Maw meracau boleh ya?
Waktu dengerin suara ngorok imutnya Khaza gini, tiba-tiba aku ingin meracau yang panjang biar lega. Hah siapa itu Khaza? Baby girl aku!!! Ah blog ini kudet amat ya, nggak tau cerita tentang adanya Khaza. Beda perlakuan dengan akun instagram aku yang tiap menit pengennya aku update terus. Ternyata sekarang aku lebih mengasihi instagram ya? Tapi kenangan denganmu tak lekang oleh waktu, meski kau bukan milikku. *lagunya siapa hayo?
Jadi nih, ada tokoh baru dalam kehidupan aku yang bernama Khazanah Inspiraya Muwafaqah Hamdani (iya panjaaang namanya). Saat ini hobinya nyusu, minta gendong, tengkurap, ketawa. Cerita kelahirannya aku tulis di feed instagram, tak sanggup nulis di sini. Dia amanah terbesar dari Allah sejak 2018 hingga nanti-nanti. Dia lahir di tahun yang sama dengan beberapa anak teman-teman aku, dan itu bikin aku bersyukur banget karena jadi punya banyak teman sharing tentang perbayian. Ah, jadi ibu baru tuh memang banyak tantangannya, baiknya cari teman seperjuangan untuk menghadapinya.
Lalu apa kabar bapaknya – yang memilih untuk dipanggil abi? Tetap seperti dulu, gemes-gemes romantis, ganteng dikit, nyebelin banyak. Hahaha. Aku bersyukur banget punya teman hidup macam dia. Semoga Khaza nantinya juga bersyukur punya abi seperti dia.
Sejak Khaza umur dua bulan, kami pindah ke rumah baru. Rumah kecil yang kami beli dengan segala perjuangan, yang juga diperjuangkan oleh orang tua kami, yang insyaallah terhindar dari riba. Lalu resmilah kami memulai jenis kehidupan baru : tinggal bertiga. Momi, Abi, Khaza. Siapa tuh Momi? Akuu dong. Waktu momi dan abi kerja, Khaza dititipkan di daycare. Jangan bayangkan repotnya. Apalagi tiap aku beranjak dari kasur, Khaza masih sering ikut bangun hahaha. Jangan bayangkan juga dramanya. Ibu mana yang pengen pisah sama anaknya walaupun hanya delapan jam sehari. Dulu Khaza masih belum akrab sama abi, jadi kalau dijagain abi, banyak nangisnya. Yaudah deh tiap pagi abi yang turun ke dapur, nyiapin sarapan, nyeterilin perintilan pompa asi, nyiapin air mandi Khaza, sampai nyiapin tas aku dan Khaza. Sementara aku nyusuin Khaza, lalu mandiin Khaza dan nyiapin diriku sendiri. Kadang-kadang tangan abi bau bawang dan bajunya bau minyak telon waktu kucium tangan dan peluk sebelum berangkat kerja. Gimana eike nggak mbrebes mili terharu coba. Nggak semua bapak-bapak rela kayak gitu.
Rumah kami kecil, jauh lebih kecil daripada rumah orang tua kami. Pas awal pindah, aku bawaannya sumpek mulu. Mau naruh apa-apa susah, kurang tempat. Belum punya meja dan kursi. Tempat jemuran seadanya. Kalau hujan, baju basah dijemur di teralis jendela. Dan masih banyak hal menantang lainnya yang bikin aku akhirnya nangis sesenggukan. Belum lagi nikmatnya krisis di tanggal tua yang sebelumnya nggak pernah aku rasain. Pernah juga malam-malam, pas aku sudah lelah sekali pulang kerja, hujan deras, lampu mati, rumah bocor, abi belum pulang dan Khaza rewel karena sumuk. Duh rasanya... tapi setelah listrik nyala, hujan reda, Khaza tidur dan abi pulang, semua kegundahan itu pergi. Benar-benar hidup di bumi manusia nih eike. Kemarin-kemarin sebelum punya bayi dan rumah baru, aku masih tinggal di kahyangan.
Mmmm.
Terus work life aku baik-baik saja. Pasca cuti melahirkan tiga bulan, kerjaan tiada habisnya. Alhamdulillah. Nggak apa lah kerjaan segunung, aku masih bersyukur dikasih kesempatan buat breast pumping walau mencuri waktu, berdusta pada guru. Sungguh aneh tapi nyata, tak kan terlupa~ eh udah. Beberapa hari sebelum masa cuti habis, aku update status tentang payung hukum asi eksklusif bagi working mom dong, biar dibaca sama atasan, biar takut dihukum kalau nggak ngasih kesempatan buat pumping. What a strategy yaa wkwk. Nanti kapan-kapan kita bahas work life story edisi kegalauan mamak-mamak ya.
Baiklah, sepertinya cukup sekian dulu. Sebentar lagi sudah tahun 2019 dan Khaza akan segera ngelilir mencari maknya. Semoga kita bisa menjalankan amanah kita semua dengan baik dan semakin baik. Next time semoga bisa segera #meracau lagi di sini. Wassalam.
2018. 23.09.
0 komentar:
Post a Comment
yuuk komen yuuk . . .