Wednesday, June 30, 2010

Published 10:45 AM by with 0 comment

When I was Down and Troubled

(Ceritaku tentang Proses Jatuh Bangun Menghadapi PMDK-PMDK Universitas)

Everything’s going surprisingly
There was a time when I was down and began to cry
There was a time when I had to get up from the failure
That’s the time I know that life is not easy anymore…


Ini cerita tentang keterpurukan dan kerapuhan hati seorang anak usia tanggung yang waktu itu masih umur 16 tahun. Ceritanya tentang kegagalan, keberhasilan dan perjuangan yang menggemparrrkaaann… (halah, opo ae)

Sebenernya aku udah berkali-kali ngerasain gagal, tapi nggak seberapa ngerasain sih, soalnya cuma kegagalan-kegagalan kecil yang nggak sudi bikin aku down. Kayak gini contohnya: nem waktu SMP kalah bagus sama temen-temen sekelas; gagal nawar harga barang di pusat perbelanjaan (gara-gara nawar nggak pake aturan.haha); gagal nyontek; gagal bikin kue; gagal nyampek ke tempat tujuan (a.k.a nyasar); gagal koneksi internet; sampe gagal ngirim sms (kehabisan pulsa). Bener-bener kegagalan-kegagalan nggak penting. Kalo dibikin daftar kegagalan, mungkin panjangnya sama kayak jembatan Suramadu (perkiraan ngawur).

Ada satu pengalaman tentang kegagalan yang masih aku inget. Begini ceritanya..

Waktu itu aku dan temen-temen kelas XII lainnya memasuki semester 6 yang merupakan semester akhir di SMA. Berarti udah waktunya kita siap-siap menghadapi UNAS dan menentukan pilihan jurusan kita di kuliah nantinya. Saat itu pula kita mulai sibuk daftar PMDK ini dan itu. Aku sendiri daftar PMDK Prestasi Universitas S, B dan A. Itulah mengapa aku jadi sering ngeksis di BK, TU dan ruang guru untuk ngurusin rapor yang merupakan syarat utama daftar PMDK. Tiap hari aku bolak-balik ke ruang-ruang penting itu buat minta keterangan peringkat di wali kelas, surat keterangan, legalisir rapor dan piagam, atau sekedar ngadem di ruang ber-AC (hehehe). Selain itu juga harus daftar online, bayar di bank, bla bla bla. Berkas-berkas PMDK pun segera dikirim secara kolektif dari sekolah.


Perjuangan tak berhenti sampe di sana. Aku harus ikut tesnya Universitas A dan S, kalo B sih enak nggak pake tes. Yang paling awal tes tulis dan wawancara S. Kebetulan jurusan yang aku pilih adalah Pendidikan Bahasa Inggris, makanya selain tes TPA, ada juga tes reading&grammar, yang jadi momok adalah TES WAWANCARA. Brrr...apalagi beberapa saat sebelum tes ada orang geje bilang tes wawancaranya ntar speech alias pidato dalam bahasa Inggris. Wow, kejutan! Jangankan pidato, tanya-jawab biasa aja aku gelagapan. Tapi ternyata itu cuma kabar geje dari orang geje. Nggak ada speech, cuma ditanyain hal-hal yang remeh-temeh kayak anak SD.

Dan saat pengumuman hasil tes PMDK S...

Aku nggak keterima. Devi dan Injar yang keterima. Hari itu juga, aku cabut ke kantor BAAK sebuah institut, ngumpulin berkas PMDK Reguler yang menjadi cadangan selanjutnya. Seingetku setelah ngumpulin berkas sama Devi, kita langsung ke sekolah. Aku lupa waktu itu hari apa, pokoknya temen-temen di kelas lagi nyantai banget. Anak-anak cowok malah asyik maen di rumah Ocid, tinggal beberapa doank yang masih bertahan di kelas.

Aku menampakkan ekspresi suramku. Dengan suara kayak anak kecil merajuk minta permen kayak biasanya, aku curhat ke semua orang yang ada. ”Aku nggak keterimaaa..”. Tapi aku masih bisa ketawa ngeliat cara Dharu nyemangatin. Dia pura-pura telpon di depanku sambil nyalah-nyalahin S gara-gara nggak nerima aku dengan gayanya yang khas. Gyahahaha. Dan dengan yakin anak itu bilang,”udah, nyante aja. Tempatmu di A kamu itu.” Hggh, as my logic works, sifat pesimis mulai mendominasi. “Yang ini aja kagak keterima, apalagi yang standarnya lebih tinggi?!” begitulah aku berpikir.


Nggak cuma Dharu. Ada Putri yang bilang dengan sok santai, ”berarti bukan takdirnya di S.” Padahal dia sendiri juga nggak keterima. Trus Deny yang sejak awal punya feeling aku nggak keterima di sana pun ngasih semangat setelah aku melampiaskan kekesalanku. Hahaha. Dimas malah bilang, ”udah ah, nggak usah dipikirin” (grrr, gimana bisa nggak dipikirin??)

Aku cukup down – tapi masih ”cukup”, belum ”sangat”. Masih ada sisa-sisa prasangka baik dalam hati.

Next stop : PMDK Prestasi B.

Sejak seminggu setelah pendaftaran, aku nggak berminat lagi dengan universitas itu karena uang pangkalnya tak seperti yang aku bayangkan. Mahal euy. Padahal udah jalur PMDK paling murah di sana. Apalagi B lokasinya di luar kota Surabaya dan pamornya juga nggak seberapa cling. Apalagi jurusan yang aku pilih masih baru, nggak ada akreditasinya. Apalagi aku daftarnya secara ilegal tanpa restu keluarga. Apalagi tanda tangan ortu di formulir pendaftaran aku palsuin (hehe, damai… aku jangan dimarain yaa). Apalagi…. Apalagi… (banyak banget apalaginya). Tapi gimanapun, aku masih berharap.

Dan pengumuman B pun segera terbit di internet.

Waktu pengumuman di internet itu ada, aku dan teman-teman masih di sibuk Ujian Akhir Semester 6 (kalo nggak salah). Aku, Monta, Windy, Devi ngeliat pengumuman itu lewat hpnya Monta pas istirahat. Hasilnya... Monta keterima di Perikanan, Windy keterima di Agribisnis, Devi keterima (lagi) di Agroekoteknologi dan Maya keterima di Kedokteran Hewan. Sedangkan aku? Nggak keterima lagi...

Ok, I was trying to look so fine in my friends and family’s seeing, but it was definitely NOT FINE when I was fallin’ in front of Allah.

Aku down. Aku mulai menganggap ini semua nggak adil buatku. Dengan arogan aku mulai mempertanyakan, “kurang apa nilai-nilaiku dibandingkan mereka yang keterima itu?” Cih, jujur banget aku nulisnya di sini. Hehehe. Tapi sejak itu, meskipun masih sering protes dan nggak terima, aku belajar untuk ikhlas menerima apapun keputusan yang diberikan Allah untukku. Dan diam-diam aku memutus hubungan dengan mimpi-mimpiku (ouh, dalem bangeet kata-katanya).

Satu hal yang aku tau : gagal itu sakiiitt.

Last stop : PMDK Prestasi A.

Dari beberapa PMDK yang aku ikuti, yang ini nih yang paling prestisious. Yang boleh ikut cuma yang ranking 5 besar di kelas dan yang punya prestasi.

Step 1 : Seleksi Administratif. Ah, gampang lolosnya. Yang penting memenuhi syarat yang barusan aku sebutin tadi, lolos deh.

Step 2 : Ujian tulis. Duoorrr, ini nih yang seyem. Saingannya nggak maen-maen, terutama di pilihan jurusan favorit kayak Kedokteran dan Akuntansi.

So, how did I do?

Pra-tes…

Aku ngurusin segala tetek bengek pendaftaran ujian tulis bareng Ben. Aku pilih IPC, sama kayak Ben (ikut-ikut aja). Nggak gampang bagiku menentukan pilihan jurusan ke-1 sampe 4. Akhirnya, karena aku ngikutin saran Mama, pilihan pertamaku Farmasi. Padahal aku ngebet banget sama Sasing waktu itu, tapi aku taruh pilihan kedua.

Nggak gampang juga bagiku untuk bangkit dari kegagalan-kegagalan sebelumnya. Masih berasa sakitnya. Aku mulai gentar sama Ujian Tulis A. Rasanya kepalaku berkabut kalo kepikiran masalah ini. Bolak-balik ke BK buat curhat pun nggak ngefek, malah dihantui sama kenyataan bahwa peluangnya dikiiit banget buat keterima di A. Untung aku punya pemandu sorak terbaik di dunia, yang selalu siap menyemangati aku, yaitu sahabat-sahabatku :D

Aku menjadi sangat down kira-kira seminggu sebelum tes. Aku minder liat keyakinan anak-anak lain yang juga ikut PMDK ini. Hampir tiap malem aku berdoa sampe sujud-sujud kepada Allah. Total waktu berdoa dalam sehari mengalahkan waktu belajarku. Mataku sembap kayak zombie gara-gara kebanyakan nangis bombay dan kurang tidur. Tapi aku mulai menikmati alur cerita yang dibikinin Allah ini. Aku menikmati begadang tiap malem selama seminggu; nggak mikirin Ujian Sekolah yang waktu itu lagi booming (cuma mengandalkan contekan dan google); belajar soal-soal SNMPTN pertama kalinya, IPC pula; dan mata yang kayak zombie itu pun membuat aku semakin menarik (hoek).

Dan, tahukah Anda? Cheerleaders-ku beraksi di saat-saat kejatuhanku itu. Aku curhat lewat sms, lengkap dengan ”hiks hiks” dan emoticon nangis yang mendramatisir. Mereka pun menanggapinya dengan dramatis pula. Hehehe. Ada Lidya, Leli, Ateng, Dharu, dan kawan-kawan lainnya yang gembar-gembor nyemangatin anak hopeless stadium akhir ini. Apapun yang mereka katakan, intinya mereka yakin kalo aku pasti bisa! Aku heran, kok bisa seyakin itu yaa? Aku sendiri nggak yakin bakal keterima. Padahal mereka juga tau ada yang lebih tekun dan rajin belajarnya daripada aku untuk mempersiapkan tes A ini. Tapi mereka tetep yakin. Itulah yang bikin aku terharu dan bersyukur memiliki mereka. Akhirnya aku bertekad untuk membuktikan keyakinan mereka! Huahahahahahahaha (tawa setan).

Pasca tes...

Aku bener-bener ngerasain PASRAH setelah tes. Sungguh, pasrah yang nggak dibuat-buat. Hatiku plong. Aku nggak berdoa sambil merajuk-rajuk rada maksa lagi, tapi aku pasrah... apapun hasilnya aku terima. Aku dengan gampang melupakan soal-soal gak masuk akal itu. Bahkan aku nggak peduli waktu ada yang pamerin kebisaannya dalam tes kemaren.

The miracle of Allah works...

Sore itu, tiga hari setelah tes, aku kebangun dari tidur siangku karena sms dari Ben. Isinya ngasih tau kalo hasil tes A udah ada di websitenya. Ben belum liat, tapi aku disuruh liat duluan. Aku yang masih belum bangkit dari hopeless saat itu terpaksa nyuekin smsnya. Dalam hati aku jawab, “ntar aja, masih ngantuk”. Lalu tidur lagi. Then, Monta sms. Isinya kira-kira begini, “Chyn, kmu ktrima Universitas A-nya, tp Farmasi”. Aku langsung melotot. Kali ini nggak aku cuekin. “Sumpe lo?” gitu balesku. Setelah sumpe-sumpe, baru aku meloncat bangun dari kasur meski kaki masih sakit habis ujian praktek lari di KONI, lalu nyalain leptop, konek ke internet, dan… Monta bener. Subhanallah… Tiada daya dan upaya melainkan dari Allah! Akhirnya ada universitas yang mau nerima aku. Universitas A pula. Bukan main… Ucapan congrats pun berdatangan dari mana-mana. Sungguh keberhasilan yang manis.

Jadi inget sebaris syairnya Imam Syafi’i...

Berlelah-lelahlah, manisnya hidup akan terasa setelah lelah berusaha.

Yaah, kira-kira begitulah pengalaman saya seputar kegagalan. Dari pengalaman itulah saya jadi lebih tabah dan tau cara menyemangati orang lain yang jatuh dalam kegagalan. Maap artikelnya kepanjangan, semoga tetap inspiring buat Anda. Hehehe.

Terima kasih untuk sahabat-sahabatku. Kalian adalah cheerleaders terbaik di dunia. Walaupun kalian nggak bisa bikin formasi piramid yang keren, kalian tetep paling top deh pokoknya. Cheers up!

Jangan takut gagal! Salam Super!


Read More
      edit

Thursday, June 24, 2010

Published 9:31 PM by with 0 comment

SMSan


Salah satu hal yang selalu enjoying buat aku adalah smsan. Apalagi di saat-saat aku nggak ada kerjaan, nganggur dan nggambas nggak ada temennya, selalu hp yang terpikirkan sebagai alternatifnya. Nggak selalu dipake sms-an sih, juga nggak selalu ada sms masuk tiap aku megang hp, toh kalo ada sms masuk aku juga kadang nggak pengen cepet-cepet balesnya, aku diemin beberapa menit dulu, biar berasa ada yang nungguin balesanku, hehehe (kebiasaan buruk). Tapi tetep aja, hobiku smsan!

Kebetulan kartu hp yang aku pake akhir-akhir ini lagi baek banget. Tiap hari doski ngasih bonusan 100sms, yang otomatis mendukung aku untuk terus mengembangkan hobi smsan. Dan setelah aku cek di layanan operator tiap hari, kesimpulannya, dalam beberapa bulan, rata-rata aku menghabiskan minimal 30 sms dan rata-rata 50 sms per-hari. I think it’s not too much if you compare to other teenagers. Apalagi kalo diliat-liat, jempol tanganku belum kriting kok, berarti kan nggak parah-parah banget kebiasaan smsanku.

Komentar Mamaku kalo liat aku sibuk mencet-mencet keypad hp, “nggak capek tanganmu mencetin hp terus?”
“Jariku lagi latian fisik ini, Ma, biar kuat dan berotot.” Sahutku sambil terus smsan.
“Iya, biar jadinya ntar segede jempolan kaki semua.” Kata Mama.

Emang sapa aja yang di-smsin? Yang jelas orang yang sms aku duluan, temen-temen SMA, temen-temen SMP, temen-temen SD, om-om, tante-tante, sodara-sodara.
Trus sapa aja yang sms kamu duluan? Yang pasti orang yang butuh nanya-nanya sesuatu, entah itu penting atau nggak, tapi cepat atau lambat biasanya aku bales kok kalo lagi ada pulsa.

Sms yang masuk ke inboxku pun macem-macem. Ini beberapa klasifikasinya.
Mulai dari yang isinya monoton kayak gini :
“Pang, bsok prx apa?”
“bhn ulgn kimia apa?”
“tugas agama dikumpulin kpn?”

Trus yang nggak penting kayak gini :
“Sinta, q hbs potong poni lhow.hehehe”
(biasanya kalo lagi pengen sensi, aku bales “trus kenapa?” hehehe, yang ngerasa jangan sebel ya, cuma bercanda)
“kmu blajar gak skrg?”
(biasanya aku jawab “nggak, kamu aja yang belajar, besok aku nyontek.”)

Ada juga latenite-sms dari manusia-manusia yang suka begadang kayak kelelawar.
“sint, udah tdur?”
“ud bubug?”
“happy new day!” (sms pas jam 00.00)

Habis itu sms so(k) sweet dan so(k) cared :
“lg ngpaen?”
“ud bljr?”
“pang, kamu dmana?”
“buat kmu, apa sih yg nggak..” (beuh)

Sering juga diskusi nggak penting lewat sms, biasanya sih dari temen-temen cewek. Ngobrolin topik-topik geje, bercanda, janjian mau main tapi mbulet terus, saling tanya jawab tentang ini, tentang itu. Eh, nggak cuma temen-temen cewek aja sih, beberapa temen cowok juga enak diajak ngobrol ngalor-ngidul lewat sms.

Tapi ada juga sms yang bersifat rahasia, jadi begitu udah dibaca, langsung aku hapus untuk menghilangkan jejak, biasanya curhatan dari temen-temen. Soalnya, sms di inbox baik sengaja atau tidak, pasti bakal disidak sama temen-temen yang suka iseng dan selalu want to know.

Itu cuma sebagian yang sudah diklasifikasikan, banyak yang belum dan sepertinya tidak untuk dipublikasikan di sini. Hehehe :p

Kalo caraku memulai smsan waktu lagi nganggur biasanya model-modelnya kayak gini :
“Ayo teman-teman besok kita jalan-jalan :D”
“Hello kawan semua :D”
“Kalian gak kangen aku ta?”

Atau cuma menyebut nama orang yang aku sms, kayak ngabsen. Dan balesannya nggak jauh-jauh dari “apaa?” ; “ada apa?” ; “lapo kon?kangen yo?”. (grrrr)

Ada kalanya sms bikin aku tertawa ngakak.

Ada kalanya sms bikin aku tersenyum, tapi senyumnya macem-macem. Kadang tersipu malu kucing-kucing. Kadang tersenyum senang (apalagi sms dari operator yang ngasih tau ada bonus sms), dan karena bisa bikin lega orang yang numpang curhat.

Ada kalanya sms bikin aku sebel setengah hidup. Ini biasanya sms dari orang-orang kurang kerjaan yang minta kenalan dan sok kenal. Juga dari orang yang kalo dibilangin suka ngeyel. Kadang rada sebel juga sama orang yang kalo disms, ditanyain panjang lebar, jawabnya cuma ya,gak,ok. Grrr, nggak seru.

Ada kalanya juga sms bikin aku nangis. Nangisnya pun macem-macem. Ada nangis karena terlalu ngakak ketawanya. Ada nangis karena nahan mangkel kalo lagi betengkar sama orang lewat sms. Ada nangis karena terharu dapet support dari sahabat-sahabatku ketika aku lagi down (love ya, pals :’).

Well, apapun smsnya, minumnya teh botol sosro. Eits, bukan ding. Apapun dan gimanapun smsnya, pokoknya itu dari temen-temen baikku, itu sangat berarti untukku. Meskipun aku nggak bisa nyimpen di hp dalam waktu lama, aku masih inget beberapa sms mereka yang menyentuh hati. Hohohoek.

Aku berharap sms akan terus menyambung dan mempererat tali silaturahmi di antara aku dan temen-temenku. Walau ke ujung dunia, meski ke tujuh samudra, aku ingin sms dari mereka akan selalu nyampek di hpku (yek, lebai). Tapi beneran kok. Hehehe.

Suatu hari nanti ketika aku udah berpisah dengan mereka, kita sibuk dengan jalan hidup kita masing-masing dan udah nggak pernah lagi smsan, aku membayangkan akan ada sms-sms yang aku rindukan masuk ke inboxku :
“Hai Chyntia, apa kabar? Lama gak ketemu nih.”
Dan aku akan jawab, “Lapo kon?Kangen yo?” Hahaha, nggak lah, aku nggak sewot-sewot amat kok.

Keep contact yaa! I’m always available to smsan, friends. Whenever. xp

Hidup smsan!
Read More
      edit
Published 9:16 PM by with 0 comment

NOTES AJAIB CHYNTIA


 Aku punya sebuah notes kecil yang aku kasih nama “ideas note”. Seperti namanya, aku selalu menuliskan ide-ideku di sana. Semua pikiran dan imajinasi yang terbesit di benakku selalu aku tuliskan di sana, sebagian besar adalah khayalan konyol yang bisa bikin aku geli sendiri kalau dibaca, sebagian adalah curahan perasaanku, sebagian lainnya adalah cuplikan dari keinginan-keinginan kecil dan besar yang ingin segera aku raih. Ada juga komentar-komentar gejeku tentang hal-hal seru yang pernah terjadi di sekitarku, juga lirik lagu yang so sweet dan cocok buatku saat itu. Pokoknya notes kecil itu kayak pensive-nya Dumbledore di film Harry Potter – menampung ide-ide yang berebut tempat di otak. Bedanya, kalo pensive pake tongkat sihir, kalo notesku pake pensil.

 Lama-kelamaan, halaman-halaman ideas note penuh terisi. Terus aku simpen di meja belajar selama berabad-abad sampe jadi bangkai! Bayangkan, jadi bangkai! (kumat gejenya). Karena banyak ide yang belum sempat tertampung, aku beli notes baru lagi di toko buku diskon di daerah Margorejo (nggak boleh sebut merk), jadi deh “another ideas note”. Konsekuensinya, ideas note yang lama pun terbengkalai.

 Dan hari ini, waktu bongkar-bongkar meja belajar, nyariin berkas daftar ulang universitas, nggak sengaja notes lucu itu menampakkan diri. Lalu aku membaca isinya sambil sesekali tersenyum, ketawa cekikikan (kayak setan) waktu baca tulisan-tulisan yang modelnya kayak gini :

*Yang terpenting bukanlah seberapa besar mimpi kita, tapi seberapa besar usaha kita untuk meraihnya (nggak tau quotenya siapa.hehe)
*I wanna dance in the rain with you :)
*You know what I wanna say to you? You’re jerk! F**kin’ m**dy bl**dy mo***n in the hell. Bo***ck! (curahan hati pas lagi mangkel ma orang)
*Masa-masa yang paling indah, seindah pagi… (lirik lagu jadul)
*Dunia, selamat pagi! Sambutlah aku, ini aku Chyntia dengan semangatnya yang menggebu siap menantangmu. Lihat aku, ini aku, seorang pemimpi yang siap mewujudkan mimpi-mimpi terindahnya. Lalalalala… (bangun pagi langsung nulis geje gini -.-“ ckckck)
*you’re my best friend. I’ve promised you before you asked anyway.
*Good evening. Be strong, be unbreakable. C’mon, keep smiling :D
*move on, strong girl. You’re set to be free. It’s about your mind, your heart, your soul. You’re FREE!
(walah, jadi kayak update status di facebook)

Dan memekik “Subhanallah”, “Wow, amazing!”, “What??!! How come it be?!” dan pekikan kaget lainnya. Tau kenapa? Bukan gara-gara liat tulisanku sendiri yang abstrak bin eksotis itu (majas eufemisme, makna sebenarnya adalah awut-awutan, kayak ceker ayam.hehe) – tapi karena banyak hal yang dulu aku anggap bodoh, cuma imajinasi dan khayalan tingkat tinggi, sekarang benar-benar terjadi!

 Contohnya…
 Dulu aku nulis begini :
 *“Someone : Chyntia, selamat ya! Anda lolos seleksi PMDK Prestasi UNAIR.
 Aku : Subhanallah, Alhamdulillah. Fakultas apa?
 Someone : Apapun, kamu pilih aja salah satu.”
(waktu nulis itu, aku masih kelas 3 SMA awal semester ganjil dan nggak tau apa-apa tentang jurusan di kuliahan)
 *“11030455 : CHYNTIA TRESNA NASTITI : FARMASI
 Allah, terima kasih.. (amin amin aminn)”
(Maaf, bukannya sombong nih…tapi sekarang itu beneran terjadi. Aku nulis itu kira-kira beberapa hari sebelum tes PMDK.)

 Ada lagi yang ini :
 “Pada hari kelulusan…
 Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur kehadirat Allah, karena ridho-Nya kita semua bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Terima kasih buat semua pihak yang mendukung pencapaian ini. Kami persembahkan nilai dengan rata-rata 9 ini untuk kalian semua. Terima kasih”
 (nyontek pidato di acara award gitu maksudnyaaa)
Yaah…emang nggak semua rata-ratanya 9, tapi bagian “kita semua bisa lulus dengan nilai yang memuaskan” benar-benar terjadi kan?

 Dan masih ada beberapa tulisan lain yang bernasib sama seperti kedua hal di atas, tapi tidak untuk diekspos saat ini.

 Notice this : aku selalu menulis impian-impianku itu seolah-olah aku sudah mendapatkannya atau sudah bener-bener terjadi.

 Nah, kenapa bisa begitu? Cuma kebetulan? Mungkin…

 Tapi kalo harus dijelaskan, mungkin penjelasannya mirip sama cerita-cerita di buku The Secret-nya Rhonda Byrne yang dulu booming itu (sok tau). Nggak perlu dijelasin di sini, semua pasti udah tau.

 Ada juga sih tulisan yang nggak jadi kenyataan – atau belum waktunya menjadi kenyataan – padahal aku pengen banget itu segera terwujud. Misalnya yang ini :
*”Di bandara.
 Teman : Ati-ati ya, chyn. Keliling dunianya jangan lama-lama. Sering-sering online fb yaa..
 Aku : Oke deh. Aku berangkat yaa. Au revoir. A bientot!”
 (beuh, mimpi teruuuss…)
 Semoga bener-bener terjadi. Amiin..

 Mungkin kayak gitu efeknya menulis dari hati, sama kayak kalo kita lagi berdoa, kalo khusyuk, kata-kata dalam doa juga dari hati, kan?

 Dan di notes “another ideas note”, aku berusaha melakukan hal yang sama : menulis dari hati. Biar bisa terwujud lagi. Hahaha. Tapi karena akhir-akhir ini aku disibukkan oleh hal-hal yang bikin emosi naik-turun kayak jungkat-jungkit, akhirnya notes itu jadi pelampiasannya.

 Oya, baru inget, aku juga pernah nulis gini :
 *Inilah saat-saat terakhir kita menghabiskan waktu bersama kalian. Setelah ini aku nggak akan melihat kalian di sekitarku lagi. Ya, aku akan segera kehilangan kalian. Kita akan semakin tua dan ini semua akan menjadi kenangan belaka. Dunia sedang menunggu kedatangan kita, kawan.
 (hiks hiks…kok aku bisa nulis kayak gitu ya? Aku nggak inget kapan aku nulisnya)

 So guys, beware of what you are thinking about, what you imagine, what you pray and what you write!

 Jadi inget lirik lagunya Daughtry : “be careful what you wish for, cause you just might get it all, you just might get it all..ooo uwoo…”

 Maaf agak neges. Hehehe.

Thanks for reading :D
Read More
      edit

Wednesday, June 23, 2010

Published 8:57 PM by with 0 comment

Nge-blog lagiiii :D

Halooo... Chyntia bikin blog baru nih. Blog yang lama udah ilang nggak ada jejaknya (passwordnya lupa, emailnya deactivated), nggak ada adsense-nya pula, jadi yaa aku relain aja.

Blog ini bakal jadi catatan tentang kisah-kisah menarik dan inspiring dalam hidupku. Tentu saja aku akan menulisnya dengan sepenuh hati dan jiwaku agar pesan yang dibawa tulisan-tulisanku sampai ke hati para pembacanya.

So, let's start a new blog! I'm sure I can make it better than ever. Hyayayay.

Check this out, guys! Read it! Iqro'! And don't forget to leave some comments. Thank you :)

Read More
      edit