Friday, November 12, 2010

Published 8:56 PM by with 4 comments

Berat

Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat.

Laporan praktikum ini. Tugas paper PPKN ini. Tugas LKM PBA ini.

Tapi belum sempat mengatakannya, teman-temanku datang menghampiri, duduk di sampingku dan mengerjakannya bersamaku.


Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat.

Kuliah dosen yang sulit dimengerti ini. Diktat-diktat yang sulit dipahami ini. Soal-soal latihan yang rumit ini. Pretes yang kadang tak terjawab ini.

Tapi belum sempat aku mengatakannya, teman-temanku beranjak mendekat, menudingkan telunjuknya di diktatku, membantuku hingga aku mengerti.


Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat.

Ujian-ujian yang datang beruntutan ini. Ambisi A-graded yang meracuni otakku ini. Ketakutan dan kekhawatiran atas ujian-ujian yang akan aku hadapi ini. Nilai-nilai yang buruk rupa ini.

Tapi belum sempat aku mengatakannya, pesan singkat yang berisikan “everytime I remember you, I pray for you. Hopes you be strong in any condition. I know youre gonna make it :)” dari seorang sahabatku, membuatku tersenyum. Telepon dari Mamaku yang meyakinkan bahwa aku pasti bisa, membuat bukuku basah oleh air mataku. Tulisan “Ajtahidu fauqa mustawal akhar” yang terpampang di meja belajar, memberi aku kekuatan untuk bertahan di sana hingga pagi menjelang.


Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat.

Deadline artikel yang terus mengejar walaupun sebenarnya menyenangkan ini. Rapat-rapat kepanitiaan yang lama ini. Tanggung jawab sebagai panitia ini. Tugas Cakra yang harus segera selesai ini. Tugas Aspirint yang enggan aku kerjakan ini.

Tapi belum sempat aku mengatakannya, kakak-kakak senior dan teman-temanku menunjukkan tawa lepas dan canda mereka, mengajakku ikut merasakan kebersamaan yang perlahan muncul.


Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat.

Waktu tidur siang yang semakin langka ini. Waktu tidur malam yang tidak teratur ini. Waktu yang berlari semakin cepat ini. Badan yang kadang terasa kaku akibat kurang bergerak ini.

Tapi belum sempat aku mengatakannya, mahzab Imam Syafi’i menggema dari sudut kamarku, “berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang”.


Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat.

Mata yang bengkak dan menghitam seperti zombie ini. Rambut yang rontok semakin banyak ini.

Tapi belum sempat aku mengatakannya, eyangku menunjukkan uban di rambutnya dan kantung matanya padaku sambil tertawa kecil menghiburku.


Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat.

Perasaan ‘terlalu jauh’ meninggalkan hingar-bingar dunia luar ini. Hasrat petualangan yang lama terabaikan ini. Kerinduan terhadap jalanan dan pelosok yang dulu sering aku singgahi ini. Bayangan diriku yang berdiri merentangkan tangan di atas gedung dengan jaket panjang dan rambut yang berkibar tertiup angin, atau diriku yang berjalan di samping sahabatku menyusuri taman sambil sesekali berfoto ini.

Tapi belum sempat aku mengatakannya, zat-zat di dalam tabung reaksi menggumpal dan memberi signal “coba dulu...di laboratorium juga nggak kalah seru kok.” yang ditujukan padaku yang sedang memandangnya.

Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat.

Week(without)end yang seringkali diisi dengan kegiatan kampus ini. Satnite yang sering aku habiskan dengan tidur karena kelelahan ini. Blog dan diary yang jarang diisi ini. Ajakan sahabatku untuk menghabiskan waktu bersama yang sering aku ‘tolak’ ini. Protes sahabatku
yang merasa aku acuhkan ini.

Tapi belum sempat aku mengatakannya, sahabatku mengatakan dengan tulus, “aku ngerti kok. Lain kali aja yaa.”, yang setidaknya membuatku sedikit lega. Dan komentar pembaca blogku membuat aku bertekad untuk terus menulis di sana.


Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat.

Kerinduan pada Mamaku yang membuncah ini. Keinginan untuk selalu mendampinginya ini. Keinginan untuk membuatnya bahagia dengan prestasi di bangku kuliah ini. Bayangan Mamaku yang tersenyum dan memelukku ini.

Tapi belum sempat aku mengatakannya, tangisku di atas sajadah telah meluap, mengalir mendahului kata-kataku, seakan ingin membantuku menyampaikannya pada Allah tanpa harus ku ungkapkan dengan lisan.

Aku ingin mengatakan ini semua terasa berat, namun aku tak pantas mengatakannya. Banyak orang yang mengalami ini semua, bahkan lebih berat lagi, namun mereka tidak mengeluh.

Bukankah Allah telah memberikan banyak kemudahan dalam hidupku?

Bukankah Allah telah meringankan beban di pundakku?

Bukankah Allah selalu bersama hamba-Nya? Tidak membiarkan hamba-Nya dalam kesulitan dan selalu memberinya pertolongan?

Bukankah usahaku tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan perjuangan dakwah Nabi Muhammad?

Bukankah usahaku masih level 'kacangan' jika dibandingkan dengan ilmuwan-ilmuwan hebat di masa lampau?

Terlalu awal untuk berani mengatakan ini semua terasa berat.

Dan sungguh, ini semua tidak terasa terlalu berat jika aku mengingat ayat ini :
Fainnama'al usyri yusro. Innama'al usri yusro.
      edit

4 comments:

  1. waah..
    bagus dek posting yang ini.
    Semangat yaa di farmasi!
    kalo kamu suka jd lbih ringan kug..
    :)

    ReplyDelete
  2. makasii mbak cici :')

    iyaah..smangat juga mbak!:D

    ReplyDelete
  3. semangat mbak cyntiaa!
    just remember that succesful people are survivors..
    so keep it up..
    enjoy the life of campus bcause we miss it someday...:)

    ReplyDelete

yuuk komen yuuk . . .