Tuesday, December 27, 2011

Published 12:11 AM by with 0 comment

Satu Lagii..

Siang itu... ketika langit di luar jendela sedang teduh dan suara adek-adek sepupu terdengar sayup-sayup dari lantai bawah... di dalam kamar yang berhiaskan mind map Botfar 2 dan Faal Neurofisiologi di empat penjuru dindingnya, masih dalam balutan mukena aku memegang erat-erat ‘piala’ku. Tadinya piala itu berisi gulungan kertas warna-warni yang diikat benang rajut, tapi sekarang isinya sudah keluar semua... dan sudah aku baca semua, diikuti dengan perenungan mendalam dan senyum.

Huaaa, Pimred >.< Seandainya rasanya bisa dijelaskan dengan kata-kata... Pokoknya semua rasa terakumulasi jadi satu.

Dan selalu, Allah tau aku membutuhkan dukungan. Maka pesan-pesan dan ucapan yang macem-macem berdatangan dari berbagai pihak. Dari mbak pimred lama, mas-mas mbak-mbak angkatan, kawal kelompok sebelah, teman-teman seperjuangan. Yang paling aku inget, dari mbak Pimred lama.. Allah sedang merajut kehidupan yang terbaik untuk kita :’)

Teringat beberapa jam sebelumnya, ketika berdiri di depan teman-teman seperjuangan, bercerita tentang visi dan misi dengan kalang kabut dan kegrogian yang nggak ketulungan (heran, prasaan ngomong di depan ratusan orang pas rapat pleno atau ngejawab pertanyaan di depan kelas pas presentasi tugas Preskripsi aku oke-oke aja deh. Koq sekarang ngomong di depan segelintir orang aja kayak gitu banget -__-), lalu momen penyerahan piala dan first speech... tapi ya sudahlah... sekarang mikir ke depannya.

Ke depannya? >.<

Ya, mau ndak mau mulai mikir ke depannya, untuk menjalankan amanah baru ini... Ini lebih daripada amanah-amanah sebelumnya, dan berarti melanjutkan tonggak kepemimpinan. Berharap semoga ada percikan koleris yang hinggap di tubuh saya, walaupun sedikit saja.

Selanjutnya selama proses pemantapan ini hati selalu ngitung, “sudah 2 jam setelah aku terpilih..”, “3 jam setelah aku terpilih..”, dan ada suara semacam ini, “lalu apa yang sudah kamu lakukan?Apa yang akan kamu lakukan?”. Yang paling penting, mau aku apakan keluarga kecil ini? Mau aku ajak melangkah kemana? Lumayan terbayang setaun ke depan... sama kayak waktu aku nerima amanah-amanah lain, juga langsung bisa membayangkan kelanjutan hidupku kayak gimana. Kebahagiaan, keharuan, kesulitan, konflik, perjuangan, dan masih banyak lagi. Semua itu akan menjadi kepingan-kepingan ceritanya.

Hhhhh *menghela nafas* sabaran dikiiit... Ada UAS di depan mata. *Mindmap Dialypetalae mulai menari-nari.

Tak ada kata lain yang patut diucapkan untuk ini selain “aku siap, dengan caraku” :’)

Doakan saya yaa! :D *tangan mengepal, gaya peserta benteng Takeshi*

Ayo berjuang, teman-teman! Bismillah..
Read More
      edit

Thursday, December 22, 2011

Published 8:50 PM by with 0 comment

Hmmm, be strong :)

Dengan segala hal yang terjadi belakangan ini, mestinya aku banyak belajar...

Kehilangan – lagi dan lagi. Lalu untuk apa diratapi? Untuk apa ditangisi? Toh semuanya pasti akan berpulang pada-Nya jika sudah tiba waktunya. Mungkin hidup akan jadi berbeda, pasti membuat tertatih-tatih dan jatuh tersungkur, tapi itu artinya aku dianggap sudah siap menghadapi perbedaan tersebut, kan?

Terkadang aku memang memimpikan “kehidupan normal” yang dulu pernah aku miliki, dimana aku masih punya segalanya di sampingku – keluarga yang lengkap, tinggal di satu rumah yang hangat; boneka-boneka lucu; tawa yang lepas; kecupan dan cerita sebelum tidur... aku tau itu tak mungkin selamanya. Allah tahu bahwa aku mampu menghadapi lebih dari hal-hal tersebut tadi. Kehilangan, kerinduan, kesepian, kadang kesulitan... Apapun yang dihadapkan padaku, yang jelas aku tidak akan mengeluh :) Kuatkan aku, tabahkan aku, Ya Rabb.

Memang semangatku sedang diporak-porandakan... dan itu tidak mudah. Ada kalanya aku benar-benar merasa runtuh, tapi itu tidaklah lama. Just remember, “semangat yang menyala-nyala adalah hiasan para pewaris nabi”.

Dan ada yang salah dengan diriku... membuatku heran!

Rasanya aku jadi orang paling pesimis sedunia 10 jam yang lalu :o serius ini mah, dan itu bencana bangeet. Jenis orang yang paling aku sensi-in dari dulu itu orang pesimis, eh malah sekarang aku yang pesimis. Gimana sih -_-‘ Begitu aku nyadar dengan komentarku tadi, “ini kebanyakan banget yang harus dijual, mana bisa habis sehari segini ini?”, langsung merasa tertampar dengan sendirinya. Hey, nggak mungkin aku yang ngomong gitu! Astagfirullah...

Belum lagi LPJ, Progress Report, iklan, UJIAN AKHIR SEMESTER... Bikin orang pesimis pengen mati aja kaaaan -__-‘

*tarik napas panjaaang*

Oke, the take over, the break over. Cukup!

Setelah menuliskan ini, aku kembali jadi diriku yang bener-bener diriku. Semangat! Optimis! Visioner! Karena masih banyak yang akan harus dihadapi. Bismillahirrohmannirrohim... Keep on fire! Go, Chyntia! x)
Read More
      edit

Saturday, December 10, 2011

Published 11:44 PM by with 0 comment

Hujan... :)

Baunya, sejuknya, rintik-rintik airnya... hmmm, aku suka semua, kecuali langit abu-abunya. :D

Dan hujan selalu punya cerita tersendiri buat aku. Jadi jangan heran kalo begitu hujan turun, aku langsung bersorak bahagia kayak habis dapet jekpot piring cantik - kecuali kalo lagi di ruang kuliah sih, bisa-bisa jadi bahan sorakan anak-anak sekelas ntar. Hahaha.

Merhatiin nggak, musim hujan selalu datang pas semester ganjil? Sekarang nih contohnya. Taun lalu dan taun-taun sebelumnya juga. Tahun lalu, waktu aku masih berstatus maba yang suka kelayapan, aku pernah menikmati hujan sore yang indaaah sama temen-temen sesama maba. Saat itu kita hanyalah sekelompok anak-anak sok kenal dan sedang berusaha membetahkan diri di kampus.

Begini sepintas kronologinya. Entah ya karena pertanda apa, maba-maba sok kerajinan ini pada ngumpul di perpus kampus B. PERPUS meen.. Wuzz, mahasiswa sekali kedengerannya. Tapi jangan bayangkan kita duduk di depan meja kayu dengan background rak-rak buku dan lagi diem-dieman baca buku tebel yaa, nanti Anda kecewa :p Kita menikmati fasilitas “homey” di lantai 1 : tv, sofa, wifi area! Sementara di luar hujan semakin deras dengan petir menyambar-nyambar.

Kita serius banget menyimak berita di tv tentang tsunami di Jepang sambil berceloteh riang. Volume tv kita gedein seenak perut dan remotnya kita kuasai. Untung beritanya nggak ganti headlines jadi “Pemboikotan TV Perpustakaan oleh Sekelompok Maba Resek dari Fakultas Seberang”. Wahaha.

Pokoknya suasana jadi ricuh rame banget gara-gara kita berkomentar sahut-menyahut, trus bapak-bapak pegawai perpus juga ikutan nimbrung sama kita. Bikin makin asik nonton tvnya.

“Aku laper..” kata seorang di antara kami. Yang lain menyahut, aku juga aku juga. Hmmm apakah laper itu menular? -.-

“Makan bakso pasti enak nih ujan-ujan gini :q” kata seseorang yang mupeng. Disahutin “iya” oleh yang laen.

Sialnya, kantin perpus tutup dan hujan nggak reda-reda. Aku berkali-kali melongok lewat pintu kaca perpus, berharap bisa segera keluar dan mencari makan (ceilee udah kayak induk ayam aja). Ini juga karena aku udah bosen nggak keruan, nggak ada yang seru lagi sih.

Akhirnya aku berhasil menghasut anak-anak pelaku kejahatan tv perpus itu untuk keluar walaupun hujan masih lebat. Kita lari-lari nyebrang ke Farmasi. Eh kantinnya udah mau tutup. Trus kita ke kantin tetangga (FEB.red) sambil berpayung jaket dan menggulung celana jeans sampe lutut. Eh udah abis juga. Hzzz, ada apa dengan kantin-kantin di dunia ini?-.- Setelah celingak-celinguk dan saling teriak karena rombongan ini nggak segera mengambil keputusan, kita nyebrang lagi ke Psikologi. Dan kita menemukan yang kita cari-cari sedari tadi : tukang bakso...wuaahh (mata berbinar-binar). Dalam khayalanku, kita bergerak dalam slow motion menyambut om tukang bakso ini (hujan serasa berubah menjadi bunga. Uwoo...). Jadilah kita makan bakso berjejer di teras fakultas Psikologi dengan baju agak basah dan tubuh menggigil. Alhamdulillah, maknyus deh. Usai makan, usai bayar, kita lari-lari lagi di tengah hujan. Kali ini kembali ke fakultas kita sendiri, Farmasi. Tak peduli lagi hujan makin deras. Tak peduli lagi basah kuyup. Tak peduli lagi Tsunami di Jepang. Tak peduli lagi kita baru saja saling kenal. Tak peduli apapun, yang penting kita bisa tertawa bersama di tengah hujan seakan sudah sahabat sejak lama.

Baru saja berakhir hujan di sore ini
Menyisakan keajaiban kilauan indahnya pelangi
Tak pernah terlewatkan dan tetap mengaguminya
Kesempatan seperti ini tak akan bisa dibeli
Bersamamu kuhabiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya

~Ipang – Sahabat Kecil

*dan saya berharap, di tengah kehidupan semester 3 yang hampir usai ini, momen tersebut akan terulang untuk kami.
Read More
      edit

Thursday, December 1, 2011

Published 11:21 PM by with 0 comment

old dialogues~

it was between me and my bestfriend on brokenhearted situation (does him still remember?)

X : So, how are you?
Y : not fine.
X : why? Anything wrong?
Y : it is, and too hurt.
X : who dare to hurt you? Him? What did he do?
Y : ......
X : hey, dear... it’s not you that crying out for him.
Y : you don’t know how it feel.
X : what?
Y : forgotten.
X : how about a glass of coffee now?
Y : ....... *still crying
X : hmmm, ice cream?
Y : ........
X : There's me here, right aside you, isn't it enough? I don't ever ever ever forget you. That guy was stupid and he will regret, believe me.
Y : yeah, i'm not that important for him to be remembered, right?
X : not that, nuts =.= listen what I said, I don't ever ever ever forget you. And you're not Spiderman that should be remembered by thousand people, right? But you have me here and it's clear that won't forget you for last.
Y : but I love him T.T
X : well, let's go to D'crepes. I know you still can love that food rather than him.
Read More
      edit