Wednesday, July 11, 2012

Published 11:27 PM by with 0 comment

Kece The Explorers

Tanggal 9-10 Juli yang lalu, ketika anak-anak sekolah lagi menjalani hari pertama masuk sekolah, kita anak-anak kelas C (Kece) sedang menikmati hari pertama liburan kita. Kali ini acaranya ke Bromo! Wuwuwuuw...

Segerombol anak berhasrat liburan ini berangkat dari Surabaya sekitar jam 7 pagi dengan 2 elf warna ijo, sopir yang ramah, dan sekerdus sarimi rasa kari ayam (backsound : sarimi isi duuaa *joget-joget). Elf yang aku tumpangi kebetulan suasananya nggak seberapa rame. Yang bersuara sepanjang jalan awalnya cuma mp3 yang disetel, yang galau-galau gimanaa gitu. Jadilah aku yang duduk mojok di belakang nyanyi kenceng-kenceng duet sama penyanyinya meski nggak hapal lirik. Kalau semisal suara penyanyinya di-mute trus tinggal suaraku doang, mungkin kedengerannya kayak gini, "sekalipun aku takkan pernah.... kan percumaa haaaa... tapi bukan aaaakuuuu.. uwooooooh" bikin pening yang dengerin. Hahaha.

Trus anak-anak nyetel film Final Destination. Aku merem-merem sambil teriak-teriak protes. Sialnya, durasi perjalanan ternyata cukup buat nyetel film jorok itu sampe selese. Aku yang lebih suka nonton Sikomo ini cuma bisa melempar pandang ke luar jendela dan nyanyi "Naik-Naik ke Puncak Gunung".

Terus aku nanya, "kita tujuannya kemana dulu nih?"

"Ke air terjun Madakaripura."

"Hah? Makantempura?"

"Madakaripuraaa!!"

"Oh.." (masih nggak ngeh tapi kapok disentak)

Ternyata Madakaripura itu air terjun yang kereeeen tak terbayangkan. Jalan menuju air terjun itu mirip rute yang suka dilewatin presenter acara animal planet episode nangkep belut di kubangan *eh nggak ding* pokoknya seru dan berbau petualangan banget. Saya suka. Ahaha. Pas kita ngeliat air terjun kecil-tinggi yang percikan airnya menjadi hujan alami di sekitarnya, kita sudah seneng banget. Tentu saja, ada pelangi :'D Kali ini indaaah sekali berpendar di sekitar kaki.

There's no rainbow without rain.

Sampai di sini otak saya mulai berpikir, ah ya begini deh, kita nggak bisa hanya melihat pelangi terus-terusan tanpa melihat hujan. Di sini hujannya sepanjang waktu, maka pelanginya pun sepanjang waktu. *dilanjutkan dengan meng-analogikan dengan kehidupan*

Saya lebih suka lagi ketika sampai di air terjun yang sesungguhnya. Subhanallah, indaaaah sekali. Nggak nyesel sudah jalan kaki melewati sungai dan merambat dinding batu kayak tadi. It's paid!

Kece in Madakaripura

Formasi I LOVE C, oleh anak-anak kreatif nan autis tapi manis

Yang paling bikin ketawa adalah teriakan temen kita, Ulil, di depan air terjun, "Niagaraaaa!!!" <== ekspektasi terlalu tinggi. Maaf, Pak, ini Madakaripura, bukan Niagara. Hahaha.

Di villa kita banyak ribetnya. Ribet bongkar-bongkar tas, rebutan kamar mandi, nyari barang-barang, dan lain-lain. Lantai villanya suer dingin banget. Apalagi airnya, nusuk-nusuk tulang! Kalau ada yang setres trus pengen mendinginkan kepala, air di sini adalah pilihan yang tepat dalam konteks harfiah. Hahaha.

Sering banget kita denger teriakan model begini :

X : Hooi cepetaaan yang di kamar mandi. Aku kebelet pipis!
Y : Huuaaaaaaaa (teriak gara-gara airnya dingin kayak es pas nekat mandi)
Z : Waah lupa nggak bawa kaos kaki... (muka lemes)
C : Aku bawa, tapi gambarnya kupu-kupu. Mau?
Z : ..... (kebetulan adalah cowok yang nggak suka kupu-kupu)

Petualangan yang lebih seru datang beberapa jam kemudian, waktu sore hari, ada yang mencetuskan ide naik ke Bromo ngeliat kawah.

Sebelum berangkat aku ribet nyiapin perbekalan berupa cokelat, air minum, gula merah, minyak kayu putih, trus pake jaket bulu-bulu, syal, sarung tangan, kaos kaki dan sepatu... sementara Ulil heran dengan ribetnya aku -_-

Kita berangkat dari villa sekitar jam 4 sore, saat itu kabut mulai turun. Suasana mirip kayak di film horor. Afif dan Pak Sopir tinggal di villa sementara yang lain berangkat. Waktu nyampek di lautan pasir, rombongan terpisah jadi tiga. Yang kuat banget jalan, duluan di depan. Yang setengah kuat, agak di belakangnya. Yang jalannya berasa kayak di mall, nyanyi-nyanyi sambil berenti-berenti, di belakang banget. Jadi agak-agak deja vu sama prinsip dasar Kromatografi.

Aku berada di kelompok tengah-tengah, setengah kuat. Jalan bareng Dani, Ulil, Meri, Windy dan beberapa orang lainnya. Waktu aku ngeliat jam udah jam 5 sore, Bromo masih terlihat setinggi rumah orang. Prediksi 1 : nyampek puncak pasti sudah gelap.

Kami terus berjalan melintasi lautan pasir, sambil berkhayal berada di jaman perangnya Islam, bertempur merebut daerah kekuasaan orang kafir dan dibantuin sama pasukan burung Ababil yang bawa batu dari neraka. Maka kamilah prajurit Islam itu... yang sesekali berseru : itu dari suku Poaceae!, sambil menunjuk rumput liar yang kami lewati.

Akhirnya dua rombongan terakhir memutuskan untuk nggak meneruskan perjalanan. Rombonganku berhenti ketika langit mulai gelap, sedangkan tangga menuju puncak masih terlihat kecil. Sementara rombongan satunya berenti lebih dulu jauh di belakang kami. Kita menunggu teman-teman yang di puncak turun lagi.

Tiga rombongan ini saling mengamati cahaya senter masing-masing sambil sesekali berteriak. Agak lupa kalau masih ada sinyal hp -__-



Well, lanjut besok yah ceritanya
      edit

0 komentar:

Post a Comment

yuuk komen yuuk . . .