Saturday, December 10, 2011

Published 11:44 PM by with 0 comment

Hujan... :)

Baunya, sejuknya, rintik-rintik airnya... hmmm, aku suka semua, kecuali langit abu-abunya. :D

Dan hujan selalu punya cerita tersendiri buat aku. Jadi jangan heran kalo begitu hujan turun, aku langsung bersorak bahagia kayak habis dapet jekpot piring cantik - kecuali kalo lagi di ruang kuliah sih, bisa-bisa jadi bahan sorakan anak-anak sekelas ntar. Hahaha.

Merhatiin nggak, musim hujan selalu datang pas semester ganjil? Sekarang nih contohnya. Taun lalu dan taun-taun sebelumnya juga. Tahun lalu, waktu aku masih berstatus maba yang suka kelayapan, aku pernah menikmati hujan sore yang indaaah sama temen-temen sesama maba. Saat itu kita hanyalah sekelompok anak-anak sok kenal dan sedang berusaha membetahkan diri di kampus.

Begini sepintas kronologinya. Entah ya karena pertanda apa, maba-maba sok kerajinan ini pada ngumpul di perpus kampus B. PERPUS meen.. Wuzz, mahasiswa sekali kedengerannya. Tapi jangan bayangkan kita duduk di depan meja kayu dengan background rak-rak buku dan lagi diem-dieman baca buku tebel yaa, nanti Anda kecewa :p Kita menikmati fasilitas “homey” di lantai 1 : tv, sofa, wifi area! Sementara di luar hujan semakin deras dengan petir menyambar-nyambar.

Kita serius banget menyimak berita di tv tentang tsunami di Jepang sambil berceloteh riang. Volume tv kita gedein seenak perut dan remotnya kita kuasai. Untung beritanya nggak ganti headlines jadi “Pemboikotan TV Perpustakaan oleh Sekelompok Maba Resek dari Fakultas Seberang”. Wahaha.

Pokoknya suasana jadi ricuh rame banget gara-gara kita berkomentar sahut-menyahut, trus bapak-bapak pegawai perpus juga ikutan nimbrung sama kita. Bikin makin asik nonton tvnya.

“Aku laper..” kata seorang di antara kami. Yang lain menyahut, aku juga aku juga. Hmmm apakah laper itu menular? -.-

“Makan bakso pasti enak nih ujan-ujan gini :q” kata seseorang yang mupeng. Disahutin “iya” oleh yang laen.

Sialnya, kantin perpus tutup dan hujan nggak reda-reda. Aku berkali-kali melongok lewat pintu kaca perpus, berharap bisa segera keluar dan mencari makan (ceilee udah kayak induk ayam aja). Ini juga karena aku udah bosen nggak keruan, nggak ada yang seru lagi sih.

Akhirnya aku berhasil menghasut anak-anak pelaku kejahatan tv perpus itu untuk keluar walaupun hujan masih lebat. Kita lari-lari nyebrang ke Farmasi. Eh kantinnya udah mau tutup. Trus kita ke kantin tetangga (FEB.red) sambil berpayung jaket dan menggulung celana jeans sampe lutut. Eh udah abis juga. Hzzz, ada apa dengan kantin-kantin di dunia ini?-.- Setelah celingak-celinguk dan saling teriak karena rombongan ini nggak segera mengambil keputusan, kita nyebrang lagi ke Psikologi. Dan kita menemukan yang kita cari-cari sedari tadi : tukang bakso...wuaahh (mata berbinar-binar). Dalam khayalanku, kita bergerak dalam slow motion menyambut om tukang bakso ini (hujan serasa berubah menjadi bunga. Uwoo...). Jadilah kita makan bakso berjejer di teras fakultas Psikologi dengan baju agak basah dan tubuh menggigil. Alhamdulillah, maknyus deh. Usai makan, usai bayar, kita lari-lari lagi di tengah hujan. Kali ini kembali ke fakultas kita sendiri, Farmasi. Tak peduli lagi hujan makin deras. Tak peduli lagi basah kuyup. Tak peduli lagi Tsunami di Jepang. Tak peduli lagi kita baru saja saling kenal. Tak peduli apapun, yang penting kita bisa tertawa bersama di tengah hujan seakan sudah sahabat sejak lama.

Baru saja berakhir hujan di sore ini
Menyisakan keajaiban kilauan indahnya pelangi
Tak pernah terlewatkan dan tetap mengaguminya
Kesempatan seperti ini tak akan bisa dibeli
Bersamamu kuhabiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya

~Ipang – Sahabat Kecil

*dan saya berharap, di tengah kehidupan semester 3 yang hampir usai ini, momen tersebut akan terulang untuk kami.
      edit

0 komentar:

Post a Comment

yuuk komen yuuk . . .