Saturday, July 28, 2012

Published 11:57 AM by with 1 comment

19

Hmm... what to say yaa? Alhamdulillah masih bisa bertemu tanggal kelahiran lagi dalam keadaan yang baik. Akhirnya mencapai usia belasan yang terakhir juga saya >.<

Alhamdulillah juga ketemu bulan Ramadhan lagi :)

19 tahun... rasanyaa seperti berusia.... 19 tahun. -.-"

Kemarin, setelah menutup mushaf dengan shodaqollahul adzim, semuanya seperti berkelebat satu-satu. Entah itu kenangan atau ingatan.

Mulai dari yang paling dekat...

Satu jam yang lalu... ketawa ngakak plus cekikikan via telepon dengan seseorang yang suka main Dota di Surabaya sana :p (aku pas lagi di Nganjuk.red)

Berkelebat lagi...

Acara buka bersama adek-adek, mama, om, tante, sodara sepupu dimana aku dan adekku pake kaos kembaran gambar Keropi. Kami makan dengan lahap, sesekali bercanda dan menindas adek sepupu yang paling kecil. Setelah bertahun-tahun, baru kali ini aku merayakan ultah dengan mama tercintah.

Berkelebat lagi...

Wajah teman-teman yang aku hampiri waktu di kantin. Kita membicarakan banyak hal, ngalor-ngidul, maen pelesetan, tak henti-henti tertawa...

Berkelebat lagi...

"IP-nya ditingkatkan lagi ya, mbak. Ayo berusaha biar bisa cum laude..." ujar dosen waliku, membuat anak walinya yang satu ini menundukkan wajah sedikit, lalu pasrah mengangguk, "iya, Bu. Mohon doanya...".Lalu melihat beliau menandatangani KRS UP-ku.

Berkelebat lagi...


Aku yang duduk melingkar dengan teman-teman redaksi. Brainstorming ide. Merasakan aura tidak-sabar mereka yang tak kunjung menemukan tema, dan aku yang sebisa mungkin tetap tersenyum walaupun jenuh sudah di ubun-ubun.

Berkelebat lagi semakin cepat...

Acara wisuda, topi aneh kebesaran berwarna hitam dengan tali menjuntai. Sorak-sorai yang mengiringi aku melangkah. Air mata haru.

Tepuk tangan dan raut wajah bahagia mereka yang mengacung-acungkan majalah Farmasi terbaik yang pernah ada.

Eiffel Tower! Kakinya yang dingin. Lalu patung Victor Hugo di kala senja.

Namaku di koran nasional.

Itu masa depan...

Lalu banyak lagi...

Dan kelebatan-kelebatan itu membuat segenap hatiku berkata "Alhamdulillah..."

19 tahun, masih banyak yang ingin aku raih, aku jalani, aku lalui. Impian harus tetap menyala, kan? Iza shadaqal azmu wadaha sabil. Mumpung masih muda, mumpung masih mahasiswa, rasanya keinginan untuk menjadi orang yang berguna bagi sebanyak mungkin orang jadi semakin kuat. Khairunnas anfauhum linnas. Ayo semangat! :)

Ya Allah, terimakasih atas segala nikmat-Mu. Ku titipkan impianku pada-Mu, jadikanlah nyata, Ya Allah... :')
Read More
      edit

Saturday, July 21, 2012

Published 1:25 PM by with 0 comment

Kece The Explorers #3


 A photo can tell thousand things...



Patung Selamat Datang yang Bertampang Tidak Ramah

Peserta Benteng Takeshi sedang berjuang dalam babak melintasi sungai berbatu menuju air terjun Madakaripura.


Waktu melihat air terjun ini, kita udah terkagum-kagum, tapi ternyata ada yang lebih mengagumkan lagi setelah ini.


Sudah basah kuyup pun masih gila foto -.-" Ulil : Huee tunggu, aku melu fotoo..

Hap! "Hadeeh akhirnya saya mendarat juga setelah lama meluncur dari khayangan." ujar bidadari tersebut


Ikan Paus yang terdampar di air terjun (?)

Saingannya Cherrybelle

Chyntia dan Mbak Sum : Berebut daerah kekuasaan

The Last Airbender yang gagal



Saya terlihat besar di sini (efek jaket tebel)



Merengkuh Pasak Bumi yang Menjulang

E e e, balet di tengah gurun? Sungguh sebuah adegan yang absurd ._.

Shaolin dari Regu Macan, hiaaatt!


Modelnya : Chyntia and friends
Photographernya : Windy
Camera digitalnya : Meri
Location : Air Terjun Madakaripura, Pegunungan Tengger - Jawa Timur, Indonesia

Read More
      edit

Thursday, July 19, 2012

Published 11:19 AM by with 0 comment

Kece The Explorers #2

Lanjut kisah petualangan Kece!

Sebelum baca yang ini, baca posting sebelumnya dulu di sini

Bentar bentar, kita nyanyiin dulu soundtracknya. Matahari terbenam, hari mulai malam, terdengar burung hantu suaranya merdu, kukuuk kukuk kukuk kukuk kukuk... Btw, emangnya suara burung hantu merdu? Mungkin yang bikin lagu belum pernah denger suara kutilang, atau mungkin suara gueh. #uhuk.

Kemaren ceritanya sampai 3 regu misah trus saling menyorotkan lampu senter dari kejauhan, kan ya?

Sambil nunggu temen-temen yang liat kawah turun, aku dan temen-temen serombongan nyemil coklat dan gula jawa. Maem gula jawa bisa nambah energi dan nggak bikin haus lho. Ada juga yang bawa oreo.

Kriuk kriuk. Suara itu memecah suasana di antara obrolan. Hari mulai malam.

Kriuk kriuk.

Lalu suara Rizal dari atas tangga lebih memecah suasana, "Ooooiii, cuma keliatan beluk sate!!!"

Hahahaha. Kita tertawa puas. Nggak rugi lah kita nggak sampe puncak.

Karena yang liat beluk sate tadi lama turunnya, kita mutusin untuk turun duluan, pengen tau keadaan temen-temen yang berhenti lebih dulu tadi. Masalahnya tanda dari lampu senter mereka mulai nggak keliatan karena kabut semakin tebal.

Setelah akhirnya semua regu bersatu, kita berdoa bareng, menghitung jumlah anggota dan melanjutkan perjalanan bareng-bareng. Dingin semakin tak bersahabat. Ketika sudah bener-bener gelap, kita mulai hilang arah. Jalan yang kita lewati tadi sudah nggak keliatan. Sorot lampu senter jangkauannya nggak seberapa jauh. Di sekitar kami hanya lautan pasir sejauh mata memandang, memang ada cahaya lampu rumah penduduk yang keliatan, tapi itu jauuuuuh banget. So we move in the dark...

Dengan berbekal beberapa senter dan kompas di galaxy tab punya Dita, kita terus menyusuri lautan pasir itu. Jangan kira begitu liat kompas kita langsung tau arah pulang. Ngeyel-ngeyelan pun sempat terjadi.

A : Timur! Kita harus ke timur, tadi kita datengnya dari arah matahari terbenam.
B : Bukan, kalau ke timur tambah jauh.
X : Kalo menurutku utara. Pura ada di sana, kita dateng lewat sebelahnya pura.
Y : Hmm kita liat bintang-bintang aja
C : Wah iyaa bintang-bintangnya bagus yaa...
Y : Bukan bagusnya yang diliat. Itu tuh, ada rasi bintang macem-macem.
C : Oh, terus yang nunjukin arah pulang yang mana?
Y : ......... Wah iya bagus banget ya bintangnya
C : Gimana sih lu -__-

Di tengah situasi panik itu, hpku bunyi. Ada telpon. Berharap yang nelpon adalah orang yang nggak sengaja ngeliat tanda S.O.S dari kita trus nawarin jemput pake helikopter.
C : Halo
X : Halo. Mbak, eval buat lpj belum dikirim sama mbak Cupril. Gimana ya mbak, padahal aku udah mau pulang ini.
C : Err... nanti malem deh aku dektein evalnya.
X : Oh gituu...
C : Err iya dek, soalnya sekarang masih nyasar di gunung nih aku.
X : Waah maaf maaf mbak.
C : Iya iya nggak apa.

Untung dia nggak bilang "selamat nyasar ya, mbak". Hahaha. Waktu temen-temen aku ceritain tentang obrolan absurd di tengah lautan pasir itu, mereka ketawa ngakak.

Kita akhirnya sepakat menuju ke utara, dan sudah nelpon Pak Tono, guide kita, yang nyuruh kita berdiri di dataran paling tinggi dan nyalain tanda S.O.S. Tapi kalo kita diem, takutnya kaku kedinginan di sana dan semakin panik.

"Ayo berhitung! Oke, sekarang jalannya dua-dua yaa. Diajak ngomong temen sebelahnya, jangan diem aja. Ngomongin apa aja boleh, ngomongin orang juga gapapa deh. Kalau ada yang sakit, ada yang kenapa kenapa cepetan bilang. Yang nggak bawa senter, jalannya di tengah. Yang bawa senter di depan sama di belakang." komando Pak Rektor Kece ketika dataran mulai nggak rata.

Temen di sebelahku manggil-manggilin aku kayak udah lama nggak ketemu. Aku diem, bikin dia agak merinding disko. Tapi setelah agak lama, kita malah ngobrol tentang film horror. Gantian aku yang merinding........

C : Pegel, pengen pijet.
D : Jadi inget di film Final Destination tadi, ada yang mati pas akupuntur. Ketusuk-tusuk, terus...
C : Dieeeemm, cukuuuup
D : He nggak boleh diem lho.
C : Jangan ngomongin itu lagi, udah udah (parno mode on)

Begitu kita udah nyampe pagar pembatas,rasanya legaaa banget,bearti bentar lagi kita keluar dari lautan pasir itu. Beberapa teman yang "agak mengkhawatirkan" diangkut pake ojek sama Pak Tono and friends. Aku yang agak-agak ngerasa kumat darah rendahnya memutuskan untuk jalan terus, walaupun sering berenti-berenti waktu udah nyampe jalan menanjak.

Jam setengah sepuluh malem, kita nyampe di villa. Afif dan Pak Sopir menyambut kita dengan baik : "Lho wes mbalik, rek? Wes teko endi ae mau?"

Grrr masih untung kita bisa balik, Pak Komting -__- Bayangin kalau kita nggak balik, penghuni kelas C bakal berkurang sebanyak 21 orang. Ckckck.

Akhirnya saya menyadari, walaupun saya tukang nyasar, tapi alhamdulillah selama ini nyasarnya di kota, yang masih ada petunjuk jalan, masih ada orang-orang untuk ditanyai. Beda sensasi dengan nyasar di gurun pasir.Memang nyasarnya rame-rame sih. Tapi walaupun rame-rame semuanya kan sama-sama nyasar.

Yah ini semacam pelatihan leadership yang paling nyata. Beda dengan pelatihan leadership yang biasanya hanya bersifat teoritis.

Kalau boleh agak dramatis, sebenernya keren juga ya ceritanya anak-anak Kece ini. Nyasar di gurun pasir malem-malem, hanya berbekal senter dan kompas (dan gula jawa dan oreo), bisa kembali dengan selamat. Sungguh kalau bukan karena kuasa-Nya, nggak mungkin kita bisa kembali, dan nggak mungkin aku masih bisa menulis cerita ini di kamar dengan tenang. :)
Read More
      edit

Wednesday, July 11, 2012

Published 11:27 PM by with 0 comment

Kece The Explorers

Tanggal 9-10 Juli yang lalu, ketika anak-anak sekolah lagi menjalani hari pertama masuk sekolah, kita anak-anak kelas C (Kece) sedang menikmati hari pertama liburan kita. Kali ini acaranya ke Bromo! Wuwuwuuw...

Segerombol anak berhasrat liburan ini berangkat dari Surabaya sekitar jam 7 pagi dengan 2 elf warna ijo, sopir yang ramah, dan sekerdus sarimi rasa kari ayam (backsound : sarimi isi duuaa *joget-joget). Elf yang aku tumpangi kebetulan suasananya nggak seberapa rame. Yang bersuara sepanjang jalan awalnya cuma mp3 yang disetel, yang galau-galau gimanaa gitu. Jadilah aku yang duduk mojok di belakang nyanyi kenceng-kenceng duet sama penyanyinya meski nggak hapal lirik. Kalau semisal suara penyanyinya di-mute trus tinggal suaraku doang, mungkin kedengerannya kayak gini, "sekalipun aku takkan pernah.... kan percumaa haaaa... tapi bukan aaaakuuuu.. uwooooooh" bikin pening yang dengerin. Hahaha.

Trus anak-anak nyetel film Final Destination. Aku merem-merem sambil teriak-teriak protes. Sialnya, durasi perjalanan ternyata cukup buat nyetel film jorok itu sampe selese. Aku yang lebih suka nonton Sikomo ini cuma bisa melempar pandang ke luar jendela dan nyanyi "Naik-Naik ke Puncak Gunung".

Terus aku nanya, "kita tujuannya kemana dulu nih?"

"Ke air terjun Madakaripura."

"Hah? Makantempura?"

"Madakaripuraaa!!"

"Oh.." (masih nggak ngeh tapi kapok disentak)

Ternyata Madakaripura itu air terjun yang kereeeen tak terbayangkan. Jalan menuju air terjun itu mirip rute yang suka dilewatin presenter acara animal planet episode nangkep belut di kubangan *eh nggak ding* pokoknya seru dan berbau petualangan banget. Saya suka. Ahaha. Pas kita ngeliat air terjun kecil-tinggi yang percikan airnya menjadi hujan alami di sekitarnya, kita sudah seneng banget. Tentu saja, ada pelangi :'D Kali ini indaaah sekali berpendar di sekitar kaki.

There's no rainbow without rain.

Sampai di sini otak saya mulai berpikir, ah ya begini deh, kita nggak bisa hanya melihat pelangi terus-terusan tanpa melihat hujan. Di sini hujannya sepanjang waktu, maka pelanginya pun sepanjang waktu. *dilanjutkan dengan meng-analogikan dengan kehidupan*

Saya lebih suka lagi ketika sampai di air terjun yang sesungguhnya. Subhanallah, indaaaah sekali. Nggak nyesel sudah jalan kaki melewati sungai dan merambat dinding batu kayak tadi. It's paid!

Kece in Madakaripura

Formasi I LOVE C, oleh anak-anak kreatif nan autis tapi manis

Yang paling bikin ketawa adalah teriakan temen kita, Ulil, di depan air terjun, "Niagaraaaa!!!" <== ekspektasi terlalu tinggi. Maaf, Pak, ini Madakaripura, bukan Niagara. Hahaha.

Di villa kita banyak ribetnya. Ribet bongkar-bongkar tas, rebutan kamar mandi, nyari barang-barang, dan lain-lain. Lantai villanya suer dingin banget. Apalagi airnya, nusuk-nusuk tulang! Kalau ada yang setres trus pengen mendinginkan kepala, air di sini adalah pilihan yang tepat dalam konteks harfiah. Hahaha.

Sering banget kita denger teriakan model begini :

X : Hooi cepetaaan yang di kamar mandi. Aku kebelet pipis!
Y : Huuaaaaaaaa (teriak gara-gara airnya dingin kayak es pas nekat mandi)
Z : Waah lupa nggak bawa kaos kaki... (muka lemes)
C : Aku bawa, tapi gambarnya kupu-kupu. Mau?
Z : ..... (kebetulan adalah cowok yang nggak suka kupu-kupu)

Petualangan yang lebih seru datang beberapa jam kemudian, waktu sore hari, ada yang mencetuskan ide naik ke Bromo ngeliat kawah.

Sebelum berangkat aku ribet nyiapin perbekalan berupa cokelat, air minum, gula merah, minyak kayu putih, trus pake jaket bulu-bulu, syal, sarung tangan, kaos kaki dan sepatu... sementara Ulil heran dengan ribetnya aku -_-

Kita berangkat dari villa sekitar jam 4 sore, saat itu kabut mulai turun. Suasana mirip kayak di film horor. Afif dan Pak Sopir tinggal di villa sementara yang lain berangkat. Waktu nyampek di lautan pasir, rombongan terpisah jadi tiga. Yang kuat banget jalan, duluan di depan. Yang setengah kuat, agak di belakangnya. Yang jalannya berasa kayak di mall, nyanyi-nyanyi sambil berenti-berenti, di belakang banget. Jadi agak-agak deja vu sama prinsip dasar Kromatografi.

Aku berada di kelompok tengah-tengah, setengah kuat. Jalan bareng Dani, Ulil, Meri, Windy dan beberapa orang lainnya. Waktu aku ngeliat jam udah jam 5 sore, Bromo masih terlihat setinggi rumah orang. Prediksi 1 : nyampek puncak pasti sudah gelap.

Kami terus berjalan melintasi lautan pasir, sambil berkhayal berada di jaman perangnya Islam, bertempur merebut daerah kekuasaan orang kafir dan dibantuin sama pasukan burung Ababil yang bawa batu dari neraka. Maka kamilah prajurit Islam itu... yang sesekali berseru : itu dari suku Poaceae!, sambil menunjuk rumput liar yang kami lewati.

Akhirnya dua rombongan terakhir memutuskan untuk nggak meneruskan perjalanan. Rombonganku berhenti ketika langit mulai gelap, sedangkan tangga menuju puncak masih terlihat kecil. Sementara rombongan satunya berenti lebih dulu jauh di belakang kami. Kita menunggu teman-teman yang di puncak turun lagi.

Tiga rombongan ini saling mengamati cahaya senter masing-masing sambil sesekali berteriak. Agak lupa kalau masih ada sinyal hp -__-



Well, lanjut besok yah ceritanya
Read More
      edit

Tuesday, July 10, 2012

Published 10:15 PM by with 0 comment

Chyntia in The Exam-Over Party

Mari kita akhiri status quo blog ini. Muahaha. Setelah nggak ada posting sama sekali di bulan Juni, setelah segala penat semester 4 yang ajegile, setelah ujian akhir semester yang memaksa mata untuk terjaga selama mungkin di depan meja belajar, setelah akhirnya gueh ngantuk bangeeet ini prolognya nggak kelar-kelar -__-

Oke, saya sebenernya mau menceritakan hal-hal yang kata orang "keren", "penuh petualangan", dan penuh hal-hal absurd bin ajaib tentang liburan ke Bromo kemaren, tapi besok aja deh yaa, mata udah keriyep-keriyep tinggal segaris.

UAS... hmm, kali ini rasanya lebih berat. Bukan hanya berat materi ujiannya, tapi juga berat mencari passion-nya. Dan seperti biasa, pada saat minggu ujian pun, ndak hanya ujian saja yang harus dipikirin. Itu tantangannya. Mekanisme idup selama minggu tenang dan UAS : bangun - belajar - bosen - nulis script - mikir artikel - tidur - bangun - belajar - nyanyi2 - belajar - tidur, dst. Now it was over, dramatically over. Diakhiri dengan ujian Farmakognosi hari Jumat jam 7 pagi. Malemnya belajar sampai jam 3, trus tidur, minta dibangunin Deang jam 4, trus latian soal, jam 5 tidur lagi, nyetel alarm jam 6, eh alarmnya tega banget nggak ngebangunin (atau kupingnya yang nggak denger), akhirnya jam 7 kurang seperempat baru melek. Coba bayangkan perasaanku saat itu (halah). Tapi untungnya dengan the power of kepepet, aku nyampek r.k. 3.1 on time dengan selamat! *nggak usah nanya tentang mandi, baju aja masih baju tidur warna pink* Huahaha :p

Lalu setelah UAS...

Nulis script film yang akan dikerjain sama Dani dan Ipud. Sudah dikerjain sejak lama sih, tapi berhubung inspirasi gueh nggak instan, nggak kelar kelaaaar. Nah, berhubung habis UAS dunia tiba-tiba kehilangan warna hitamnya (huwooo), kemauan untuk segera meng-kelarkan job yang satu ini jadi membuncah! (ini kenapa sih kok sinetron amat bahasanya -.-). Terakhir nulis yang semacem ginian itu pas semester 3, buat film di kuliah ISBD. Lalu setelah sedikit observasi dan penelitian random dengan cara ngamatin video klip lagu anak-anak "Menanam Jagung" dan Dora The Explorer di youtube, akhirnya dapet juga feel-nya :'D

Ngerampok novel di kosan Ulya :D wawawaaw, koleksi novel dia yang 3 kerdus itu sempet bikin aku bertanya-tanya, "sejak kapan togamas pindah ke kosanmu, Ul?" Hahaha. Sepulang dari kosan Ulya, tasku penuh novel bermacam-macam genre, mulai dari yang memotivasi sampai yang galau. Yaa ceritanya jadi sales promotionnya togamas gitu deh *lhoh*

Sortir berkas-berkas LPJ. Kalau sortir kereta api namanya masinis (sopiiiir itu maah) *abaikan

Nonton lomba cheerleader. Ini diajakin mbak Lita yang mau mendokumentasikan sesuatu di sana. Sampe sana gueh langsung ditarik-tarik sama panitia, dikirain anggota cheerleader tingkat smp yang ditinggalin sama kelompoknya *eh

Photo session di Lenmarch, sepaket sama nonton lomba Cheers itu tadi. Mumpung ada kamera keren di mbak Lita. Kapan-kapan deh diupload. Hehehe.

Sisanya adalah packing to Bromo. Lalu sunrise, padang pasir, gunung. Uyeeaah.

Sekarang aku lagi adventure-lag x) Yaudah yuks tidur duluu, kram di kaki sama punggung ini harus segera berlalu, matahari seg'ra berganti (kok kayak lirik lagu Chrisye -.-) Besok kayaknya mau ke kampus, ke dokter gigi dan ketemu sama yang baru pulang dari Jogja ;) (berharap Windy sama Peki nggak baca yang terakhir ini, ogah di-bully huahaha)

Chill out, have a nice holiday dude!

Read More
      edit