Friday, December 31, 2010

Published 5:22 PM by with 0 comment

Tahun Baru 2011

Taun baru? Perayaannya nggak berarti banyak buat aku.

Ada ajakan kembang apian, merconan, bakar-bakar jagung, bakar-bakar barbeque, bahkan bakar-bakar rumah...

Ada banyak pesta juga dimana-mana...

Tapi nggak tau kenapa, aku menolaknya dengan gaya orang sok sibuk.

Bagiku di rumah aja cukup.

Belajar - sholat - ngaji - nonton film yang perdana tayang di TV (kebetulan nanti filmnya Pirates of Carribean 3 - At The World's End. Waaaw :D) dan pas jam 12 an keluar rumah atau ke teras lantai 2, ngeliat kembang api meledak-ledak di langit.

And that's all.

Setidaknya aku seneng banyak orang begadang pas taun baruan. Biasanya kan aku begadang sendirian. Hahaha.

What I wish in this year are...

#Sukses UAS, ipk bagus. (Amiin Ya Rabb).

#Sukses di kepanitiaan dan segala macem organisasi.

#Ada yang ngajakin nonton Secondhand Serenade tanggal 9 Januari di Gramex, and for FREE of course. Huyuuu, mau mau mau :3 (malaikat berkata, "hush, besoknya tanggal 10 ada Ujian Praktikum Kimdas, ndul! Yang bener aja!")

#And all the best things, best experiences and best friends and people

Happy new year, guys... wish a great year, yeaaaah. Let's rock the world!!!
Read More
      edit
Published 5:19 PM by with 0 comment

My Long-Skirt Day

I just can’t believe it anyway, but this is real. Well, I wore my long-skirt in campus two days ago. (What? Chyntia wore the long-skirt? No way!). Oh c’mon, I’m still a girl, guys. Hahaha.

And try to be more girly with that skirt.

(Enaknya inggrisan, perancisan apa indonesiaan ya?)

(Sok2an bisa bahasa Perancis. Ngomong “aku laper” aja masih liat buku panduan cara membacanya)

Well, I never had any skirt beside my uniform – rok SMP yang biru selutut, rok pramuka, rok SMA yang abu-abu panjang. Ditambah rok item yang dibeli khusus untuk ospek.

Nasib rok-rok itu pun sebenernya tragis.

Waktu SMA, kalo jalan pas pake seragam pasti sambil megangin rok, diangkat dikit biar langkahnya bisa panjang-panjang. Bordiran ujung-ujung bawahnya sering semrawut karena keinjek sepatu, bikin Emak gemes harus ke tukang border sebulan sekali.

Rok SMP yang pendek pun benang-benangnya banyak yang terurai kesana kemari. Sering aku guntingin sendiri kalo lagi inget. Hehe.

Rok Pramuka pas SMP lobang besar di lutut gara-gara pernah jatuh nyungsep di lapangan.

Rok item buat ospek yang masih keliatan oke, soalnya cuma dipake bentar.

Sekalinya dibeliin rok buat nikahan sodara, langsung sobek renda-rendanya. Hehehe.
Pernah juga dibeliin dress panjang buat suatu acara pesta, langsung robek ujungnya sebelum acara mulai. (Alhasil, saya pakai jeans di acara yang sama sekali tidak memungkinkan jeans untuk menjadi dress-code nya).

Well, if you know who I was in elementary-junior-senior high school…

I really loved playing soccer with boys. And was a good goal-keeper anyway :p

I often fell down and nyungsep ketika aku lari-lari dan loncat-loncat nggak jelas dan denger temen-temenku bilang “Kapok!” dengan nada puas.

And I really really loved to climb the tree, climb the desk and gelantungan di pintu.

Emang kayaknya nggak sinkron banget sama jenis pakaian yang satu ini. Sampe aku frustasi dibuatnya dan nggak mau lagi pake rok. Mamaku sama frustasinya, nggak mau lagi ngebeliin aku rok atau dress atau gamis. Hahaha, peace, Mom.

So my clothes are all about jeans, jacket and shirt.

BUT NOW!!!

I don’t know why my mother told me to wear my brown-long-skirt which I and my sister bought several days ago (and I don’t know why I said “yes” when my sister asked me whether I want a long-skirt).

And when I really really wear it… people said to me like this :

“Koq tumben pake rok?” --> dengan wajah penuh takjub melihat anak yang tiap hari kerjaannya lari-lari naik-turun tangga ke lantai tiga tiba-tiba pake rok dan jalan dengan kecepatan orang normal.

“Waah, Chyntia hari ini cantiiik deh..” --> langsung aku tanggepin dengan kata “makasih
makasiih” dan senyum cengengesan lebar pertanda malu-malu.

“Haaah? Rok sapa itu kamu pake, nak?” --> sialaaan. Hahaha.

Emang sih, rada aneh juga ngelihat diriku pake rok, dan was-was, berusaha nggak “pencilakan” dan “pating grobyak” selama di kampus. Tadi pas buru-buru turun dari lantai 3 ke lantai 1 pun aku nggak lari, dan emang nggak bisa lari, takut nginjek ujung rok.

Rasanyaa… agak ribet sih… tapi it’s okay laah… Gimanapun gue kan cewek yang bisa berperilaku anggun bak angsa. Huyuuu :3


Happy long-skirt day, Chyntia.

A propos, vous aves raison, je vais beau. #LOL
Read More
      edit

Thursday, December 30, 2010

Published 12:39 AM by with 0 comment

Smangat smangat!


Perwujudan semangat menjelang UAS nih.. Hahaha.

*aslinya ketar-ketir juga kalo keinget UAS. Tambah dagdigdug lagi kalo ditambah dengan bayangan nilai UTS kemaren. Huaaa, udah deh... Hopeless pangkat dua ntar.

Semoga saya bisa mengikuti jadwal di atas dengan baik dan Allah memberikan yang terbaik pula. Amin.

Semangat! Innallaha ma'ana, Chyntia :)

Ajtahidu fauqa mustawal akhar!

ALLAHU AKBAR!!
Read More
      edit

Monday, December 20, 2010

Published 1:21 PM by with 0 comment

Jika....

Jika dulu aku selalu ingin mengelak dari kenyataan, kini aku mulai berdamai dengannya.

Jika dulu aku berteriak pedih ketika ada rasa sakit datang, kini aku tak bisa merasakannya.

Jika dulu aku menangis ketika terjatuh dan menunggu seseorang datang menolongku, kini aku menyeka air di pelupuk mataku dan bangkit sendiri.

Jika dulu aku merapat ketika ombak berdebur keras, kini aku berenang melawannya.

Jika dulu aku mengeluh ketika harus berjalan melintasi padang gurun, kini aku membebatkan sorban di wajah dan berlari tak mempedulikan badai pasir yang bergemuruh.

Jika dulu aku mengais mencari sedikit saja keberanian dalam diriku untuk menghadapi hal yang terlihat mengerikan di depanku, kini aku menemukannya di raut keras wajahku.

Jika dulu aku terbelenggu oleh ketakutan-ketakutan dalam diriku, kini tidak lagi.

Kesadaran tertinggi : Apa yang perlu aku takutkan selama Allah ada di dekatku?
Read More
      edit

Thursday, December 16, 2010

Published 12:05 PM by with 0 comment

Studying over the night

07.15 am

Mulai belajar Statistika Bab III.

“Pendugaan parameter. Inferensi statistik. Inferensi statistik mencakup semua metode yang digunakan dalam penarikan kesimpulan atau generalisasi mengenai populasi…”

SMS masuk. Tiluliit!

Diah Farmasi : Lanjutkan jarkom! Bagi yang dulu tidak mengikuti LK Terpadu Aspirint bla bla bla

Aku ikut tauk!

Lalu nge-forward jarkoman ke Peky dan Ayu Diah.

“Inferensi statistik dapat dikelompokkan menjadi 2 bidang utama, yaitu pendugaan parameter dan pengujian hipotesis…”

Tiluliit!

Putri Keong : Chyn, kalo di daftar isi karya tulis itu habis 2.1 trus nulis 2.1.1 nya gimana?

Aku : Gini Put..
2.1.
2.1.1.
Send.

“Metode penggunaan Parameter suatu populasi dibedakan menjadi 2. Metode Pendugaan Klasik dan Metode Pendugaan Bayes.”

07.40 pm

Tiluliit!

Ageng Keong : Pang aku di depan rumahmu..

Tante manggil dari lantai bawah, “Tiaa…ada temenmuuuu!!”

Aku buru-buru turun ke lantai 1. Ageng copas tugas, trus ngobrol-ngobrol bentar. Ageng pulang, aku naek lagi ke lantai 2 dan duduk di depan meja belajar lagi. Pas ngelewatin meja makan, mencomot roti goreng satu biji.

“Metode pendugaan klasik…”

Ah, uraiannya nggak usah dibaca, kelamaan. Balik halaman selanjutnya.

Tiluliit!

Putri Keong : Oh gitu tah. Jadi semua sub-bab ditulis di daftar isi?

Aku : Yup yup
Send.

“Pendugaan Mean. Penduga titik bagi mean populasi miu adalah statistik X bar. Bila X bar adalah mean sampel acak berukuran n yang diambil dari suatu populasi dengan ragam o berponi kuadrat (mikir : simbol ini sebenernya dibaca apa sih) diketahui maka selang kepercayaan 100 kali 1-alfa persen bagi miu adalaaah…”

Tiluliit!

Mbak Hana : Asslm. Chyntia… besok PBA yaa… jangan lupa hapalannya surat Al-Bayyinah.

Aku : Belum hapal mbaak…

Mbak Hana : Nyicil hayoo…

Aku : Sehari seayat yaah mbak? :)

Mbak Hana : Besok 5 ayat aja deh.

Aku : (dalam hati langsung hapalan, “Lam yakunilladi….”, yaah, cuma hapal seayat beneran. Ke
laut ajee)

Haus nih habis maem roti goreng. Turun ke lantai 1, minum air putih segelas sambil ngelirik ke arah tv yang acaranya sinetron.

Tokoh 1 : Jangan sekali-kali kamu deketin anak saya lagi!

Tokoh 2 : Pa! Papa ini apa-apaan sih, Pa! Dia nggak salah apa-apa tauk Pa!

Tokoh 1 : Cukup! Papa nggak mau tau lagi! Papa nggak suka kamu deket-deket orang ini lagi!!!

Tanteku : Rasain tuh!

Eyangku : (ngerasain kehadiranku) Maem kolak pisang itu lhoh, Chyn. Ada di panci kecil di meja.

Aku : Okee.

Tokoh 1 : Pergi kamu sekarang juga! Pergii!


08.15 pm

Buru-buru naek ke lantai 2, duduk lagi di depan meja belajar.

Nyampek mana tadi? Ulang lagi pendugaan mean!

Oh, ini ya rumusnya.

Ambil kertas hvs bekas ngeprint, bikin rangkuman rumus di bagian yang kosong. Nulis sebaris rumus…

Tiluliit!

Pitung Keong : Sin, kmu punya buku Mathematic Engineering bla bla bla penulisnya bla bla bla?

Aku : Ga punya. Cari aja di perpus tung.
Send.

Lanjut nulis. Z alfa per 2 kali o berponi per akar n.

Loh, Z alfa per 2 dapetnya darimana ya?
(akhirnya nemu catatan kecil di pojok buku) Ooh, dapet di tabel z. (Menelusuri tabel statistika dari dosen).

Tiluliit!

Ateng Keong : Hey :(

Pitung Keong : Bisa minta tolong cariin di perpus UNAIR nggak? Di perpus ITS nggak ada.

Aku --> Ateng Keong : Yaa? Kenapa :( ?

Aku --> Pitung Keong : Oke, insyaallah besok yaa.
Send.

Tiluliit!

Windy Farmasi : Chynti, kesalahan hitung kita yang panjang gelombang 150% bla bla bla

Aku --> Windy Farmasi : (lemes, aku yang ngamatin panjang gelombang) waah, ngamatinnya
udah bener koq. Tapi mataku ma matamu kan beda. Hahaha.
Send.

Menyandarkan punggung ke kursi sejenak, tangan disilangkan di belakang kepala dan memandangi tulisan Semangat! Chyntia pasti bisa! di depanku. Lirik kanan-lirik kiri, lagi-lagi tertuju pada hp.

Facebook-an bentar ahh… udah lama nggak buka facebook. (terakhir buka facebook tadi sore sepulang kuliah)

08.45 pm

Tiluliit! Opera Mini nya dipause dulu.

Deny : Chyn

Aku : Yaa?

Buka Opera Mini lagi. Trus SMS masuk lagi. Biarin dulu, mau bales komen nih.
Trus SMS masuk lagi, bergetar-getar nggak sabaran. Ya udah, log out aja.

Deny : Lagi apa? Sibuk ga?

Lidya Flexi : Aku sedih. Hari ini si x nyuekin aku bla bla bla (curhat panjang lebar)

Hmmm…bales ke sapa dulu yaa…

Aku --> Lidya : Huyuu, jangan sedih bla bla bla (disave di draft dulu)

Aku --> Deny : Lagi belajar..kenapa?
Send.

Back to Lidya, ngelanjutin ngetik panjang lebar juga, terus send.

Deny : Gpp, nanya aja. Eh aku udah baca update blogmu loh…

Aku : Oh iya? Update yang mana yaa? (lupa beneran)

Seingetku udah di send, tapi ternyata belum. (Peace)

Melototin tabel lagi sampai… ooh, gitu… okelaah ngerti. Ngelanjutin ngerangkum rumus sampe akhir bab.

09.00 pm

Selese bab III. Sekarang waktunya nyoba latian soal! Smangat!

Tiluliit!

Ateng Keong : Koq ga dibales? :( (masalah klasik : operatornya Ateng sensi sama opeatorku)

Aku : Udah tauk :l (jawaban klasik)

Ateng Keong : Hmm…ya udahlah. Yang kemaren juga ga dibales.ckck. Kayaknya ada yang care
sama kamu tuh.

Aku : Kemaren juga udah aku bales -.-“ Hah? Sapa?

Novi Farmasi : Chyn, jangan lupa copyin matematika yaa… makasih

Aku : Okee novi sayaang. (hampir aja lupa)

Ocid Keong : He sipit, weekend ada acara ga? Ayok ikut ngumpul-ngumpul

Rizal : Chyn, besok bawain lakban yaa, aku minta. Hehe.

Mbak Safrin : Adek, jangan lupa hari Rabu mentoring bla bla bla

Ayu Farmasi : Chyn, ntar bangunin aku jam 2 yaa. Aku mau tidur bentar trus bangun buat
ngerjain PPKN. Oke? Semangat!

Aku : Yup yup.

Send to Rizal, Mbak Safrin dan Ayu Farmasi.

Aku --> Ocid Keong : Wah, belom tau, Bang... Weekendnya masih lama
Send.

10.00 pm

Aku nyalain laptop, buka flashdisk nya Novi, ngopyin file Matematika dan nemu game Quiz Parampaa. Huaa, Parampaa :D . Maen bentar ahh. In fact, maen game nggak pernah bisa bentar.

10.30 pm

2 SMS masuk dan dicuekin bentar demi Parampaa.

Ateng Keong : Hmmm --

Lidya Flexi : Sorii lama. Huhu, padahal kemaren si x baru aja nemenin aku nonton bla bla bla. Eh, kamu kapan kosong kuliah? Aku pengen ceritaa…

Aku --> Ateng Keong : Why? -.-“

Pitung Keong : Begadang?

Aku --> Lidya Flexi : Ya ini sekarang lagi nggak kuliah. Hehe. Cerita aja lewat tlepon atau sms say.

Aku --> Pitung Keong : Iyaa..kamu?

Lidya Flexi : iyaa ini juga lagi cerita lewat sms (sebel nih pasti, hehe)

Ateng Keong : Eh kamu nggak mau cerita-cerita ta, kayaknya lagi ada masalah? *berkaitan dengan update statusmu yang terbaru.

Pitung Keong : Sama. Ngerjain apa?

Aku --> Pitung Keong : ngerjain game Parampa, level 20an nggak naek-naek.
Send.

Dan smsan sama Ateng dan Lidya masih panjang ceritanya.

Ngelirik jam dinding.

11.00 pm

Udahan ah, konsentrasi belajar! Laptop ditutup tanpa shut down. Duduk diam sejenak sambil mendalami tulisan di depanku : “NIKMATI INDAHNYA ILMU PENGETAHUAN”.

Aku (dalam hati) : Inget, Chyntia...nikmati indahnya ilmu pengetahuan!

Lalu beranjak ke kamar mandi, cuci muka, wudhlu, nyalain dispenser buat bikin kopi chocochino favorit :q, lalu sholat Isya’ (telat banget sholatnya) trus dilanjutin ngaji sekalian hapalan Al-Bayyinah.

00.20 am

Udah ngaji, udah hapal 5 ayat. Bikin chocochino anget dan nyari-nyari sesuatu untuk dimakan.
Daaan…

Belajar Statistika lagi!

Tiluliit!

Deny : Ada yang masih bangun?

Aku (dalam hati) : Ada :D

Trus selanjutnya aku bener-bener konsen belajar.

“Sampel acak 8 batang rokok merk tertentu mempunyai kadar nikotin rata-rata 2,6 mg…”
Sluurrp… Chocochino-nya mantap jaya.

01.30 am

Telpon Ayu. Tuut… Tuut… Tuut… Tuut… Tuut… Tuut…

Lamaaa banget, akhirnya diangkat.

Aku : Udah bangun yuuk?

Ayu : Udaaah… Hoaahm…

Aku : Ya udah yaa, aku mau tidur…

Ayu : Iyaa, makasih yaah cin udah bangunin.

Aku : Yup yup.

02.00 am

Udah selese bab III-bab IV. Aye!

Sekarang waktunya masuk kamar, ngedit paper PPKN untuk besok, dan mencurahkan perasaan di diary atau di laptop untuk blog.

03.00 am

Membanting diri ke kasur dan zzzz…

Tiluliit!

Bodo amat!
Read More
      edit
Published 9:24 AM by with 0 comment

Shinkansen…


Aku suka naek kereta. Apalagi kalo duduk di deket jendela dan ngeliatin pemandangan yang kesannya lari menjauhi aku. Rasanya hatiku tertawa puas, “Wahaha…dunia, liat aku, aku berlari mendahuluiku. Susul aku, dunia. Aku menantangmu!”


Hahaha, khayalan anak usia 18 taun kurang 8 bulan emang suka geje (*banyak amat kurangnya, 8 bulan -.-“).


And that is Me time! Saatnya aku mencari inspirasi, merenung, mikir ini itu.


Di perjalanan naek kereta kali ini, aku sempet dibikin frustasi dan hampir nangis karena keretanya ngendon lamaaa banget di Stasiun Gubeng gara-gara ganti kepala. *Kepala kereta lhooh yaa maksudnya. Padahal keinginan untuk pulang udah nggak bisa diempet.


Dalam hati ada penyesalan kecil, “coba aku tadi milih kereta yang sebelumnya. Walaupun tiketnya lebih mahal dua kali lipat, sekarang pasti udah separo perjalanan!”


Pelajaran hidup nomor 10 : Waktu jaauuuh lebih berharga daripada uang. Mendingan buang uang daripada buang waktu.


Dan waktu nunggu kereta di Stasiun, ada sms dari kakak tingkat yang ngingetin besok ada rapat pleno. Gilak, aku melewatkan sebuah rapat pleno kepanitiaan. Seenaknya aja nih. Sebenernya aku tau ada rapat pleno tanggal 11 Desember, tapi lama-lama lupa dan nggak ngeh juga kalo besoknya udah 11 Desember. Hiks hiks. Maaf yaa, mbak. Sebenernya masih bisa sih kalo semisal aku ngebatalin perjalanan, merelakan tiket terbuang sia-sia dan balik ke rumah dengan muka bete yang tidak pantas diperlihatkan. Tapi kalo dipikir-pikir...kapan lagi aku bisa ketemu Mama? Minggu depan aku udah mutusin buat belajar ekstra menjelang UAS.


Okee, kadar frustasi bertambah. Jadi kepengen makan orang. (Ngelirik kanan-kiri, nyari mangsa untuk dimakan)


Setelah beberapa saat ngelamun sambil ngeliatin pemandangan di luar jendela kereta, akhirnya aku ngeluarin kertas A4, dan ngerjain analisa data percobaan Fisika. Kebetulan aku duduk sendirian, jadi bisa ngerjain dengan leluasa sambil selonjoran. (Malemnya dapet comment dari Hilal di fb, ngatain aku lebai ngerjain laporan di kereta -.-)


Selese selembar, aku kembali menatap jendela. Di luar mendung. Kupejamkan mata, menikmati lantunan bunyi “jess jess” kereta sambil membayangkan lagi naek Hogwarts Express. Terus tiba-tiba ada Dementor datang dan berusaha menyedot kebahagiaanku. Tapi kasian deh, dia salah nyedot kefrustasian dan kebeteanku. Hahaha.


Tiba-tiba orang di depanku mengeluh, “Aduh lamanyaa kereta ini, nggak nyampek nyampek...”
Dalam hati aku jawab, “Kalo mau cepet naek Shinkansen sono.”


Shinkansen?


Jadi inget salah satu impianku, naik Shinkansen.


Dan mulailah aku berandai-andai. Kapan yaa aku bisa naek Shinkansen?


Kalo naek Shinkansen, nggak bakal aku bisa menikmati pemandangan kayak gini. Pasti yang keliatan di jendela Cuma garis-garis horisontal yang berganti-ganti warna, saking cepetnya gerakan kereta.


Lalu ada pengamen datang. Nyanyi bentar, kemudian menyodorkan kantong ke penumpang.
Kalo naek Shinkansen, nggak bakal ada yang kayak gini. Masuk ke peron aja pake tiket, gimana pengamen bisa masuk.


Beberapa saat kemudian, penumpang di depanku mengeluarkan makanan, lalu menawarkan ke aku. Aku menolak dengan sopan.


Hmm... di Shinkansen bakal ada yang kayak gini nggak yaa? Kayaknya nggak deh. Semua orang terlalu sibuk sama urusannya sendiri-sendiri, nggak sempet bermuka manis sama orang-orang di sekitarnya.


Yaah, emang hanya ada di Indonesia... Maybe that’s one of the reason why we must love Indonesia.


Dan hujan gerimis romantis pun turun mengiringi sisa perjalananku.


Selalu ada harapan baru ketika hujan turun. “Ku titipkan impian-impianku di tangan-Mu, Ya Rabb. Wujudkanlah untukku menurut kehendak-Mu. Amin.”


Lalu aku kembali menganalisa data.
Read More
      edit

Thursday, December 2, 2010

Published 6:50 PM by with 0 comment

Tentang Impian


Gara-gara dikasih tugas sama kawal untuk menuliskan 100 impian di karton manila, aku jadi keinget notes-notes, kertas-kertas impian dan posting “Future Diary” di blogku… Hmm, semuanya jadul banget. Pokoknya kegiatan menulis impian, khayalan atau sejenisnya udah nggak asing lagi buat aku.


Jangankan 100 impian, mungkin 500 impian kecil atau besar pernah aku tulis. Entah itu di diary, ideas notes, notes spiral item, notes paperline jaman SMA, kertas-kertas impian yang disusun berdasarkan prioritas, profil Friendster atau posting konyol di blogku ini. Semuanya imajinatif, terlihat keren walaupun kadang pantas dicemooh (haha). Beneran deh, orang sering ketawa atau tersenyum asem tanda meremehkan kalo ngeliat list impianku itu. Tapi begitu aku berhasil mewujudkannya, maka aku akan mencoret list impianku dengan senyum yang lebih mencemooh daripada orang itu tadi.


Well, aku nggak pernah kehabisan ide untuk menambah daftar panjang list konyol itu. Bermimpi kayak gitu seru tauk. Rasanya wow, membuat kita “stay tuned” di khayalan itu. Hahaha.


Dan lebih dari itu, aku sangat sangat percaya, bahwa ada satu yang tidak pernah menertawakan impianku, Dialah Allah SWT., bahkan Ia memeluk impianku, merencanakan sesuatu yang lebih baik dari impian-impianku yang bahkan nggak pernah aku pikirkan sebelumnya. Dan jika sudah tiba waktu yang tepat, Ia akan mewujudkannya untukku, hanya untukku, seorang hamba-Nya yang berani bermimpi.


Anehnya, keyakinanku itu semakin kuat setelah aku baca buku karangan seorang atheis (maaf, atau mungkin Yahudi) yang berTuhankan Alam Semesta. Buku ini menjadi sebuah boom di dunia penerbitan. Angka penjualan dan harganya menggila. Kira-kira terbitnya 2 taun yang lalu, tapi sampe sekarang masih banyak versi baru yang diterbitkan. Judulnya adalah “The Secet”. Siapa sih yang nggak kenal buku itu? Tapi Alhamdulillah, aku nggak terseret dalam pemikiran atheisnya.


Satu persatu impianku terwujud. Bahkan sering banget dulu aku nggak nyadar kalo apa yang sedang terjadi saat itu adalah jawaban Allah atas mimpi-mimpiku, sampe akhirnya aku bisa menarik pelajaran hidup nomor 3, “bermimpilah yang spesifik atau kau akan menyesal”.


Jangan pernah takut bermimpi. Jangan pernah merasa impianmu terlalu tinggi dan kamu takut terjatuh. Siapa yang takut bermimpi, berarti dia meragukan Allah.
Mengutip kata-kata Arai dalam novel Sang Pemimpi, “orang seperti kita tak akan pernah bertahan hidup tanpa mimpi-mimpi kita.”


Dan mengutip kata-kata Chyntia dalam ideas notes-nya, “menangis dan tersenyumlah untuk mimpimu. Menangis ketika menyebutkannya dalam doa dan tersenyum ketika semakin hari mimpi itu terasa semakin dekat dan nyata.”


Maka, bebaskan mimpimu, kawan. Dan rasakan sensasinya ketika mimpi-mimpi itu terwujud. Beneran inii. Aku sudah membuktikannya. Heahaha.
Read More
      edit

Wednesday, November 24, 2010

Published 11:40 PM by with 0 comment

Photo Session in HoS :)











Wow, this is ma photo session guys :D

Lokasinya di House of Sampoerna dan di dalem Surabaya Heritage Tour. Tempatnya emang kereeen banget buat foto-foto, sekeren gue sebagai modelnya. Heahahaha.

Fotografer dan owner kameranya namanya Lidya. (thanks sooo bunch yaap :*)

Kalo nggak salah, waktu itu lagi liburan setelah tes masuk PTN dan aku sama Lidya udah dapet KTM. :p

Saking nganggurnya, kita memutuskan untuk pergi ke HoS, foto-foto dan naek SHT. SHT itu Bisnya HoS yang rutenya keliling tempat-tempat bersejarah di Surabaya. Ada jadwal pemberangkatan dan rute tertentu. Kita bisa pilih sesuai keinginan kita. Rute paling spesial biasanya pas liburan anak sekolah. Makin seru tuh.

Sebagai warga Surabaya selama bertaun-taun, baru kali ini lho aku bisa menikmati wisata sejarah Surabaya. Hahaha. Mungkin anak Surabaya juga banyak yang belum pernah nyobain naek SHT. Coba deh, biar kita tau sejarahnya kota tercinta. Dijamin pasti ntar bakalan ber"ooh-ohh" ria waktu guide tournya ngejelasin :p

Wawaww, aku suka foto-foto ini :D
Read More
      edit
Published 11:26 PM by with 0 comment

Amazing Velocity of Telat Person

(yang baca ngebatin sambil ketawa : judulnya gejee)

Senin pagi yang cerah nan indah sering berubah jadi kelabu dengan petir menyambar-nyambar mengejarku (lebai).

Ini gara-gara malemnya aku sering ngelembur ngerjain sgala macem tugas dan baru masuk kamar jam 2 pagi. Waktu itu kentongan orang ronda udah bunyi dua kali.

Belom lagi kalo lagi kambuh insomnianya. Bisa-bisa cuma terkulai lemas di tempat tidur sambil ngelamun sampe kedengeran Adzan Subuh dan orang-orang serumah bangun. Kalo udah gitu, dalam imajinasiku muncul Craig David di depanku, ngedance sambil nyanyi-nyanyi ngece.

“Feels like insomnia…aaaa
Feels like insomnia…aaaa aa
…Because I can’t sleep till you’re next to me…” (nggak hapal liriknya..hehehe).

Then, rush hour begins…

Jam 5 bangun, Sholat Subuh, terus berusaha tidur lagi. Gilak, mata rasanya sepet, badan remuk redam kayak habis ditimpuk pake beras sekarung.
Begitu bangun lagi, liat jam di hp, udah jam 7.15. Paktikum Kimia Dasar jam 8, boleh telat 15 menit.

Pikiran setan : Ah, masih agak lama. Tidur lagi deh bentar. Hoahm.
Tidur beneran akhirnya! Dan baru bener-bener bangun jam setengah 8, ketika matahari sudah tinggi dan menghangatkan kamarku dengan gelombang cahayanya.

Oh tidaak! Now rush hour really really begins…
Karena nyadar nggak ada waktu buat ngaret lagi,aku buru-buru lari ke lantai bawah, nyamber handuk, mandi, trus ngambil baju di tumpukan paling atas di lemari baju dan kerudung di lemari sebelahnya.

Sret sret sret, selese ganti kostum lanjut sarapan sambil baca buku, gimanapun harus belajar buat pretes! Nggak tau kenapa, aku jaraang banget inget sama pre-tes. Paling banter ingetnya pas bangun tidur pagi dengan panik.

Habis itu masukin laptop, flashdisk, map, kertas dan segala macem ke dalem tas ransel ijo yang aku pake tiap hari sampe bulukan tapi tetep nggak aku ganti sama tas lain.Trus nyamber helm sama jaket, teriak “aku berangkaat! Semelekom! Pagernya nggak aku tutup!” sambil nangkring di atas motor. Tancap!! Brruuumm…

Seorang telat person yang nggak professional kayak aku biasanya punya fobia sama jam. Bukannya sibuk ngeliatin jam, aku malah takut setengah mati. Di dalem pikiranku yang penting adalah ngebut dan secepat mungkin sampe di kampus.

Nyampe parkiran, aku baru berani ngelirik jam tangan. Oh, masih jam 8.10. Fiuh, kalo udah gitu pasti brasa lega luar biasa. Setidaknya masih dalam batas toleransi. Lebih seneng lagi kalo kebetulan ketemu sesama orang telat yang sama gopohnya. Horeee ada temennya. Hehehe.

Rush hour dilanjutkan dengan jalan cepat dari pintu timur sampe lab MM1 di lante 2 sambil pake jas lab dan id card. Begitu sampe di depan meja absen, aku terengah-engah sambil meronta-ronta, “plopen..hhggh hggh.. pinjem plopen dooonk..”

Kalo dipikir-pikir aneh juga. Masa’ durasi mandi-sarapan sampe landing di parkiran kampus cuma sekitar 30 menit? Padahal jarak dari rumah ke kampus kalo pas jam segitu kira-kira 15 menitan. Belom lagi kalo arus lalu lintas padat merayap, bisa sampe 20 menitan. Amazing! Kecepatan orang telat emang beda. Ckckck.
Read More
      edit

Monday, November 15, 2010

Published 6:34 PM by with 0 comment

MaNice Satnite wif Lidya

Satnite kemaren aku jalan sama deskmate-soulmate-best buddy-foreva-ku (*halah sekali), Liduung :D

Akhirnyaa...setelah belajar jungkir balik buat UTS, dateng juga yang namanya weekend. Oh My God!

Pas hari Sabtu itu, acaraku lagi padet banget.
Pagi-pagi jam setengah6an berangkat, dijemput Sonya sama Mbak Meta. Ada acara Hari Kesehatan di sebuah SD Negeri di pinggir laut - serius oi, pinggir laut beneran, deketnya Kenjeran Park. Jadi di belakangnya SD itu udah laut Kenji.

Aku jadi pemateri anak kelas 6 yang bandel-bandel sekalee. Tapi meskipun bandel, sebenernya mereka kritis dan pinter koq. Terbukti dari pertanyaan beruntun yang mereka tanyain setelah aku, Anggie, Mbak Ilil dan Sonya ngasi materi.

"Kak, kenapa pewarna buatan berbahaya?"

"Kak, terus kalo aku habis jatuh, kalo dibersiin pake air kan sakit. Terus gimana?"

Dan dari acara penyuluhan yang seru itu, aku dapet pengalaman yang seruuu banget.

Pulangnya, aku nebeng Iun sampe ke pintu keluar. Trus ke kost Ayuk, ngambil motor yang aku titipin sejak hari Kamis. Skalian nemenin Ayuk ke atm Mandiri.

Nyampe rumah sekitar jam 2. Trus tidur bentar. Jam 3-an, temenku yang bernama Pitung, anak TE-ITS dateng, minta diajarin Bahasa Inggris, sehubungan dengan UTS-nya besok. Yang bener aja, aku nggak pernah belajar Bahasa Inggris sejak lulus SMA tauk. Tapi gara-gara dia maksa, ya udah aku ngajarin "by looking at book".

Baru 10 menit si Pitung pulang, temenku yang laen, namanya Leli, anak IT-ITS, dateng ke rumah. Yang ini minta diajarin Fisika Dasar Mekanika. Oh Tuhan, aku jadi deja vu UTS Fisika 60 soalku yang berbau maut itu. Ckckck.

Lumayan lah, aku bisa ngajarin dikit-dikit, tentang gerak parabola anak panah yang ditembakkan oleh seorang Elf dari atas menara dengan ketinggian H. -.-"

Hey, plis deh! Aku ini MABA! Masa' disuruh ngajarin MABA? Jurusan Teknik pula. Ckckck. Besok-besok aku ajarin Falsafah Kefarmasian tau rasa lu! Contrari Contraris Contraria!

Ya Salam...


Nah, jam5-an si Lidung dateng. Untungnya dia nggak bawa tugas-tugasnya juga skalian.

Setelah Leli pulang, sekitar jam6-an, aku keluar sama Lidung, sesuai rencana awal : ke Sutos. Pengen liat Surabaya AnimNation di SUTOS XXI.

Kita, sebagai kuota penonton yang tidak memegang tiket, terpaksa mau ngalah nungguin yang bertiket masuk studio duluan.

Itupun kita susah payah menghilangkan rasa malu. Dan akhirnya, kita bisa masuk bagai penonton bertiket - dapet tempat duduk. Hahaha. Beda sama orang-orang tak bertiket laennya, mereka pada duduk di tangga.

Pelajaran hidup nomor 8 : Berani malu itu baik.

Tapi nggak tau kenapa, aku bosen setelah 1 jam nonton animasi-animasi geje itu. Ada yang aku suka sih, film parkour geje yang lokasi shootingnya di Kampus B UNAIR (Kampus gue lhoo :). Juga yang animasi tentang Kepik yang bikin pesawat (hah?buat apa?mereka kan udah bisa terbang?). Tapi gimanapun, animasi Suro-Boyo karya Cak Ikin tetep jadi masterpiecenya. :D

Jam 9 lebih dikit, kita memutuskan untuk pulang, padahal belum selese filmnya.

Di luar kita disambut hingar-bingar satnite anak muda metropolitan. Meriah sekali. Tapi aku minta pulang aja ke Lidung.

Dan itulah satnite kita.

Pernah jauh-jauh minggu sebelumnya, kita bersatnite di TP. Waktu kita di Foodcourt, lampu mendadak mati pisan. Orang-orang pada teriak-teriak, kita ikutan aja teriak biar seru. Hahaha.

Thanks, Liduung. Kapan-kapan kita jalan-jalan lagi yaa.. Masih banyak nih yang mau aku critain :D
Read More
      edit

Friday, November 12, 2010

Published 8:56 PM by with 4 comments

Berat

Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat.

Laporan praktikum ini. Tugas paper PPKN ini. Tugas LKM PBA ini.

Tapi belum sempat mengatakannya, teman-temanku datang menghampiri, duduk di sampingku dan mengerjakannya bersamaku.


Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat.

Kuliah dosen yang sulit dimengerti ini. Diktat-diktat yang sulit dipahami ini. Soal-soal latihan yang rumit ini. Pretes yang kadang tak terjawab ini.

Tapi belum sempat aku mengatakannya, teman-temanku beranjak mendekat, menudingkan telunjuknya di diktatku, membantuku hingga aku mengerti.


Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat.

Ujian-ujian yang datang beruntutan ini. Ambisi A-graded yang meracuni otakku ini. Ketakutan dan kekhawatiran atas ujian-ujian yang akan aku hadapi ini. Nilai-nilai yang buruk rupa ini.

Tapi belum sempat aku mengatakannya, pesan singkat yang berisikan “everytime I remember you, I pray for you. Hopes you be strong in any condition. I know youre gonna make it :)” dari seorang sahabatku, membuatku tersenyum. Telepon dari Mamaku yang meyakinkan bahwa aku pasti bisa, membuat bukuku basah oleh air mataku. Tulisan “Ajtahidu fauqa mustawal akhar” yang terpampang di meja belajar, memberi aku kekuatan untuk bertahan di sana hingga pagi menjelang.


Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat.

Deadline artikel yang terus mengejar walaupun sebenarnya menyenangkan ini. Rapat-rapat kepanitiaan yang lama ini. Tanggung jawab sebagai panitia ini. Tugas Cakra yang harus segera selesai ini. Tugas Aspirint yang enggan aku kerjakan ini.

Tapi belum sempat aku mengatakannya, kakak-kakak senior dan teman-temanku menunjukkan tawa lepas dan canda mereka, mengajakku ikut merasakan kebersamaan yang perlahan muncul.


Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat.

Waktu tidur siang yang semakin langka ini. Waktu tidur malam yang tidak teratur ini. Waktu yang berlari semakin cepat ini. Badan yang kadang terasa kaku akibat kurang bergerak ini.

Tapi belum sempat aku mengatakannya, mahzab Imam Syafi’i menggema dari sudut kamarku, “berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang”.


Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat.

Mata yang bengkak dan menghitam seperti zombie ini. Rambut yang rontok semakin banyak ini.

Tapi belum sempat aku mengatakannya, eyangku menunjukkan uban di rambutnya dan kantung matanya padaku sambil tertawa kecil menghiburku.


Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat.

Perasaan ‘terlalu jauh’ meninggalkan hingar-bingar dunia luar ini. Hasrat petualangan yang lama terabaikan ini. Kerinduan terhadap jalanan dan pelosok yang dulu sering aku singgahi ini. Bayangan diriku yang berdiri merentangkan tangan di atas gedung dengan jaket panjang dan rambut yang berkibar tertiup angin, atau diriku yang berjalan di samping sahabatku menyusuri taman sambil sesekali berfoto ini.

Tapi belum sempat aku mengatakannya, zat-zat di dalam tabung reaksi menggumpal dan memberi signal “coba dulu...di laboratorium juga nggak kalah seru kok.” yang ditujukan padaku yang sedang memandangnya.

Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat.

Week(without)end yang seringkali diisi dengan kegiatan kampus ini. Satnite yang sering aku habiskan dengan tidur karena kelelahan ini. Blog dan diary yang jarang diisi ini. Ajakan sahabatku untuk menghabiskan waktu bersama yang sering aku ‘tolak’ ini. Protes sahabatku
yang merasa aku acuhkan ini.

Tapi belum sempat aku mengatakannya, sahabatku mengatakan dengan tulus, “aku ngerti kok. Lain kali aja yaa.”, yang setidaknya membuatku sedikit lega. Dan komentar pembaca blogku membuat aku bertekad untuk terus menulis di sana.


Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat.

Kerinduan pada Mamaku yang membuncah ini. Keinginan untuk selalu mendampinginya ini. Keinginan untuk membuatnya bahagia dengan prestasi di bangku kuliah ini. Bayangan Mamaku yang tersenyum dan memelukku ini.

Tapi belum sempat aku mengatakannya, tangisku di atas sajadah telah meluap, mengalir mendahului kata-kataku, seakan ingin membantuku menyampaikannya pada Allah tanpa harus ku ungkapkan dengan lisan.

Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat, namun aku tak pantas mengatakannya. Banyak orang yang mengalami ini semua, bahkan lebih berat lagi, namun mereka tidak mengeluh.

Bukankah Allah telah memberikan banyak kemudahan dalam hidupku?

Bukankah Allah telah meringankan beban di pundakku?

Bukankah Allah selalu bersama hamba-Nya? Tidak membiarkan hamba-Nya dalam kesulitan dan selalu memberinya pertolongan?

Bukankah usahaku tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan perjuangan dakwah Nabi Muhammad?

Bukankah usahaku masih level 'kacangan' jika dibandingkan dengan ilmuwan-ilmuwan hebat di masa lampau?

Terlalu awal untuk berani mengatakan ini semua terasa berat.

Dan sungguh, ini semua tidak terasa terlalu berat jika aku mengingat ayat ini :
Fainnama'al usyri yusro. Innama'al usri yusro.
Read More
      edit

Monday, November 8, 2010

Published 8:37 AM by with 0 comment

SENDIRIAN? No problem now~

Kebiasaan agak buruk gue: nggak berani kemana-mana sendiri. Maunya ditemenin mulu.

Kalo lagi di sekolah dulu, trus pengen ke kamar mandi, aku pasti narik temen di
sebelahku dengan semena-mena, minta ditemenin.

Ke mall, padahal cuma mau beli float di KFC doank, pasti minta ditemenin.

Ketemu guru, minta ditemenin, padahal cuma buat ngumpulin selembar tugas.

Ke kantin, minta ditemenin.

Apalagi kalo nyarat (bolos pelajaran), nggak mungkin aku berani nyarat sendirian. Pasti nyari temen yang sama-sama seteres di kelas dan punya keinginan mendalam untuk bolos pelajaran juga. Hahaha.

Sering deh aku ngerajuk-ngerajuk model gini :

“Liiid…temenin ke kamar mandi… Ayo taah.”

“Depuung…temenin ke kantin yaah…”

“Ma, temenin deh, Ma…” (padahal cuma disuruh Mama beli sabun colek di toko)

Sampe waktu aku ke Student Center di Kampus C buat daftar PUKM Pena, aku minta ditemenin Mbak Karla yang nggak ada sangkut-pautnya sama UNAIR. Habisnya nggak ada yang bisa nemenin lagi selain orang nganggur satu itu.

Pokoknya nggak enak laah kalo kemana-mana sendirian, apalagi ke tempat-tempat baru.
Pernah aku nyoba pergi sendirian pas upacara pengukuhan mahasiswa baru. Rasanya resah gelisah kayak anak ilang di pasar. Udah berangkat sendirian, kepagian, janjian ketemuan sama Lia di depan gedung Auditorium juga nggak ketemu-ketemu. Trus aku memutuskan untuk jalan sendirian ke meja absen. Alhamdulillah di sana aku ketemu si Richad. Huaaah, legaa… akhirnya ada temennya, trus aku kenalan deh sama Ayu Sholehah.

Suer deh, emang bener-bener nggak enak kemana-mana sendirian itu. Beneran. Kalo nggak terpaksa, aku nggak mungkin melakukannya. Ada yang setuju sama aku?

Makanya aku suka heran sama temenku yang namanya Monta dulu. Dia sering ke kamar mandi sendirian, ke toko buku sendirian, kemana-mana sendirian, tapi dia nggak ngerasa kayak anak ilang tuh. Aku mikirnya, mungkin ada tips dan trik tersendiri yaa biar bisa gitu. Hmmm.

Pernah dulu dibilangin gini sama temenku, “apa-apa minta ditemenin, kemana-mana minta ditemenin. Sekali-sekali berangkat sendiri gih, masa’ nggak berani? Kan udah gede.”

Aku jawab, “Yee… Aku kan takut diculik. Presiden aja udah gede kemana-mana masih ditemenin dan nggak ada yang protes. ”

Tapi berhubung aku udah kuliah, udah gede, aku bertekad untuk menghilangkan kebiasaan minta ditemenin itu. Aku harus mandiri dan menunjukkan pada dunia bahwa aku berani menantangnya sendirian! Huahahahaha (berapi-api).

Aku nggak akan menjadi orang besar kalo nggak berani sendirian. Napoleon memimpin perang sendirian. Neil Amstrong mendarat di Bulan nggak minta ditemenin.Bung Tomo nggak narik-narik temennya waktu berorasi.

Bearti satu-satunya orang ‘wah’ yang kemana-mana minta ditemenin adalah Presiden ya. Katanya sih karena alesan keamanan. Ckckck.

Keberanianku pergi sendirian aku awali dengan pergi ke GraPari buat ngurus simcard baru. Dalam hati masih ada kecanggungan sih, tapi terpaksa harus di-ignore. Habis ngambil nomor antrian, aku duduk di kursi sambil smsan sama Mbak Karla, pamer berani pergi sendiri. Hehehe. Dan ternyata ngapa-ngapain sendirian ituu fine fine aja tuh.

Nah, untuk selanjut-lanjutnya, aku sering memutuskan untuk pergi sendirian.
Walaupun kalo di kampus aku masih sering minta ditemenin, tapi aku sebenernya udah berani kok kemana-mana sendirian. Serius deh.

Tantangan sendirian yang paling serem adalah waktu harus wawancara seorang senior buat tugas seleksi reporter Farma Pos. Ketar-ketir gue. Apalagi waktu liat daftar kakak-kakak yang boleh diwawancara… wahh, nggak pernah tau orangnya yang manaa. Trus akhirnya aku pilih wawancara seseorang bernama Sarah, yang menurut keterangan adalah anak 2009 kelas C. Kenapa milih mbak Sarah? Soalnya namanya paling gampang diinget. Hahaahaa.

Setelah janjian lewat sms, besoknya aku langsung wawancara. Janjiannya di depan mushola cewek. Okelah. Habis praktikum Kimia, aku lewat di depan mushola, nyari Mbak Sarah. Waktu itu lagi ada banyak orang di sekitar sana, dan aku nggak tau yang mana yang Mbak Sarah.

Aku sms Mbak Sarah, “Mbak pake baju warna apa?” Hehehe, mana adaa reporter yang nanyain hal kayak gini. Nggak keren amat. Habisnya nggak berani nanya ke orang-orang di sana, “Mbak Sarah yang mana ya?”. Untung dijawab sama Mbaknya. Jeng jeeng, ketemu deh sama target wawancara pertamaku. Trus habis itu wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan yang udah aku siapin. Rada kaku sih emang waktu wawancara, tapi nggak apa. Pengalaman pertama wawancara sebagai calon reporter. Hehehe.

Aku sering wifi-an di Perpus sendirian. Mojok di ruang baca sendirian. Dateng ke rapat sendirian. Solat sendirian. Ke Delta Plaza sendirian. Yang paling aku suka, ke toko buku sendirian. Emang dari dulu, aku suka banget sama yang namanya toko buku dan selalu betah berjam-jam berdiri di antara rak-rak buku Psikologi Populer dan Fiksi untuk diam-diam membaca buku yang nggak diplastikin. Ohh, bener-bener “me-time”.

Tapi tetep aja donk, lebih seru kalo ada temennya. Kalo sendirian aku jadi pendiem, nggak ada yang bisa diajak ngobrol (dan aku dengan bijaknya memutuskan untuk nggak ngomong sendirian).

Well, ini membuktikan kalo aku mulai bisa disebut mandiri kan? Huahaha. (bangga sekalee).
Read More
      edit

Thursday, October 14, 2010

Published 3:41 PM by with 0 comment

It’s the first three weeks in Faculty of Pharmacy

Taukah Anda? Hidup saya dipenuhi dengan praktikum-praktikum, laporan-laporan, tugas-tugas pendahuluan dan saya penat dengan semua itu. Tapi yaah, inilah hidup saya saat ini dan seterusnya.


Rasanya tiada hari tanpa nulis dasar teori dan menganalisa data percobaan yang kadang kesalahannya sampai lebih dari 90%. Kalo udah kayak gitu, hati miris teriris-iris saking betenya. Selingan dari laporan-laporan praktikum itu adalah tugas pendahuluan yang rutin hadir tiap minggunya. Belum lagi kalo pas dosen ngejelasin dan aku nggak ngerti, makin bete deh jadinya. Allah…inikah kuliah? Balik lagi ke SMA aja deh.


Waktu tidurku sekarang sekitar 5-6 jam sehari. Itupun kadang tidurnya bersambung, sore tidur 1 jam, trus malemnya 4 jam. Itu semua gara-gara laporan yang nggak kelar-kelar. Tapi biasa aja sih buat aku, toh dari dulu aku tidurnya juga segitu. Nggak terlalu aneh.
But hey, bukan Chyntia namanya kalo udah pengen nyerah hidup-hidup sampai di sini.
Kehidupan masih panjaaaang dan tiada mungkin tanpa perjuangan, tanpa pengorbanan, mulia adanyaaa…berpeganglah tangan, satu dalam citaaa (lhoh, kok jadi nyanyi).
Ya udahlah, intinya enjoy aja. Jangan banyak ngeluh. Aku tau ini semua pasti baik buat aku.

Dan bukan Chyntia namanya kalo nggak bisa mengambil pelajaran hidup dari semua yang terjadi. Sekarang kita anggep aku sudah membuka lembar kehidupan baru, jadi “lesson list” nya direset lagi.


Pelajaran Hidup nomor 1

Don’t look the book from its cover. Jangan liat orang dari penampilannya.Suatu kesalahan besar menilai orang dari penampilannya.


Pelajaran Hidup nomor 2
(merasa) pintar = egoism tinggi = berusaha mendominasi. 

Pelajaran Hidup nomor 3

Bagi orang sibuk, tidak ada perbedaan yang signifikan antara satu jam dan satu minggu.

Pelajaran Hidup nomor 4

Bermimpilah yang spesifik. Ya Tuhan… Aku mulai curiga, apakah Engkau menertawakan impian-impianku yang kurang spesifik itu. Tau kan list impianku dulu simple.


1. Keliling dunia

2. Jadi penulis

3. Jadi peneliti


Dan akhirnya sekarang Allah memberikan aku impian ke-2 dan ke-3 dalam bentuk PRAKTIKUM dan LAPORANNYA. Apakah yang kayak gini yang aku mau? Entahlaaah…nggak berani protes.

Pelajaran Hidup nomor 5

Jika Anda tau Anda akan bosan mendengarkan kuliah dosen, siapkan kertas folio, baceman dan pulpen, kerjakan LAPORAN PRAKTIKUM, karena waktu-waktu kayak gitu diitung sebagai waktu luang!
Oh Lord... 

Read More
      edit

Wednesday, October 6, 2010

Published 11:24 AM by with 1 comment

First Day in College




Gilee… ini blog lama banget kagak update, sampe bolong-bolong digigitin kadal kayak gini.

Kasiaaan…



Well, hello readers and my blog! So many things happen when I was away. As usually, wherever I go, I always get something to tell.



Kuliah udah jalan sekitar 2 minggu nih, tapi aku belom nulis apapun tentang hari pertama kuliah, di blog maupun di diary. Sok sibuk banget deh, sebel ngeliatnya.


Hari pertama kuliah tanggal 20 September, dan kuliah kelasku dimulai jam 8 pagi dengan jadwal Praktikum Kimia Dasar di lab MM1.

Malem sebelumnya aku berusaha nginget-nginget, MM1 itu sebelah mana ya? Aku buka denah fakultas yang aku gambar untuk tugas ospek, malah miris sendiri, habisnya mirip sama gambar kue kastengel jatoh dari genteng. Berantakan banget. Hahaha. Terus aku tanya temenku. Dia bilangnya MM1 tempatnya di lantai 3. Lantai 3 mana nih? Masalahnya tangga di dalem gedungfakultas nggak cuma satu. Tapi lumayanlah penjelasannya nggak segeje gambar denahku.

Dan malem itu juga, aku mencemaskan banyak hal tentang hari pertama kuliah, tapi juga menemukan secercah semangat baru walaupun nggak se-menggebu hari pertama sekolah dulu. Aku pun curhat (dan pamer) ke banyak orang tentang hari pertama kuliahku besok.

Aku : Eh, besok aku kuliah perdana lhoh :D tapi aku takut..huhu T.T

Lidung : Ciee, yang udah jadi mahasiswa… Semangat ya! :D

Elli : Iya nih, aku juga. Sama, aku juga takut. Huhu.

Ateng : Takut apa? Smangat donk.

Entah apa yang aku takutin. Aku sendiri juga bingung.

Esok paginya aku bangun jam setengah 6, terus solat Subuh, habis itu karena ngerasa nggak adayang bisa dikerjain, tidur lagi deh sampe setengah 7. Terus mandi, gosok gigi, maem pagi, minum susu, pake baju yang udah disiapin jaoh-jaoh hari buat kuliah pertama, manasin motor, dan berangkat sambil tersenyum-senyum kayak pegawai negeri habis terima gaji.

Di perjalanan yang lumayan macet itu, aku asik berceloteh sendiri kayak biasanya, tapi untung nggak ada yang denger. Aku terus mengulang kata-kata jadulku, 

“Hello, selamat pagi dunia. Ini aku, Chyntia Tresna Nastiti, datang kepadamu membawa perubahan dengan karyaku. Lihatlah aku. Aku yakin aku pasti bisa. Aku siap menjalani hari ini. Semangat, Chyntia! Semangat mujjahid! Ajtahidu fauqa mustawal akhar! Allahu akbar”

Nyampe sana in time lho, sekitar jam 8 kurang 5 menit (in time 5 menit doank aja bangga).

Begitu masuk gedung fakultas lewat pintu timur, aku ketemu beberapa teman sekelas. Aku ngikut mereka ke lab MM1. Dan semangat yang aku gede-gedein pas di perjalanan tadi kandas begitu saja begitu aku dapet kabar kalo hari itu nggak ada praktikum apapun sampe minggu depannya. Padahal kita udah nungguin selama bermenit-menit di depan lab MM1 yang panas. Selama nunggu itu, aku sama temen-temen tuker-tukeran buku civitas akademika.

Wew, nggak jadi kuliah perdana nih.

Jadwal selanjutnya adalah Praktikum Fisika di kampus C jam 11. Kalo di jadwal sih keterangan tempatnya di Lab Fisika MIPA. Tapi kenyataannyaaa…

Begitu aku nyampek Fakultas Saintek di Kampus C sama Ayu dan Iin, aku dengan pedenya nanya ke (orang yang keliatannya) petugas resepsionis di lobby dimana tempatnya Lab Fisika.

Beliaunya ngejawab dengan tidak meyakinkan, “Di deket masjid… Dari sini lurus, terus belok kiri, tapi namanya Bengkel Fisika. Ada juga Lab Fisika di TDC, deket Fakultas Keperawatan.”

Kita bertiga ngeloyor deh masuk ke dalem gedung fakultas. Eh bukannya nemu lab, malah nemu kantin. Terus mampir deh beli es milo. Slruuuupp, Alhamdulillah, akhirnya minum juga setelah panas-panas di perjalanan.

Setelah memastikan kalo tempatnya ternyata di TDC, bukan di Saintek, kita cabut deh ke TDC. Nyampek sana malah lebih geje lagi. Nggak ada orang yang bisa ditanyain dimana tempat Praktikum kita. Akhirnya kita duduk-duduk di depan TDC sambil ngecengin anak jurusan Matematika yang juga mau praktikum di sana waktu itu.

Begonya, aku lupa nggak bilang ke temen-temen di Fakultas Farmasi yang nungguin kabar dari kita bertiga. Mereka akhirnya bernasib sama kayak kita, nyasar ke Saintek. Bedanya, mereka nggak sempet mampir ke kantin buat beli es milo.

Beberapa saat kemudian, kita kembali terlantar di depan ruang praktikum, soalnya lagi ruangannya lagi dipake. Ya Tuhan… masih adakah cobaan lain hari ini?

Saking nganggurnya, aku sempet foto-fotoin keadaan sekitar nih.

Iin maen hp

Septri dan Mbak Halal

Pemandangan dari depan ruang praktikum Fisika TDC

Read More
      edit

Friday, October 1, 2010

Published 1:41 PM by with 1 comment

Kids


Kids

What do you see in kids?


They’re happy? They enjoy their lives? They’re innocent? They’re lovable? They’re selfish? They’re naughty?


Buat aku, mereka spesial. Ada sesuatu yang menarik dalam diri mereka yang nggak dimiliki orang dewasa. Mereka memandang dunia dengan sudut pandang yang mungkin berbeda dengan orang dewasa.


Tapi aku juga nggak paham sih sudut pandang orang dewasa itu kayak gimana. Haha, sok tua banget -.-“


Apa sih daya tarik mereka?

Mata.


 Yap, mata mereka transparan, bening, cerah, ekspresif dan selalu bisa menyalakan cahaya harapan dalam diriku. Uwooo…


Aku suka memandang mata mereka, lalu menembus masuk ke hati mereka dan mengintip dunia melalui mata mereka. Dan yang aku liat adalah dunia yang cerah, dengan cahaya matahari

hangat menyinari bunga-bunga kecil di dekat kaki mereka, kupu-kupu berterbangan mengitari padang rumput hijau yang terbentang luas di bawah langit biru muda.

Seperti itukah cara mereka memandang dunia?

Segitu indahnya kah dunia bagi mereka?


Tak ada kah tempat tersisa untuk kesedihan dan kegelapan di dunia mereka?


Bukannya gue nggak pernah jadi anak-anak, tapi gue lupa sensasinya jadi anak-anak. Di usia gue yang 17 taun ini gue udah ngerasa beda sama anak-anak kecil, makanya gue pengen ngereview rasanya jadi anak-anak. (Eh, udah udah, jangan pake lu-gue lu-gue lagi, daripada ntar diprotes sama Ben dan Tom lagi. Hahah :p)


Hmmm, aku pengen ngerasain jadi anak-anak lagi, yang tinggal sama orang tuanya, main di tengah hujan, lari-lari, loncat-loncat, dimanja sama Mama, kadang kalo bandel dimarahin Papa.

Ada banyak sih kenangan tentang masa kecilku yang amat sangat tak terlupakan. Apalagi waktu SD, waktu dunia lagi ramah-ramahnya, sekalinya jahat paling cuma menghadirkan sedikit masalah yang jarang aku peduliin. Hahaha.


Aku menghabiskan sebagian besar masa SD ku di kota kecil Nganjuk. Di sana aku punya baaanyaaak temen yang keren-keren. Ada Yudha, Kris, Nuriya, Nindy, Dian, Pita, Ayu, Bagus, Soni, si kembar Anang dan Ifa, Riris, Bebi, Rendi, Anggun, Resti, Wanto, Aria, Doni, Yulia, Esi, Ninda, dan laennya (banyak yang udah lupa namanya, hehe). Semua yang aku sebutin di atas kecuali Esi dan Ninda adalah temen sekelasku sejak kelas 2 sampe kelas 6. Karena bertaun-taun kita sekelas, belajar bareng, maen bareng, akhirnya kita ngerasa memiliki satu sama laen.

Yang aku inget tentang masa SD dulu…


Aku sering maen power ranger sama Anang (dan aku selalu disuruh jadi monsternya -.-“). Kalo udah ada teriakan “Hiyaaa…Haa!” di kelas, pasti Anang pelakunya. Dia baru berenti kalo aku lawan pake kaki atau ngadu ke sodara kembarnya, “Mbaaak Ifaa… Anang lhooo!”

Anak-anak sekelas sering belajar bareng di ruang tamu rumahku. Kalo udah ngumpul gitu, wuaaah semangat banget…ngobrolnya, bukan belajarnya. Hahaha.


Aku bersahabat dekat sama Yudha, Soni dan Bagus. Mereka genk pertamaku lhoo.
Aku pernah duduk sebangku sama Wanto waktu ulangan umum dan kita betengkar mulu. Adaa aja yang diributin. Temen sekaligus tetanggaku emang usil banget. Aku muak dikerjain sama anak itu. Sebel deh kalo ada yang bisa ngalahin keusilanku.

Seandainya dulu aku udah bisa nulis diary waktu masih kecil, pasti seru banget ya, bisa baca cerita-cerita di masa kecil. Sayang, Mama baru ngajarin aku nulis diary waktu kelas 5 SD, dan isinya cuma daftar nilai ulangan, sebuah cerita waktu dihukum guru dan daftar mata pelajaran. Sial, nggak keren banget. Hzzz.


Dan sekarang, aku yang udah remaja ini lagi diuji oleh kebandelan adek-adek sepupu yang rajin ngumpul di rumahku tiap weekend dan selalu berhasil ngeberantakin kamar dan meja belajarku dalam waktu singkat.


Ini nih adek-adek sepupu gue yang bandelnya nggak ketulungan itu...


 
Yang ini namanya Adinda. Sekarang umurnya 5 tahun, kelas 1 SD. Sejak kecil udah nunjukin bakat jeniusnya (kayak aku donk, hohohoek). Cepet banget nguasain pelajaran apapun, bahkan pelajaran kakaknya yang kelas 4 SD pun dia ngerti dengan baik. Di balik wajah manisnya ada aura monster kecil yang nangis meraung-raung kalo keinginannya nggak diturutin. Wataknya keras, kemauannya nggak bisa ditawar-tawar. Dia punya motto yang ngerepotin banyak orang : “Pokoknya kalo sekarang ya sekaraaang!!!”. Yaaah, gitu deh kalo IQ nggak seimbang sama EQ.
 
Yang ini Nadia. Seumuran sama Dinda, kelas TK B. Cerewetnya minta ampyuuun. Celotehnya kalo lagi di perjalanan selalu bisa bikin aku nahan kantuk. Tiap weekend dia adu bakat sama Dinda, dengan aku, tante dan Fauzi sebagai juri yang selalu diprotes sama kontestan yang dinyatakan kalah. Hahaha. Ini foto yang aku ambil waktu Nadia sakit dan dirawat di RS. Uuh, kasiaaan.

 
Yang ini Maulana. Umurnya 8 tahun, kelas 4 SD. Tanggal lahirnya persis sama kayak aku, begitu juga sifat-sifatnya. Mentalitas dalam otaknya yaitu “ya berarti tidak dan tidak berarti ya”. Maksudnya, kalo dibilangin “Lana, belajar!”, pasti jawabannya “nggak, males!”. Coba dibilangin gini, “Udah, nggak usah belajar. Awas kamu kalo sampe belajar!”, pasti dia langsung belajar. Hobinya ngerjain adeknya, Dinda. Tiada hari tanpa membuat adek nangis Bombay. Hahaha. Ada-ada aja. Lana, Aldi dan Fauzi adalah komplotan gamers yang selalu rebutan giliran maen game di komputerku.


Yang berwajah sayu ini namanya Risaldi, biasa dipanggil Aldi. Umurnya sekitar 10 tahun, kelas 5 SD. Tipe anak yang selalu kelebihan energi alias nggak bisa diem. Kompak banget sama Lana. Semua sifat, kelakuan dan kesukaannya jadi contoh yang jelek buat Lana. Bandelnya bikin aku stress berat. Dia udah kebal dimarahin sama siapapun, kecuali ayahnya. Si Aldi ini paling rajin kalo disuruh ngebantuin di rumah. Dia bisa bantuin di dapur, ngebersihin kamar mandi sampe ngejahit baju sobek. Tapi beneran deh, anak ini aslinya cemen banget. Nggak berani sendirian di rumah, sendirian di kamar. Kemana-mana pasti minta ditemenin. Benar-benar kombinasi sifat yang aneh. Heran deh -.-“

Satu lagi….

Fauzi. Sekarang kelas 2 SMP. Anak Basket di sekolahnya. Kayaknya dia mewarisi bakat jayus dan ngelawaknya Om-Omku. Kalo kita sekeluarga lagi di restoran dan nungguin pesenan makanan dateng, dia pasti cerita hal-hal aneh atau tebakan-tebakan konyol. Menghibur sih, tapi garing juga kadang-kadang, bikin yang denger nyengir asem. Hzzzz.

Yang ber5 tadi itu sodara sepupu dari keluarga papa. Ada juga sodara sepupu dari keluarga Mama, tapi Cuma 2 orang. Mereka adalah…
Ikke. Udah nggak lucu lagi nih anak. Umurnya sekitar 12 taun, sepantaran sama Fauzi, sekarang kelas 1 SMP. Rambutnya kalo lagi nggak diiket bisa mengembang dalam radius 10 meter. Whahaha, lebai. Anaknya nggak neko-neko, cukup nurut sama ortu. Pinter dan rajin pula. Dia selalu jadi partner makanku kalo aku lagi pulang kerumah Mama (Ikke tinggal di rumah Mamaku). Porsi maem kita sama-sama banyak. Kadang-kadang kalo aku ngelembur ngerjain tugas atau sekedar begadang nonton TV, Ikke suka nemenin. Dan di tengah malem, aku sama dia pasti kelayapan di dapur nyari makanan, biasanya sih dapetnya mie instan. Trus kita masak dan kita maem berdua deh.

Yang satu lagi adeknya Ikke, namanya Deka. Umurnya sekitar 2 taun. Dari kecil keliatan cakep nih anak, jadi kalo dibawa kemana-mana pasti ada aja yang bilang “aduuh, gantengnyaa…”, tapi bandel dan rewelnya itu lhoo yang bikin aku geregetan. Gimanapun tetep aja suka aku kerjain. Kadang dia lagi asik mainan, aku gigit pipinya. Nangis deh. Nangisnya sambil nunjuk-nunjuk pelakunya pula. Trus kalo dia lagi lari-lari, aku angkat dia. Langsung deh kakinya mencak-mencak sambil teriak-teriak.

Mereka diciptakan di keluargaku buat rame-ramean, sekalian menguji kesabaranku sebagai sodara tertua.


Suatu hari nanti, mereka akan tumbuh dewasa dan belajar tentang persahabatan yang akan membuat hidup mereka penuh makna.


Entah, gimana cara mereka memandang dunia nantinya. Apakah bagi mereka dunia akan tetap cerah ataukah mereka akan menemukan beberapa sisi yang gelap dan tidak terkena cahaya matahari pagi. Entahlah, yang pasti mereka akan belajar banyak hal yang membuat mereka mengerti tentang kehidupan. Itulah yang akan membuat mereka tumbuh menjadi seorang dewasa yang baik.


Cheer up,kids! Explore your world!

nb. maap, poto yang mau diupload pada ilang >.<



 
Read More
      edit

Thursday, September 30, 2010

Published 10:49 AM by with 0 comment

Suatu Hari di R.K 3.2 Fakultas Farmasi Universitas Airlangga…

Pak Dosen : Nama kamu siapa?

Aku : Chyntia, Pak?

Pak Dosen : Siapa? Siti?

Aku : Chyntiaaa

Pak Dosen : Ooh, Chyntia..

Aku : Yup yup (dalam hati)

Pak Dosen : (mulai mendongeng) Mungkin saja suatu hari nanti, Chyntia akan menjadi Apoteker hebaat… Lalu jadi peneliti, melakukan penelitian, trus nantinya bisa membuat obat baru yang termasuk antibiotik dan dinamai Chyntiamycin.. Wuooo… (berapi-api)

Temen-temen : Huwoooo….

Aku : Apaan tadi? Asin? Micin? Chyntiamycin?

Pak Dosen : Lalu obat Chyntiamycin ini dipatenkan, jadi Chyntia dapet bonus belipat-lipat ganda.

Aku : Amiiin… Amiiin… (dalam hati menjerit “Amiin Ya Allah… Dengarkan yang dibilang dosen yang baek hati dan pandai berkhayal itu, Ya Rabb!!! Kabulkan! Kabulkaaan! Amiiin.”)
Read More
      edit

Wednesday, September 15, 2010

Published 9:51 AM by with 0 comment

Apa yang Akan Aku Lakukan Hari Ini?

Apa yang akan aku lakukan hari ini?

Akankah pergi ke perpustakaan untuk nongkrong bersama buku-buku lusuh sekalian nyari referensi buat PKM?

Akankah maen ke rumah Mbak Karla, ngobrol-ngobrol, trus menculiknya ke suatu tempat seperti mall dan sejenisnya?

Akankah pergi ke toko buku, ngeliatin buku-buku best seller yang cakep-cakep, trus baca-baca buku yang nggak diplastikin?

Akankah ngajak Lidya pergi ke mall, beli sepatu, kali aja ada diskon pasca-lebaran?

Akankah nemenin si Maul maen di rumah?

Hmmm, ada ide laen?

Read More
      edit

Monday, September 13, 2010

Published 11:37 AM by with 0 comment

ANOTHER

You’re just another person I ever met
But why I meet you in every dreams?

You’re just another boy I ever know
But why I wanna know you more?

You’re just another people who pass my mind
But why you stay?

You’re just another thing to forget
But why you’re not forgotten?

You’re just another point for me to get away
But why I never try to make a step?

You’re just another shadow that’s gonna be faded away by the sun light
But why you don’t fade in my eyes?

You’re just another reason to cry for
But why the tears stopped before reach my cheeks?

Yeah, you’re just ANOTHER

I have another things to do and to think about
I have another poems to write and to read
And that’s not you!
Enough! Whadda hell with you!
Read More
      edit

Saturday, September 11, 2010

Published 11:12 AM by with 1 comment

An Essay to God

Dear God,

Thank you for giving me an Iedul Fitri that I enjoy with my big big family. Eveything’s fine today, but not as fine as before. Yeah, I met my family like usually, yet it was not a great ‘meet and greet’ in family room with opor ayam and ketupat and so many cookies and drinks on the table. There was no laugh and joke anymore. Everybody put their sadness in their sad stories. Maybe it can be said that we celebrate it in condolences.

But really, everything’s still fine for me. Thanks, God.

Allah, my Lord,

Everybody reminds me about dad – the families, neighbors, friends. They tell me about how fabulous he was. They tell me about how useful his life was. They talk about him as if he was a superhero, who loved to help people in town and always completed his mission. Hahaha. Sometimes I can’t believe about their strange story. I was smiling and a little laughing when they were telling me. They feel lucky to know him. Though he had left for years, they still remember what he have done for them as if he was just left yesterday. Everybody loves him. I think, that’s such a great great appreciation.

They know me as a daughter of my dad, so it’s not a fault if they hope I can be like him. Some of them see me as they see my dad. They said that I have his bright eyes and his ‘motivating smile’ for other people. And they said that I’m like my dad for several things I do. I’m a great dreamer with full of plans and vision about my future, I like doing something strange that other people never do it, I like to motivate people around with my own way, I can stand on my own two feet and I’m dare in so many things. That’s what they said.

But I don’t think so.

I’m not that great dreamer, sometimes I’m afraid to fall too deep. I’m not a good motivator, I’m just a person who needs to be motivated. I can’t stand on my own two feet strongly. And I’m scared of some things. Sorry, dad.

Allah, my Lord, may I talk to my dad?

I wanna say that I’m missing him. I try to not cry but I can’t. I remember he used to be angry if you saw me crying. He taught me to cry only in my pray. He taught me to be strong and strengthen the others. He taught me to see everything in God’s perspective. He taught me to defense and survive in any condition, whether it's worst. He taught me more, but I didn’t understand.

Do I make you proud, dad?

If you were here, what would you say about me? Would you say “I proud to you” ? Or am I just disappointing you?

Sorry, I can’t be as you want. Let me be myself, dad, not yourself. Let me create my own dreams, not your dreams. Hopes I can make you proud in my own way.

I proud to know you, dad. You’re the most fabulous man in my life.

They say a girl who grows up needs a father, but you’re not here, dad. You make me learn to be stronger without you. I try, dad. Now I stop my tears. It’s not easy, of course, but hey, why cry while there’re so many reason to smile?

Ok, God. That’s enough. Thanks, Allah, for everything in my life. You’re The One who never leave me. :)

Read More
      edit
Published 11:07 AM by with 0 comment

Ketika Melankolis Mengiris

Hello readers...

Apa kalian suka genre lagu melankolis yang mendayu nan melas?

Pernahkah kalian ngerasa melankolis? Yang dikit-dikit nangis lah, dikit-dikit sedihlah tanpa ada sebab-musabab yang bisa dipertanggungjawabkan (halah).

Atau emang selalu melankolis?

Anyway, aku sebenernya bukan orang berkarakter melankolis. Sama sekali bukan. Tes psikologi jenis apapun nggak ada yang setuju kalo aku orang yang melankolis. Tapi kenyataannya, melankolis sialan itu sekali-sekali datang tanpa permisi. Kalo udah kayak gitu, repot kan jadinya.

Kalo lagi mellow, semua yang ada di ingatanku, di sekitarku, selalu bisa bikin aku negthink dan keinget kejadian sedih yang dulu-dulu aku alami. Melankolis bikin perasaan sedih lebih berkuasa dibanding pikiran.

Misal nih...

Dalam keadaan normal (nggak melankolis), aku ketemu sama temen jaman sekolah yang udah lama aku kangenin. Aku bakal seneng banget, nanya kabar lah, bercanda lah.

Beda kalo kumat melankolisnya. Aku bakal repot nahan tangis, nggak bisa ngomong apa-apa. Sekalinya ngomong “aku kangen” pasti wajahku menampilkan ekspresi menyedihkan yang tidak pantas.

Lebai beud dah si melankolis ini.

Jangan-jangan ini gejala kepribadian ganda? Oh no way, just kidding.

Terakhir kali sifat melankolisku kumat waktu hari terakhir ospek.

Apa sebabnya? Nggak tau.

Waktu acara foto-fotoan, salam-salaman, rasa melankolis itu mulai menyerang. Dan makin mengiris waktu ngeliat seseorang yang pernah jadi tokoh dalam kisah sengak di masa laluku. Wrrr, mulai deh dramatisasinya.

Tapi beneran. Aku ngerasa asing sama pesta di sekitarku. Aku ngerasa nggak bisa ngimbangin ke-hepian orang-orang di sekitarku. Yang ada malah aku mulai mikirin yang enggak-enggak, pesimis sama harapan yang emang kosong dan makin nggak sanggup ngeliat tokoh kisah sengak itu.

Akhirnya apa yang aku lakukan di hari bahagia itu? Cepet-cepet pulang ke rumah, meluapkan isak tangisku dan curhat via sms.

Aaah, terlalu ribet diceritain di sini.

Kalo dipikir-pikir, melankolis ini satu sifat yang menunjukkan kerapuhan jiwa dan kelabilanku. Berarti, kalo aku berhasil ngilangin sifat ini, aku udah bisa dianggep dewasa donk. Hehehe.

Dan sebagai Farmasis, aku mulai mikir untuk bikin obat anti-melankolis. Kasian orang-orang mellow di luar sana. Hatinya mudah tercabik oleh hal-hal nggak penting. Hahaha, ada-ada aja -.-@
Read More
      edit
Published 11:04 AM by with 0 comment

Yang Aku Inget tentang Anestesi...

Dicky yang selalu gopoh dan nggak bisa nyante...

Saat kelompok laen mulai frustasi, kita masih bisa ketawa ngakak...

Subhan yang dari awal udah bilang nggak asing sama aku, tapi nggak inget pernah liat aku dimana sebelumnya. Akhirnya dia baru inget beberapa hari kemudian, dan berhasil bikin aku nahan ekspresi kaget...

Anak-anak ini sama-sama kedonyan kalo masalah pulpen. Kalo ada ribut-ribut di kelompok Anestesi, pasti masalah pulpen ilang, pulpen ketuker dan rebutan pulpen. Salah sendiri pulpennya sama semua.

Kita ber-8 naek mobilnya Dicky ke rumah Pakdenya Avi buat ngurus surat dokter bareng-bareng...

Waktu materi di kelas, yang paling bisa nahan kantuk si Febi. Sedangkan yang laennya balapan ”kesirep” di kursi masing-masing...

Pidato gejenya Subhan : Kita satu bangsa, satu tanah air...(dibaca pake logat Batak yang lebai)

Kalimat khas Dicky kalo kumat gopohnya : Bocah-bocah iki nangndi to? (dengan muka frustasi)

Wanda sama Fitri paling sering bilang, ”aku pengen pulaaang!!!”, ”Mamaaa, aku kangeen!! Huaaa”. Huahaha, homesick paling parah mereka tuh. Kalo udah gitu aku cuma bisa bilang, ”Sabar...aku dulu juga gitu koq, tapi lama-lama bakal terbiasa.” Kayaknya aku yang paling senior dalam hal merantau dan jauh dari emak :p

Banyak deh... Pokoknya susah, senang, laper, kenyang, begadang, ngantuk, capek kita rasain bareng. Masalah telat, bangun kesiangan, tugas belum beres sampe jam 6 pagi, dijutekin Codein adalah masalah yang akrab buat kita.

Alhamdulillah, tugas-tugas kita selalu dikumpulin tepat waktu dan nggak ada alesan buat dapet doorprize tugas hukuman dari Codein.

Hari Kamis adalah hari yang paling aneh buat kita. Waktu kita sekelompok jalan bareng menuju pintu timur Fakultas, kakak Codein yang kita sebut-sebut “anti-senyum” tiba-tiba tersenyum manis menjawab salam kita. Gara-gara itu, cengar-cengirnya Subhan makin dibuat-buat sampe akhirnya dipanggil Codein waktu break. Dan kayaknya kakak Codein yang niatnya mau marahin secara private itu malah repot nahan senyum ngeliat ekspresinya Subhan. Terinspirasi dari itu semua lah, akhirnya essay curhat Dicky hari itu berjudul “Ada Apa dengan Codein?”

Kira-kira hari Jumat kita bebas dari tugas-tugas berat, yang tersisa cuma tugas bikin surat buat sahabat, panitia dan angkatan 2010 yang punya nama keren KOFLO (Komunitas Farmasi Rongewusepolo). Itu pun aku kerjain hari Sabtu pagi sebelum masuk Fakultas. Isi suratnya pun ngebetein banget, “Eh aku nggak tau mau nulis apa. Beberapa menit lagi harus masuk Farmasi nih, nggak sempat nulis banyak-banyak. Udahan ya. Regards, Chyntia” Hahaha.

Aspirint Bagian 1 ini akhirnya berakhir pada hari Sabtu dengan acara terakhir inagurasi. Kelompokku bergabung dengan beberapa kelompok laennya menampilkan drama Opera van Farmasi Gila (adapted from OVJ). Setelah itu kita salam-salaman, foto-fotoan dan seru-seruan sebagai perayaan buat kita semua.

Tapi suer, perayaan yang sebener-benernya adalah tidur di rumah tanpa beban.

Wait, Aspirint Bagian 1?

Yap, masih ada Aspirint bagian 2 yang berlangsung September-Desember. Tidaaaaakk...

Yang sabar yaa, Chyntia.

Aspirint 2010, satu dalam Farmasi. Huhuhu.
Read More
      edit
Published 10:58 AM by with 0 comment

Ramadhan Paling Berat

(Posting Kadaluarsa)

Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Muslim sedunia.

Kenapa?

Soalnya di bulan ini, Allah menyediakan stok pahala yang berlipat-lipat ganda buat umat Muslim.

Ah, nggak perlu dijelasin lengkapnya. Kalo mau tau, buka aja situs-situs Islami. Lebih mantap penjelasannya.

Aku juga termasuk orang yang nungguin datangnya bulan suci ini. Target ibadahku banyak di bulan ini, tapi kayaknya nggak tercapai dengan sempurna seperti bulan-bulan Ramadhan sebelumnya.

Ya Allah...

Sebagai seorang Muslim yang kadar imannya masih payah, aku menganggap Ramadhan kali ini adalah yang paaaliing berat buat aku. Alesannya gampang ditebak, pasti gara-gara ospek.

Baru ospek segitu aja udah banyak ngeluh. Cemen amat sih jadi orang.

Tapi ya emang gitu kenyataannya. Liat aja tuh, sholat tarawih bolong-bolong, tadarus nggak bisa khatam, sholat tahajud sambil ngantuk-ngantuk setengah sadar. Aduh, jadi malu nih ngomongnya.

Semisal ada rapor bulan Ramadhan untuk tiap-tiap hamba Allah, pasti malaikat yang pegang raporku lagi geleng-geleng kepala nih. Niat di depan aja gede, usaha ngejalaninnya nggak ada apa-apanya, beehh. Gitu kali ya komennya.

Masih untung raporku ada isinya, walaupun mungkin nilainya ngepas SKM semua. Hahaha, lu kira rapor sekolah. Atau kalo pake sistem kredit semester, IP-ku nggak bisa dibilang membanggakan kali’ ya. Ckckck, kasiaan deh.

Dan sekarang, yang tersisa buat aku cuma 10 hari terakhir Ramadhan. Tadarus setengah isi Al-Quran aja nggak nyampek, mau sholat tarawih ada aja godaannya. Hgggh, plis deh, gitu ngaku-ngaku umat Islam yang baik. Astagfirullah. Tapi tetep usaha donk, insyaallah stok pahalanya masih tersisa untukku. :)

Ya Allah, beri aku bulan Ramadhan lagi, buat remidial. Amin.
Read More
      edit
Published 10:37 AM by with 1 comment

Sepotong Kisah Klasik tentang OSPEK

Gue pengen tau, siapa sih yang bikin acara ospek pertama kali? Pengen gue lemparin sandal aja tuh orang. Gara-gara ide busuknya tentang ospek, gue jadi ikutan susah.

Ah, udahlah... yang berlalu biarlah berlalu. Hahay.

Sekarang aku mau cerita tentang ospek yang aku jalani beberapa minggu yang lalu.

Alhamdulillah, ospeknya udah nggak pake kekerasan kayak ospek jaman embah-embah kita dulu. Nggak ada hukuman push up sampe sekarat, lari jongkok keliling lapangan atau sejenisnya. Tapi tetep aja, dari dulu sampe sekarang, ospek nggak gampang, bro -.-

Berawal dari tanggal 18 Agustus yang lalu. Setelah acara pengukuhan yang panjaaaang di auditorium, mahasiswa-mahasiswa baru dikumpulkan menurut fakultasnya. Waktu itu aku barengan sama Ayu, temen satu fakultas yang asalnya dari Banten. Dan ketika anak-anak Fakultas Farmasi udah ngumpul di bawah tangga sebelah kiri auditorium, aku nemuin beberapa wajah yang udah aku kenal sebelumnya. Ada Ageng, temen sekelas waktu kelas 2-3 SMA ; Anny, temen les waktu kelas 3 SMP ; Lia, asalnya dari Lampung, temen waktu tes ELPT ; Riki, temen bertengkar waktu SMP ; Dhimas, temen sejak kelas 3 SMA ; Richad, temen sekelas waktu kelas 1 SMA ; Navik dan Shafira, temen satu SMA. Sisanya adalah wajah-wajah baru.

Habis itu, kita semua menuju gedung Fakultas Farmasi di kampus B. Aku boncengan naek motor sama Lia.

Oya, flashback bentar...

Emang aku hapal jalan dari rumah ke kampus C, trus kampus C ke kampus B? Sejak kapan?

Itu sih karena sehari sebelumnya aku ngajak Mbak Karla ngapalin jalan. Hahaha. Keliatan bego banget kan kalo pas hari H pengukuhan, aku telat gara-gara nyasar, apalagi aku udah lama tinggal di Surabaya. Begitulah pikiran konyolku berkata.

Next...

Ospek fakultas kita bertajuk ASPIRINT 2010 (Ajang Sosialisasi dan Perkenalan Mahasiswa Farmasi Terintegrasi). Tuhan... Nama ospeknya aja udah berbau obat gitu. Ckckck, luar biasa.

Aku masuk kelompok 11 – Anestesi. Waktu itu anggotanya cuma 8 biji, padahal kelompok laen rata-rata ber-12. Kakak wali kita namanya kak Safrin. Dan 8 anggota itu adalah...


Chyntia Tresna Nastiti. Asal : Nggak jelas. Rumah ortu di Nganjuk, tapi sekolah dari dulu di Surabaya. Bahasa daerah : Suroboyoan, tapi nyambung aja kalo ada yang ngomong bahasa Jawa versi lain.

Febi Syaiful Arif. Asal : Banyuwangi. Bahasa daerah : Jawa, tapi logat Madura.

Dicky Pratama. Asal : Surabaya. Bahasa daerah : Suroboyoan, tapi lama-lama kepengaruh bahasa Jawa versi lain. Dia ketua kelompok kita yang terpilih secara instan tanpa pertentangan berarti.

Fitria Afriani Rizki. Asal : Jakarta. Bahasa daerah : nggak punya. Nggak bisa bahasa Jawa, tapi Betawian juga kagak pernah. Paling cuma lo gue lo gueblek doank kadang-kadang. Hahaha.

Awanda ..... (lupa namanya). Asal : Tulungagung. Bahasa daerah : Bahasa Jawa, dengan jumlah vocab asing paling banyak menurut kita.

Avi Admikowati. Asal : Magetan. Bahasa daerah : Bahasa Jawa, logat Magetanianya kental euy.

Subhan Rullyansyah. Asal : Nggak jelas. Rumah aslinya di Madura, sekolahnya di Surabaya. Bahasa daerah : Bahasa Banci dan aksen Batak. Sejak awal ketemu, udah keliatan dia yang paling gokil dan aneh. Dalam kisah selanjutnya, dia jadi maskot kelompok kita dan terkenal di kalangan senior. Hahaha.


Mahandika Try Satya. Asal : Ponorogo. Nggak muncul sama sekali selama ospek hari-hari berikutnya.


Dan....


Kehidupan keras dan perjuangan Anestesi pun dimulai hari itu. Jeng jeng jeng jeeeng....


Sebelum ke cerita, kita nyanyiin dulu yel-yel Anestesi!


(nada Keong Racun)

Kami dari Anestesi

Anak-anak Fakultas Farmasi

Biar tugas bikin frustasi, tapi kita masih tetep hepi

Ikutan Aspirint 3x


(nada Cinta Satu Malam)

Ikutan Aspirint oh pusingnyaa

Ikutan Aspirint buatku begadang

Walau lima hari akan slalu ku kenang dalam hidupkuuu


Anestesi??

Tuhaaan... (gaya Subhan)


Kalo tau gaya jogetnya pasti kalian sakit perut nahan ketawa.


Hari itu juga, kita dapet sebongkah besar tugas untuk dikumpulkan di hari pertama ospek fakultas tanggal 24 Agustus. Padahal besoknya kita udah mulai PPKMB (nama lain ospek universitas) sampe tanggal 23 Agustus.


Tugasnya bikin eneg banget kalo diinget-inget.Ada essay curhat, essay Aku Cinta Farmasis, id card dengan lambang lithium ionofor V (apaan tuh?), buku bentuk Benzena, dll.


Jadi, tiap selese kegiatan PPKMB, ketika anak-anak fakultas laen langsung pulang dan leyeh-leyeh nunggu buka puasa, anak Farmasi ribet masalah tugas di kampus sampe malem. In fact, aku bersyukur juga, akhirnya hidupku udah nggak terlalu membosankan lagi. Thanks God.


Kayaknya sih Allah selalu ngitung jumlah anggota kelompokku. Udah dari awal paling minim, terus Mahandika ngilang, sisanya tinggal 7 orang deh. Then, sore hari pas kita ngumpul di depan Perpustakaan, datanglah seorang cewek yang ngaku-ngaku sebagai anggota kelompok 11. Dia adalaaaaaah...


Azarina Khoirun Nisa alias Ica. Asal : Bojonegoro. Bahasa daerah : Bahasa Jawa, tapi dalam prakteknya sering ngomong dengan gaya host acara Silet yang lebay itu, terutama kalo lagi sama temen-temen cewek.


Tapi ternyata emang bener kok dia anggota kelompok 11 yang pas hari pertama nggak ikut pengukuhan dan prosesi penerimaan tugas dari kak Safrin. Yaah, baguslah. :p


Dari awal, aku udah punya feeling bagus tentang kelompok ini. Anggotanya emang punya keunikan masing-masing, terutama Subhan, yang ternyata anak cheers di SMA-nya. (Hahaha, pis Han) – tapi meskipun aneh-aneh, kita tetep akur, rukun, saling membantu, rajin, aktif, nggak pelit dan sama-sama anak rantau. Yang daerah asalnya paling deket si Dicky, rantau dari Juanda. Huahaha.


Kita pol-polan kerja keras selama berhari-hari. Nggak cuma sekelompok, tapi seangkatan. Yeah, kita dituntut kompak seangkatan. Apa-apa harus sama seangkatan. Ngerepotin sih emang, tapi aku nggak ikut ambil peran. Hehe. Toh, nggak ada yang banyak cingcong ke panitia, soalnya sebenernya kita semua nyadar, pasti tujuannya baik buat kita.


Aku masih inget hari Minggu (H-2 Aspirint) aku dan temen-temen ngerjain tugas selama 13 jam di belakang Perpus, dari pagiii sampe malem. Kalo hari-hari sebelumnya kita masih dapet nasi kotak atau roti dari acara PPKMB, buka puasa pun nggak perlu dikhawatirkan. Tapi waktu itu nggak ada acara PPKMB. Kita juga terlalu sibuk sama gunting, kertas dan penggaris. Jadi begitu denger adzan Magrib, kita cuma bisa berseru ”Alhamdulillah”, tanpa ada sesuatu untuk dimakan atau diminum. Beberapa saat kemudian barulah Febi beli es teh buat temen-temen sekelompok. Karena kita nggak pelit, kita berbagi sama temen-temen kelompok sebelah yang belum sempat membatalkan puasa.


Jujur, itu adalah pertama kalinya aku ngerasain nikmatnya berbuka puasa.


Karena sistem yang baik, alhamdulillah kira-kira sore H-1 Aspirint, kelompokku selese ngerjain semua tugas hari pertama. Sistem yang baik di sini misalnya gini : sholat gantian, Dicky ngurus tugas angkatan, Febi ngurus bagian internal kelompok, Subhan keluar cuma buat fotocopy sama beli alat tulis. Keluar buat ngurus cetak foto, print, fax, dll pun secara bergantian. Wanda bagian tulis-menulis, Avi dan Ica bagian garis-menggaris, aku bagian apa aja (nulis, menggunting, menggaris, transport ke masjid, dll). Kira-kira kita pulang jam 9.30 malem. Udah paling cepet lho. Kelompok laen lebih parah.


Begitu nyampe rumah, kita pun nggak bisa langsung tidur. Masih ada essay-essay yang harus diselesein.


Itu baru tugas hari pertama! Tugas hari-hari berikutnya masih banyak. Tuhan... ambillah dia (apasih, ngelantur).


Selama hari-hari berikutnya, kerja kita makin tersistem dengan baik. Kita punya markas di tempat kosnya Ica. Di sanalah tiap sore sampe malem kita ngerjain mading, berlembar-lembar essay dan name tag. Di sana juga kita berbagi cerita tentang apapun, ngegosip, bercanda, tertawa, makan kalo lagi ada makanan, saling menyemangati kalo lagi homesick, dengerin Subhan nyanyi dangdut dan berbagai kegiatan yang bikin capek lainnya.


Selama 5 hari itu, aku kebagian tugas nyari bahan essay di internet, ngumpulin essay-nya sekelompok dalam satu map, ngumpulin lambang bendera punya anak-anak (sempet ilang satu waktu lagi di belakang Perpus, terus panik, sms Yenyen minta satu lagi, tapi akhirnya ketemu juga) dan ngumpulin barang-barang nggak penting kayak kertas bekas cover buku, klip, tempelan lambang Farmasi, dll (nggak penting tapi toh kepake juga).


Ada satu hal yang bikin aku heran tentang kelompok ini, yaitu KEBERUNTUNGAN. Entah siapa yang membawanya, pokoknya kelompok ini selalu beruntung dalam banyak hal. Mungkin Tuhan terlalu sayang sama kita ya. Hahaha.


Misalnya gini...


Hari pertama Aspirint, sekitar jam 6.15 pagi…id card udah kita pake sejak di perempatan gedung FEB yang merupakan daerah Aspirint, padahal di peraturannya id card harusnya dipake di depan pintu timur Fakultas Farmasi. Nah lho, pelanggaran pertama. Beruntung kita cuma diingetin, nggak dikasih hukuman.


Waktu penggeledahan. Kita dengan teledornya bawa barang-barang yang seharusnya dilarang dibawa, tapi nggak ketauan. Yang ketauan cuma guntingnya Ica, langsung kena deh hukuman essay 5 halaman folio. Parfumnya Subhan juga ketauan, tapi nggak kena hukuman. Semisal barang-barang terlarang yang ada di tas kita ketauan semua, tak terbayangkan berapa banyak essay yang harus dibikin. Subhanallah...


Tiap kumpul sama kawal sore harinya, kita selalu dapet ta’jil gratis dari kakak-kakak DKI. Nggak semua kelompok dapet lho. Hahaha.


Hari kedua Aspirint... Ada anak Farmasi yang telat trus parkir di parkiran FEB. Nggak tau hukumannya gimana. Aku juga telat dan parkir di FEB, tapi nggak ketauan soalnya aku lupa pake name-tag.


Ada barang-barang terlarang yang dibuang di deket lapangan bulu tangkis. Punya anak kelompok lain ketauan, tapi kita nggak.


Intinya nih, selama hari-hari nan berat itu, aku dan teman-teman laen tidur cuma 3-4 jam sehari, makan waktu buka puasa selalu molor, badan remuk redam kecapekan, mata item kayak zombie, tapi alhamdulillah kita sehat sampe hari terakhir. Super sekali.


Sebelnya nih, baru aja ketemu temen-temen baru yang klop, eh waktu kuliah kita dipencar. Aku, Ica, Fitri dan Avi ngumpul di kelas C ; Dicky sama Subhan di kelas B ; Febi kelas A dan Wanda kelas D. Huaaaa.


Masih banyak nih uneg-unegnya. Aku lanjut di posting selanjutnya yaa...

Salam Farmasis!

nb : ada beberapa foto Anestesi yang lucu, tapi masih di Ica dan Subhan. Kapan-kapan aku upload yaa :p

Read More
      edit