gini, "sekalipun aku takkan pernah.... kan percumaa haaaa... tapi bukan aaaakuuuu.. uwooooooh" bikin pening yang dengerin. Hahaha.

Trus anak-anak nyetel film Final Destination. Aku merem-merem sambil teriak-teriak protes. Sialnya, durasi perjalanan ternyata cukup buat nyetel film jorok itu sampe selese. Aku yang lebih suka nonton Sikomo ini cuma bisa melempar pandang ke luar jendela dan nyanyi "Naik-Naik ke Puncak Gunung".

Terus aku nanya, "kita tujuannya kemana dulu nih?"

"Ke air terjun Madakaripura."

"Hah? Makantempura?"

"Madakaripuraaa!!"

"Oh.." (masih nggak ngeh tapi kapok disentak)

Ternyata Madakaripura itu air terjun yang kereeeen tak terbayangkan. Jalan menuju air terjun itu mirip rute yang suka dilewatin presenter acara animal planet episode nangkep belut di kubangan *eh nggak ding* pokoknya seru dan berbau petualangan banget. Saya suka. Ahaha. Pas kita ngeliat air terjun kecil-tinggi yang percikan airnya menjadi hujan alami di sekitarnya, kita sudah seneng banget. Tentu saja, ada pelangi :'D Kali ini indaaah sekali berpendar di sekitar kaki.

There's no rainbow without rain.

Sampai di sini otak saya mulai berpikir, ah ya begini deh, kita nggak bisa hanya melihat pelangi terus-terusan tanpa melihat hujan. Di sini hujannya sepanjang waktu, maka pelanginya pun sepanjang waktu. *dilanjutkan dengan meng-analogikan dengan kehidupan*

Saya lebih suka lagi ketika sampai di air terjun yang sesungguhnya. Subhanallah, indaaaah sekali. Nggak nyesel sudah jalan kaki melewati sungai dan merambat dinding batu kayak tadi. It's paid!

Kece in Madakaripura

Formasi I LOVE C, oleh anak-anak kreatif nan autis tapi manis

Yang paling bikin ketawa adalah teriakan temen kita, Ulil, di depan air terjun, "Niagaraaaa!!!" <== ekspektasi terlalu tinggi. Maaf, Pak, ini Madakaripura, bukan Niagara. Hahaha.

Di villa kita banyak ribetnya. Ribet bongkar-bongkar tas, rebutan kamar mandi, nyari barang-barang, dan lain-lain. Lantai villanya suer dingin banget. Apalagi airnya, nusuk-nusuk tulang! Kalau ada yang setres trus pengen mendinginkan kepala, air di sini adalah pilihan yang tepat dalam konteks harfiah. Hahaha.

Sering banget kita denger teriakan model begini :

X : Hooi cepetaaan yang di kamar mandi. Aku kebelet pipis!
Y : Huuaaaaaaaa (teriak gara-gara airnya dingin kayak es pas nekat mandi)
Z : Waah lupa nggak bawa kaos kaki... (muka lemes)
C : Aku bawa, tapi gambarnya kupu-kupu. Mau?
Z : ..... (kebetulan adalah cowok yang nggak suka kupu-kupu)

Petualangan yang lebih seru datang beberapa jam kemudian, waktu sore hari, ada yang mencetuskan ide naik ke Bromo ngeliat kawah.

Sebelum berangkat aku ribet nyiapin perbekalan berupa cokelat, air minum, gula merah, minyak kayu putih, trus pake jaket bulu-bulu, syal, sarung tangan, kaos kaki dan sepatu... sementara Ulil heran dengan ribetnya aku -_-

Kita berangkat dari villa sekitar jam 4 sore, saat itu kabut mulai turun. Suasana mirip kayak di film horor. Afif dan Pak Sopir tinggal di villa sementara yang lain berangkat. Waktu nyampek di lautan pasir, rombongan terpisah jadi tiga. Yang kuat banget jalan, duluan di depan. Yang setengah kuat, agak di belakangnya. Yang jalannya berasa kayak di mall, nyanyi-nyanyi sambil berenti-berenti, di belakang banget. Jadi agak-agak deja vu sama prinsip dasar Kromatografi.

Aku berada di kelompok tengah-tengah, setengah kuat. Jalan bareng Dani, Ulil, Meri, Windy dan beberapa orang lainnya. Waktu aku ngeliat jam udah jam 5 sore, Bromo masih terlihat setinggi rumah orang. Prediksi 1 : nyampek puncak pasti sudah gelap.

Kami terus berjalan melintasi lautan pasir, sambil berkhayal berada di jaman perangnya Islam, bertempur merebut daerah kekuasaan orang kafir dan dibantuin sama pasukan burung Ababil yang bawa batu dari neraka. Maka kamilah prajurit Islam itu... yang sesekali berseru : itu dari suku Poaceae!, sambil menunjuk rumput liar yang kami lewati.

Akhirnya dua rombongan terakhir memutuskan untuk nggak meneruskan perjalanan. Rombonganku berhenti ketika langit mulai gelap, sedangkan tangga menuju puncak masih terlihat kecil. Sementara rombongan satunya berenti lebih dulu jauh di belakang kami. Kita menunggu teman-teman yang di puncak turun lagi.

Tiga rombongan ini saling mengamati cahaya senter masing-masing sambil sesekali berteriak. Agak lupa kalau masih ada sinyal hp -__-



Well, lanjut besok yah ceritanya
Read More
      edit

Tuesday, July 10, 2012

Published 10:15 PM by with 0 comment

Chyntia in The Exam-Over Party

Mari kita akhiri status quo blog ini. Muahaha. Setelah nggak ada posting sama sekali di bulan Juni, setelah segala penat semester 4 yang ajegile, setelah ujian akhir semester yang memaksa mata untuk terjaga selama mungkin di depan meja belajar, setelah akhirnya gueh ngantuk bangeeet ini prolognya nggak kelar-kelar -__-

Oke, saya sebenernya mau menceritakan hal-hal yang kata orang "keren", "penuh petualangan", dan penuh hal-hal absurd bin ajaib tentang liburan ke Bromo kemaren, tapi besok aja deh yaa, mata udah keriyep-keriyep tinggal segaris.

UAS... hmm, kali ini rasanya lebih berat. Bukan hanya berat materi ujiannya, tapi juga berat mencari passion-nya. Dan seperti biasa, pada saat minggu ujian pun, ndak hanya ujian saja yang harus dipikirin. Itu tantangannya. Mekanisme idup selama minggu tenang dan UAS : bangun - belajar - bosen - nulis script - mikir artikel - tidur - bangun - belajar - nyanyi2 - belajar - tidur, dst. Now it was over, dramatically over. Diakhiri dengan ujian Farmakognosi hari Jumat jam 7 pagi. Malemnya belajar sampai jam 3, trus tidur, minta dibangunin Deang jam 4, trus latian soal, jam 5 tidur lagi, nyetel alarm jam 6, eh alarmnya tega banget nggak ngebangunin (atau kupingnya yang nggak denger), akhirnya jam 7 kurang seperempat baru melek. Coba bayangkan perasaanku saat itu (halah). Tapi untungnya dengan the power of kepepet, aku nyampek r.k. 3.1 on time dengan selamat! *nggak usah nanya tentang mandi, baju aja masih baju tidur warna pink* Huahaha :p

Lalu setelah UAS...

Nulis script film yang akan dikerjain sama Dani dan Ipud. Sudah dikerjain sejak lama sih, tapi berhubung inspirasi gueh nggak instan, nggak kelar kelaaaar. Nah, berhubung habis UAS dunia tiba-tiba kehilangan warna hitamnya (huwooo), kemauan untuk segera meng-kelarkan job yang satu ini jadi membuncah! (ini kenapa sih kok sinetron amat bahasanya -.-). Terakhir nulis yang semacem ginian itu pas semester 3, buat film di kuliah ISBD. Lalu setelah sedikit observasi dan penelitian random dengan cara ngamatin video klip lagu anak-anak "Menanam Jagung" dan Dora The Explorer di youtube, akhirnya dapet juga feel-nya :'D

Ngerampok novel di kosan Ulya :D wawawaaw, koleksi novel dia yang 3 kerdus itu sempet bikin aku bertanya-tanya, "sejak kapan togamas pindah ke kosanmu, Ul?" Hahaha. Sepulang dari kosan Ulya, tasku penuh novel bermacam-macam genre, mulai dari yang memotivasi sampai yang galau. Yaa ceritanya jadi sales promotionnya togamas gitu deh *lhoh*

Sortir berkas-berkas LPJ. Kalau sortir kereta api namanya masinis (sopiiiir itu maah) *abaikan

Nonton lomba cheerleader. Ini diajakin mbak Lita yang mau mendokumentasikan sesuatu di sana. Sampe sana gueh langsung ditarik-tarik sama panitia, dikirain anggota cheerleader tingkat smp yang ditinggalin sama kelompoknya *eh

Photo session di Lenmarch, sepaket sama nonton lomba Cheers itu tadi. Mumpung ada kamera keren di mbak Lita. Kapan-kapan deh diupload. Hehehe.

Sisanya adalah packing to Bromo. Lalu sunrise, padang pasir, gunung. Uyeeaah.

Sekarang aku lagi adventure-lag x) Yaudah yuks tidur duluu, kram di kaki sama punggung ini harus segera berlalu, matahari seg'ra berganti (kok kayak lirik lagu Chrisye -.-) Besok kayaknya mau ke kampus, ke dokter gigi dan ketemu sama yang baru pulang dari Jogja ;) (berharap Windy sama Peki nggak baca yang terakhir ini, ogah di-bully huahaha)

Chill out, have a nice holiday dude!

Read More
      edit

Saturday, May 12, 2012

Published 12:26 AM by with 0 comment

Kutip #1

Mengutip beberapa obrolan beberapa hari yang lalu.

*aku bingung nyariin penggarisku yang gambarnya mobil*
C : Liil, penggaris mobilku di kamu?
X : Mobil opo?
C : Bukannya harusnya tanya "penggaris opo?" gitu ya -__-
X : Oh iya, hahaha. Penggaris opo? Hahaha
C : -__- penggaris yang kamu pinjem tadi, gambarnya mobil.
X : Ooh di aku yaa? Waduh, takcariin dulu yaa.
C : Harus ada lhoo. Awas kalo ilang!
X : Yo, gampang. Ntar kalo ilang aku ganti sama mobil. Hahaha.

*diskusi Kimia Sintesis, 12 mahasiswa vs 1 dosen keren*
Dosen : (ngomong panjang lebar tentang ekstraksi) sebenarnya ekstrak itu apa sih?
Anak2 : .......... (hening)
Dosen : Lho kalian ini katanya mau bikin ekstrak, masa' ditanyain ekstrak itu apa, nggak bisa jawab.
Anak2 : ........... (hening lagi)
C : Err, hasil isolasi, pak.
Dosen : Hasil isolasi itu yaa namanya ISOLAT. Kalo hasil ekstraksi itu namanya EKSTRAK. Jadi ekstrak itu merupakan hasil ekstraksi! *mangkel*
C : *oh iya yaaa... Aduuh begoooo -__-*
Anak2 : ............... (hening lagi dan lagi)

*curhat time*
P : Aku orangnya nggak bisa cerita tentang masalah pribadiku ke orang lain. Maunya aku selesein sendiri >.<
C : Wah pasti ruwet ya kak masalahnya.
P : Iya, ruwet kayak wajahmu
C : Grrr, dalam keadaan galau masih sempet menindas gueh. Padahal gueh tadi mau bilang gitu ke elo tapi nggak tega tauk, kak -__-
P : Huahahaha. Yaudah ya dek terima aja, emang nasibmu ditindas :p
....................
C : Memang kalo kelewat kesel pasti susah move on maafinnya. Yang jelas, harus lebih dewasa dalam menghadapi masalah kayak gini.
P : Uwoo daleeem kata-katanya.
C : Tadi kesambet malaikat, kak.
Read More
      edit

Friday, May 4, 2012

Published 10:13 PM by with 0 comment

Saya Berbeda

Ya ya ya, lagi-lagi ada yang menyentak saya, melipatgandakan kegundahan saya, membuat otak mempertanyakan sekali lagi kepada si hati kecil...


Pesan di dunia maya kapan hari... Bukannya tidak senang dengan hal-hal seperti itu, namun sekali lagi saya berasumsi ada yang salah. Mungkin sekarang saatnya menegaskan pada diri sendiri, bahwa saya tidak ingin ada hal-hal yang membuat saya semakin tertarik kepada angkuhnya mereka, dengan kecantikan mereka.

Jujur, saya sedikit banyak merasa "ah saya tidak sebaik mereka", "ah tidak ada yang bisa dibanggakan seperti mereka" - lebih seperti itu... Harusnya tidak boleh ya?

Saya tidak ingin dinilai berdasarkan fisik semata, apalagi dibandingkan dengan mereka. Mereka yang luar biasa secara fisik itu sebenarnya tidak begitu menarik jika pribadinya biasa saja. Saya ingin menjadi orang yang biasa saja dari tampakan luar. Orang tidak perlu mengagumi ketika melihat saya sekilas, bahkan tidak perlu melihat saya, namun mereka harus menatap kagum pada karya saya.

Rasanya semakin kuat dorongan kepada diri sendiri untuk menjadi seluarbiasa mungkin, agar manusia yang satu ini berhenti menilai dirinya rendah. :')

Saya berbeda dengan mereka. Jangan bandingkan!
Read More
      edit

Sunday, April 29, 2012

Published 3:24 PM by with 0 comment

Yang Tak Terkatakan

Anda harusnya tau, ketika saya mengulur-ulur kata, itu artinya saya sedang tidak ingin berbicara pada Anda, tetapi Anda terlalu takut untuk menjadi orang yang diam selagi saya meredakan emosi dan kekecewaan saya. Saya kecewa, bukan marah. Akhirnya saya tau betapa Anda sebenarnya tidak terlalu peduli. Kecewa.

***

Dear, you. Aku kira kamu akan dengan gentle menghampiri aku yang sedang berdiri di samping sahabatku, yang kalau matanya bertemu dengan matamu auranya berubah menjadi seperti ayam petarung. Nyatanya dia benar, kamu hanya hebat dengan kata-katamu. Not more. Selama beberapa waktu aku dan sahabatku hanya memandangi gerak-gerikmu dari jauh, mengira kamu akan mencari kesempatan dimana aku tak sengaja keluar dari balik punggung sahabatku. Nyatanya tidak. Dan kami tertawa-tawa.

***

Heh kamu. Iya, kamu yang dari dulu nggak pernah berubah, selalu konyol, out of the box, dan seringkali gagal menutupi perasaanmu. Jangan mudah percaya sama kata orang-orang. Mereka hanya ingin melihat ekspresi jealous-mu. Dan ketika itu berhasil, aku ikut tertawa puas sekali. Jangan mudah salting out juga. Harusnya ketika mereka mengarahkan kamera ke kita, kamu bersikap normal saja (eh memang kapan kamu bisa bersikap normal? :p)

***

Sekarang Anda. Anda yang pernah membuat saya stuck pada beberapa kenangan. Seakan yang nyata adalah kemarin, bukan hari ini. Memang terlalu banyak yang mereka katakan tentang Anda. Anda pun memainkan kata-kata eksentrik dan cerdas ala Anda sendiri. Hati yang mudah terbolak-balik ini terkadang mencoba menemukan panjang gelombang yang pas ketika berhadapan dengan Anda. Ya sudahlah biarkan mengalir saja.

***

Yang ini buat kamu, sahabat yang sering bikin aku geleng-geleng kepala. Tau ndak, aku selalu ingin memiliki sifat-sifatmu. Cuek, seenak udel, berani, dan pantang menyerah. Seneng ya akhirnya bisa foto mesra dengan pujaan hati? Aku bayangin seharian ini kamu pasti tiduran sambil ngeliatin foto itu di display kameramu. Hahaha. Anyway, makasih bro sudah nggak terlalu frontal ngajak orang betengkar. Makasih untuk "kepura-puraan" kita ketika muncul di depannya, cukup kok untuk membuat dia geram dan aku lelah menahan tawa.
Read More
      edit

Friday, April 27, 2012

Published 2:11 PM by with 0 comment

Lega :)

Hari terakhir UTS... Rasanya kayak layangan yang benangnya putus dan menari-nari terbawa angin. Bebas! Alhamdulillah...

Kemarin setelah berhasil tersentak oleh ayat ini....

Wa ila robbika fargobh
Dan hanya kepada Tuhanmu lah kamu berharap - Alam Nasyrah : 8

Akhirnya saya tenang, dan tetap berharap pada-Nya.

Dan hari ini saya merayakannya dengan membeli majalah Bobo, lalu membacanya sampai habis sekaligus. Huaaah rasanyaaaa sesuatu banget :') Berasa kembali ke jaman SD. Persis. Hari Jumat, pulang cepet, buru-buru ngelepas sepatu, meraih majalah Bobo edisi terbaru di meja, lalu masuk kamar, membaca habis isi majalah sambil menunggu Mama pulang kerja.

Majalah yang sekarang harganya 9500 rupiah (mahal juga untuk ukuran majalah tipis) ini ternyata tambah keren. Sungguh keren. Bobonya pake topi yang ada bolongan buat telinganya lho *apanya yang keren*. Yang bikin tambah keren adalah dia sekarang FULL COLOUR... Iya, FULL COLOUR, yang juga impian layouter manapun di dunia, termasuk para layouter di majalah kebanggaan Fakultas Farmasi. :p Yaah, aku doain suatu hari nanti kesampaian deh, biar makin keren kayak Bobo. Amin.
Read More
      edit

Tuesday, April 24, 2012

Published 10:58 PM by with 0 comment

Party, High Heels?

Well, I love party, love invitation, love being overweight since all those food and beverages (yet never), love talking a lot with the girls, love joking with the guys, and love hearing my name called from the stage...

But hate to know that all my clothes are about jeans and casual. How can I go to party with that kind of clothes? ~.~

And hate high heels! No way with high heels. But if it's a party, you should be long-dressed. Long-dressed means high heels-mate. High heels mean "oh my feet disagree" and I don't have ones - instead of my sister has the 7cm ones and 15cm ones. Wow. If it's not high heels, it must be wedges. That kind of shoes are nice enough, but still, it's not ME. I'm too afraid to fall down while going upstairs and downstairs and being frustated of those shoes.

I wonder going to party is like going to concert. Blue jeans, white t-shirt, and converse. Oh Lord, that's me-enough :d
Read More
      edit
Published 10:26 PM by with 0 comment

Dulu...

Kadang masih ingat...

Dulu ada yang tengah malam rela menahan kantuk untuk membaca pesan nggak penting dariku
Atau kalau nggak gitu, hanya bertanya, "how's your day?"

Terus ada juga yang sengaja menyisipkan kata-kata tak terlupakan di buku catatanku

Atau kalau nggak gitu, membuat aku kesal dengan keisengannya

Terus ada juga yang mengerti sekali kalau aku gampang sakit, padahal aku suka bermain dalam hujan

Atau kalau nggak gitu, menjadi perhatian sekali ketika aku benar-benar jatuh sakit

Dulu....

Sekarang dia menghapus aku dari ingatannya, dari hidupnya...

Read More
      edit
Published 10:23 PM by with 0 comment

Cara Tepat untuk Menghargai


Kata ayah, kalo nilai UAN-ku bagus, trus masuk SMP favorit, aku dibeliin ipad lhoo...

Itu kata seorang anak SD yang mau UAN. Hmm... ya bagus sih buat motivasi, gimanapun semangat “memperebutkan hadiah” itu memacu usaha banget, apalagi buat tipe anak kayak dia yang notabene susah disuruh belajar. Baguslah, tapi bener kah caranya seperti itu?

Yang gueh tau “nilai UAN bagus” dan “masuk SMP favorit” itu jauh lebih berharga daripada ipad. Lagian anak SD gitu loooh, buat apa ipad? Gueh aja dari dulu ngiler sama ipad belum kesampaian #iri. Ah mungkin anak umur segitu belum ngerti...

Seinget aku, selama ini aku nggak pernah diiiming-imingi sesuatu sebagai tanda hadiah. “Kalau kamu bisa rangking 1, nanti mama beliin anak gajah warna pink.”

Belinya dimane mak? Di Way Kambas aja adanya warna abu-abu semua.
Dulu aku emang pengen banget pelihara gajah warna pink kayak Bona yang di majalah Bobo, kirain di pasar ada yang jual, tinggal diiket kakinya, dimasukin kresek terus dibawa pulang.

“Kalau kamu bisa juara kelas, nanti mama ajak ke planet Kryptonite terus kita minta foto bareng Superman di sana.”

Supermannya lagi maen film di bumi, mak -_-
“Kalau rangkingmu bisa naik semester ini, nanti mama bikinin kue lapis bentuk onde-onde.”

Nah lho gimana itu ya? Hahaha.
“Kalau kamu bisa.... nanti mama kasih hadiah....”
No way. Enggak blas deh pokoknya.

*keliatan banget kalo iri.

Eh enggak iri kok... Hemm, dikit sih sebenernya :p eh enggak enggak, beneran nggak iri. Sekedar berpendapat aja, motivasi yang berupa pemberian materi itu menurutku akan cepat terdegradasi. Atau dengan kata lain, hanya memacu semangat sementara saja sebelum akhirnya males-malesan lagi.

Meskipun mamaku nggak pernah menjanjikan hal-hal materiil seperti itu, tapi ada sesuatu darinya yang selalu memacu aku dari dulu hingga sekarang...

Mama biasanya membiarkan aku berusaha sekuatku sebisaku, lalu ketika hasilnya keluar, entah baik atau buruk, beliau selalu tau cara tepat untuk menghargainya. Iya, MENGHARGAI, bukan sekedar menyanjung atau memuji.

Mamaku itu tipe orang yang sederhana. Penampilannya sederhana. Perbuatannya sederhana. Tutur katanya sederhana. Kesukaannya sederhana. Kebahagiaannya sederhana. Tapi ketulusan hatinya luar biasa. Maka cara menghargainya pun sederhana dan tulus, membuat orang yang mendengar luluh hatinya.

Misalnya dulu waktu SD. Nilai raporku jelek, bahkan mungkin paling jelek di kelas. Orang tua lain mungkin akan malu dan kesel, terus marah-marahin anaknya yang nggak pernah belajar. Tapi mamaku enggak. Yang dikatakannya cuma,

“Waah kok jelek... Tapi nggak apa-apa, kan sudah berusaha. Habis ini belajar yang rajin yah. Nanti mama bantuin yang nggak bisa.” Plus senyum tiga jari.

Aku hanya mengangguk, tersenyum juga. Dalam hati aku berkata, “iyah ma. Aku akan belajar. Sungguh aku akan belajar biar nggak jelek lagi nilainya.”

Makanya aku heran ngeliat adek-adek sepupuku dicerewetin ibunya gara-gara nilainya jelek.

Atau waktu SMA. Pas kelas 3 bisa rangking 1 di kelas *eh, bukan maksud hati untuk sombong*. Mama cuma bilang,

“Selamat ya sayang. Nggak sia-sia kan usahanya belajar tekun? Mama bangga sama kamu. Semua orang yang kenal kamu juga pasti bangga.” Plus senyum tiga jari lagi.

Lagi-lagi aku hanya mengangguk, tersenyum lebih lebar plus mata berkaca-kaca.

Itulah mamaku. Yang dihargai itu USAHAnya, bukan HASILnya. Setiap usaha itu ada harganya, berikanlah dengan tulus.

Dulu aku selalu menelan kekecewaan karena seumur-umur rapor nggak pernah diambil orang tuaku sendiri, malah pernah dititipin ke orang tua temen karena nggak ada yang ngambil. Ketika sebagian besar orang “merayakan” hari rapotannya, aku malah nangis, mengurung diri di kamar, dan baru membaik kalau mamaku datang atau sekedar nelpon untuk mengatakan kata-kata ajaibnya itu.

Sampai sekarang pun, kalau inget senyumnya mamaku, kalau lagi terngiang-ngiang suaranya yang lembut, langsung deh muncul semangat untuk berusaha lebih dari alam bawah sadar.

Everything I do, I do it for you Mom, for your smile and happiness. Please Allah, take her care, make her happy, and say to her that I love her more than I can say :’)

Read More
      edit

Monday, April 9, 2012

Published 9:47 PM by with 0 comment

Pamanku :')

Pada saat-saat tertentu, seseorang pasti perlu berbicara dengan ayahnya... Apalagi seorang anak perempuan.

Baru-baru ini aku merasa ingin berbicara dengan seseorang yang sudah lama aku rindukan. Gimana ya rasanya bicara sama beliau? Setidaknya aku bisa membayangkan :')

Belum lama ini aku kehilangan seorang paman yang aku cintai. Seorang paman yang semangatnya tak pernah mati. Sebenarnya bukan paman sedarah sih, lebih tepatnya anak angkat di keluarga yang sudah seperti saudara-anak-paman sendiri bagi kami. Tapi paman yang satu ini yang paling dekat sama aku, yang menjadi motivasi tak terkatakan bagiku. Kalau aku merasa perlu berbicara dengan papa, aku tau aku bisa bicara dengannya. Setidaknya nggak jauh-jauh beda lah.

Tapi sekarang, ia sudah pergi di usianya yang masih muda. Aku ikhlas kok, meski awalnya sedih tak terkira. Sekarang nggak ada lagi yang nelpon aku pas aku lagi tengah-tengah kuliah. Nggak ada lagi yang aku tunggu kedatangannya di akhir minggu untuk aku buatkan teh hangat. Nggak ada lagi yang ngajak aku beli es campur sore-sore...

Rasanya ingin sekali titip salam kangen buat papa di sana :')
Read More
      edit
Published 9:28 PM by with 0 comment

Tentang Regu Macan

*ditulis di antara tumpukan jurnal praktikum*

Anak-anak semester 4 meskipun nggak pernah jauh dari kertas folio bergaris, masih bisa bertambah juga kadar kekonyolannya.

Karena di Farmasi ini kelompok praktikumnya sering dibagi berdasarkan urutan nomer induk, jadi anggota kelompoknya ya itu-itu aja. Mulai dari Fisika Dasar, Kimia Dasar, Anfar, Kimsin... Aku sekelompoknya sama 6 orang yang sama. Sebut saja nama kami Chyntia, Dani, Dita, Novi, Meri, Windy. Nama kelompok kami adalah REGU MACAN! Kenapa kok regu macan? Tanyalah pada Dani. Kayaknya waktu itu dia lagi kangen sama regu pramukanya pas SD.

Ada sih departemen yang akhirnya mutusin untuk me-random pembagian kelompok. Tapi begitu diliat-liat, ternyata kami nggak random-random amat. Yang pindah cuma Meri sama Windy. Additional teamnya Ulil, mbak Gina dan mbak Lydia. Mbak-mbak itu langsung kami angkat jadi pembina kami. Hidup pembina! Huahaha.

Trus pas praktikum Farmakognosi yang sendiri-sendiri dan sangat random, kami juga nggak random-random amat. Sebelahku Ulil sama Dani. Di belakang ada Novi.

Regu ini adalah tipe orang-orang yang pas praktikum pendahuluan Kimsin udah pada lemes dan males berdiri. Baca reaksi asam-basa nggak paham-paham, sampe Pak HP ngasih pencerahan baru kita bisa bilang “ooooooooh”. Pas minggu pertama, kami lebih suka duduk-duduk di depan labu destilasi sambil ngobrol kesana-kemari daripada berstrategi membelah diri melakukan banyak percobaan. Peduli amat, nggak selese juga biarin.

Pas minggu kedua Kimsin, orang-orang ini sepertinya mulai sadar diri. Jangan lemes-lemes hoi. Akhirnya kami membelah diri. Dani sama Novi yang rekristalisasi, Aku sama Meri awalnya nyiapin untuk soxhlet, terus Meri sama Dita berkolaborasi destilasi uap. Aku pun melanjutkan ke percobaan destilasi air sama Windy. Dan adaaa aja kejadiannya walaupun kita sudah berpencar.

Ekstraksi Soxhlet... Chyntia dengan sotoynya pake daun teh yang tersedia di depannya untuk ekstraksi kafein. Trus baru berasa aneh waktu udah muncul hasil ekstraksinya. Kok warnanya butek banget ya? Mirip-mirip akuarium yang nggak dikuras sebulan. Ah kan kafeinnya banyak makanya butek --> alibi. Ternyata itu daun teh ampas yang sebelumnya udah pernah diekstraksi. -_-

Rekristalisasi... Entah kenapa udah ngulang dua kali masih nggak seperti harapan. Kristalnya cuma dikit. Trus dibilangin anak kelompok sebelah untuk pindah tempat. Ada yang nggak beres di hot platenya. Dan ternyata bener, di percobaan ketiga yang pindah tempat, kami berhasil. Haaah percobaan ketiga? *.* emang deh, kita suka mereplikasi seenak udel.

Destilasi... Ada tiga orang yang lagi enak-enak nunggu suhunya naik sambil ngobrol kesana kemari. Tiba-tiba ada yang nyemprot. Omelan dosen maksudnya? Bukan. Nyemprot dalam artian yang lebih harfiah. Selang kerannya nggak rapet, terus tiba-tiba nyemprot dengan kerasnya. Tiga orang yang enak-enak nunggu suhu konstan destilasi tadi langsung turun suhunya (baca : basah kuyup). Sebut saja namanya Chyntia, Windy dan Dani.

Regu ini adalah tipe orang-orang yang pas praktikum Anfar malah ngobrolin Digimon, Pokemon, Ninja Hatori, Powepuff girls kesukaan mas Hafizh, jajan pas SD... semuanya dilakukan sambil ketawa-ketiwi. Trus pas nungguin spektra GC keluar, kita main minesweeper dengan enjoy-nya. Alhasil, peak areanya pecah semua, kapok lah kita.

Regu ini adalah tipe regu yang selalu menerima alibiku, seberapapun nggak masuk akalnya itu. Huehehe.

Misal~

X : Yaah, kita parah yaa.. masa’ rekristalisasi aja harus ngulang tiga kali :(
C : Lho ndak apa.. Replikasi ini namanya...Semakin sering diulang semakin bagus.

Dan semuanya setuju. Beres deh :D Ahaha.

Yang pasti regu ini meskipun sering salah di sana sini, sering mecahin alat, sering guyon nggak berenti-berenti... tapi punya semangat belajar yang cukup tinggi dan resisten terhadap luapan emosi dosen. Regu macaan... Raawr :D
Read More
      edit

Friday, April 6, 2012

Published 9:17 PM by with 2 comments

Si Tomcat Garong

Pertama kali tau tentang tomcat dari tanteku. Tanteku taunya dari broadcast-an BB.

Tante : Eh udah tau tentang tomcat belum?
Aku : Tomcat? Kenapa si tomcat? Penyet kejatuhan besi lagi? *bayangin : tom and jerry kejar-kejaran
Tante : Bukan yang ituu -_-

Waktu aku sama adek-adek sepupu ngeliat gambar di artikel itu, yaitu gambar mukanya tomcat, aku ngerasa lumayan familiar. Jangan-jangan kita masih sodaraan? #eh. Adek-adek sepupu itu juga tampaknya lumayan familiar. Nah lho! Jangan-jangan beneran sodaraan.

Adek 1 : kayak permen blast** yaa, belang-belang
Adek 2: enggak, kayak pelangi tapi dua warna (maksa banget)
Adek 3 : kayak boneka doggy-nya mbak Chyntia
Aku : eh itu serangga, bukan anjing -__-
Adek 4 : kayak mbak Chyntia
Aku : maksud loo -__-

Dan sepanjang aku ngikutin berita tentang tomcat, ternyata beritanya penuh dengan hoax. Yang katanya racunnya lebih berbisa dari naga lah (emang naga berbisa?), yang katanya bisa bikin mati lah, yang katanya dia suka makan ayam goreng lah... Pokoknya paling nggak suka ada orang bikin isu-isu yang lebai kayak gitu di media massa, berasa ngebohongin anak kecil aja ya. Tapi toh juga banyak yang jadi parno sama tomcat gara-gara berita macam itu. Mungkin bentar lagi bakal muncul istilah baru untuk fobia tomcat, obsesif tomcat, identifikasi hubungan linear antara ukuran badan tomcat dengan minyak atsiri yang dapat diisolasi (eh?)

Anyway tentang isolasi... anak-anak BEM Farmasi kapan hari berhasil mengisolasi tomcat lho. Sebenarnya rada nggak percaya juga. Waktu ada yang bilang, “itu tuh ada tomcat diisolasi kalo mau liat.”, aku membayangkan dengan ruwet, kirain ada hubungannya sama isolasi senyawa yang sering diceritain Pak Marcel.

Waktu ngerjain lpj di sekre BEM...

C : Masa’ sih bisa diisolasi?
X : Iya, itu di buku baceman.
C : Hah? (mikir : maksudnya aku disuruh liat teori isolasi tomcat di baceman gitu?)
X : Itu lhoo, ambilen baceman oren di belakangmu itu.

Eh ternyata isolasi dalam artian yang paling sederhana. Serangganya ditempelin di cover baceman pake solasi a.k.a selotip. Nyesel udah mikir ruwet -__-

Waktu ada temen yang ngaku kena gigitan tomcat dengan histeris...

A : Huaaa Chyntiaaa... aku digigit tomcat nih huaaaa...
C : Kalau boleh tau, kena gigitannya kapan ya? -->bahasa KIE -_-
A : Kemaren malem. Nggak kerasa tiba-tiba ada tomcat nempel di kakiku. Huhuhu.
C : Tomcat nempelnya di kakimu, kalau aku nempelnya di hatimuu :3
A : (ngambil kloralhidrat sejirigen)

Trus sebagai penambah sensasi, aku berkoar-koar.

C : Tau nggak sih, ada kemungkinan tomcat itu mutan lho!
B : Hah mutan?
C : Iyaa, dia itu sebenernya semut yang keliaran di lab Anfar, terus nggak sengaja pas jalan-jalan masuk ke alat yang meradiasikan sinar gama, radiasinya kena dia. Cuuss, dia tiba-tiba berubah jadi spesies lain yang punya kekuatan super. (adapted from Hulk)
B : .....
A : Apa cobak kekuatan supernya? <-- heran, ternyata ada juga orang ngeladenin khayalan gue
C : Kekuatan supernya ituu... dia bisa berubah jadi tomcat garong kalo malem. Kelakuan si tomcat garong.. (nyanyi-nyanyi)
A dan B : (ngakak sampe jongkok-jongkok)

Kapan hari omku merasakan kehadiran tomcat di sekitarnya pas lagi makan kripik singkong.

Om : Eh eh ada tomcat, ada tomcat! (sambil bawa kripik di tangan)
Adek : Hajar om, hajaarr!

Omku langsung pasang posisi kuda-kuda pencak silat... dan... hiaaats, ngelempar tomcat pake kripik singkong. Ciuuw... ciuuw...

Tomcatnya lari ke arah adekku. Adekku lari ke arah tomcatnya, kayak adegan sinetron, eh nggak ding.. lari menjauh dari tomcat. Dan mereka dengan kompak ngelemparin kripik singkong ke tomcat.

Aku yang ngeliat kejadian ini cuma ketawa ngakak sekaligus ngebatin, apasih orang-orang ini. Mana ada sejarahnya tomcat takut sama kripik singkong. -__-

Memang deh ya, kalo diliat-liat, berita tentang tomcat ini sengaja dibuat-buat, direka-reka sedemikian rupa untuk menutupi berita-berita lain yang sebenernya lebih penting dan lebih pantas dibahas dalam media. Tauk ah, yang penting pinter-pinter milihin berita yang masuk kuping aja pasti aman kok~
Read More
      edit

Thursday, March 29, 2012

Published 7:54 PM by with 0 comment

Michael Learns To Rock-Take Me To Your Heart



take me to your heart, take me to your soul. Give me your hand before I'm old :)
Read More
      edit

Sunday, March 18, 2012

Published 10:35 AM by with 0 comment

Gula-Gula Kapas Warna Merah Muda

Cerita tentang risau day~
Waktu itu hari Kamis, dimana jadwal kuliah-praktikum nggak bikin eneg karena udah kelar jam 12... Setelah ngebungkus-bungkus jatah simplisia cacahan, aku sama makhluk bernama Leha menyelesaikan segala urusan yang ketunda. Kita ke Lab Pramita, terus ke Bank Muamalat dan ending-nya makan serabi kuah. Yang jelas, kalo jalan sama Leha itu artinya aku seperti menemukan tempat nyampah yang tepat untuk membuang ingatan-ingatan yang tidak pantas diingat terlalu lama.

Entah karena ngerasa bersalah gara-gara lewat deadline artikel, proposal penerbitan belum jadi, kebayang-bayang LPJ, pertemuan yang tidak diharapkan hari ini, cuaca yang mendung (emang ngaruh apa --'').. atau kena One Direction infection yang katanya lebih parah dari Justin Bieber Fever (lha terus kenapa?).. atau gara-gara tadi malem dismsin sama kakak ganteng... yang pasti ketawa-ketawaku yang tadi sempet bikin heboh di kelas langsung bermanuver jadi mellow.

"Udah kayak tempat sampah yaa gue ini kalo jalan sama lo.." ujar Leha sambil manyun tapi ikhlas. Hahaha.

Berhubung dia ternyata lagi galau pol-polan, sampah-sampah yang udah aku buang ke dia tadi langsung dilempar balik ke aku. Sabar... Sabar... *mungutin sampah

Seperti biasa, kalo udah ngoceh ini-itu kita suka lupa sama hal-hal penting, kali ini yang dilupain adalah tugas Tanur Tas punya Mbak Eka dipinjem Leha dan kebawa sama dia sampe aku pulang. Begitu bangun tidur jam 5 sore, aku baru panik, mana belum ngerjain sama sekali. Maunya aku yang ngambil di kosannya, tapi ternyata dia mempeng mau ke rumahku.

Akhirnya tibalah Leha dan Hilal di rumahku. Eh nggak langsung ke rumah sih, nyasar dulu mereka, terus aku jemput di deket kuburan *dikirain rumah gue di kuburan? --'*

Dengan inisiatif orang yang cukup sumpek, aku ngajakin mereka ke bazar deket rumah. Mereka juga langsung "ayok" aja, nggak mikir belum pada ngerjain tugas Farmakog sama sekali -__-

Jadilah kita jalan-jalan, liat-liat obralan kaos kaki 10ribu tiga, ngiler pengen naek bianglala mini tapi takut kalo Leha ikut naik ntar bianglalanya nggak mau muter, beli kereco dua bungkus, ikut ngantri mancing ikan plastik, ngecengin tukang batagor *eh yang terakhir enggak ding. Hehe.

Dan lagi-lagi aku yang kena celetukan-celetukan gosip mereka..

Leha : eh gue dateng ke sini sama Hilal. Harusnya kamu ngajak si itu dong ke sini, pasti romantis kita, double date. Ciyee..

Aku : si itu? trus kalo aku ngajak si itu, si ini dikemanain? *bahasa galau, pake ini-itu nggak jelas* (ngomongnya setengah sadar sambil ngorek-ngorek cangkang kereco)

Si itu yang dimaksud Leha itu berubah-berubah. Mungkin lain kali perlu dikasih nama samaran kayak Mawar atau Bunga gitu ya kalo ngegosip. Hahaha.

Hilal : kalo sama Leha mah nggak jadi double date, triple date malahan. Hahaha.

Leha : (mukul-mukul Hilal)

Dan terakhirnya, di pertigaan jalan kita nemu orang jual gula-gula kapas. Huaah seneng bangeet xD kenapa seneng? Nggak tau, pokoknya seneng aja, biasalah orang lagi mellow. Udah lama nggak makan hasil sentrifuge sukrosa ini *bahasa KimFisnya keluar*. Kita beli satu buat bertiga, biar romantis gituuu *modus lain dari kere*

Rasanya manis (yaiyalaah), rada nyiksa dikit mungkin kalo dimakan pas gusi sensitifku lagi bengkak tapi suer rasanya lidah dimanjakan banget sama manisnya. Pengen lagiii.

Terlepas dari kejadian Hilal batuk-batuk besoknya sambil nyalahin makanan itu, gula-gula kapas warna merah muda ituuu... pereda galau kedua setelah es krim. x)
Read More
      edit