Thursday, December 2, 2010

Published 6:50 PM by with 0 comment

Tentang Impian


Gara-gara dikasih tugas sama kawal untuk menuliskan 100 impian di karton manila, aku jadi keinget notes-notes, kertas-kertas impian dan posting “Future Diary” di blogku… Hmm, semuanya jadul banget. Pokoknya kegiatan menulis impian, khayalan atau sejenisnya udah nggak asing lagi buat aku.


Jangankan 100 impian, mungkin 500 impian kecil atau besar pernah aku tulis. Entah itu di diary, ideas notes, notes spiral item, notes paperline jaman SMA, kertas-kertas impian yang disusun berdasarkan prioritas, profil Friendster atau posting konyol di blogku ini. Semuanya imajinatif, terlihat keren walaupun kadang pantas dicemooh (haha). Beneran deh, orang sering ketawa atau tersenyum asem tanda meremehkan kalo ngeliat list impianku itu. Tapi begitu aku berhasil mewujudkannya, maka aku akan mencoret list impianku dengan senyum yang lebih mencemooh daripada orang itu tadi.


Well, aku nggak pernah kehabisan ide untuk menambah daftar panjang list konyol itu. Bermimpi kayak gitu seru tauk. Rasanya wow, membuat kita “stay tuned” di khayalan itu. Hahaha.


Dan lebih dari itu, aku sangat sangat percaya, bahwa ada satu yang tidak pernah menertawakan impianku, Dialah Allah SWT., bahkan Ia memeluk impianku, merencanakan sesuatu yang lebih baik dari impian-impianku yang bahkan nggak pernah aku pikirkan sebelumnya. Dan jika sudah tiba waktu yang tepat, Ia akan mewujudkannya untukku, hanya untukku, seorang hamba-Nya yang berani bermimpi.


Anehnya, keyakinanku itu semakin kuat setelah aku baca buku karangan seorang atheis (maaf, atau mungkin Yahudi) yang berTuhankan Alam Semesta. Buku ini menjadi sebuah boom di dunia penerbitan. Angka penjualan dan harganya menggila. Kira-kira terbitnya 2 taun yang lalu, tapi sampe sekarang masih banyak versi baru yang diterbitkan. Judulnya adalah “The Secet”. Siapa sih yang nggak kenal buku itu? Tapi Alhamdulillah, aku nggak terseret dalam pemikiran atheisnya.


Satu persatu impianku terwujud. Bahkan sering banget dulu aku nggak nyadar kalo apa yang sedang terjadi saat itu adalah jawaban Allah atas mimpi-mimpiku, sampe akhirnya aku bisa menarik pelajaran hidup nomor 3, “bermimpilah yang spesifik atau kau akan menyesal”.


Jangan pernah takut bermimpi. Jangan pernah merasa impianmu terlalu tinggi dan kamu takut terjatuh. Siapa yang takut bermimpi, berarti dia meragukan Allah.
Mengutip kata-kata Arai dalam novel Sang Pemimpi, “orang seperti kita tak akan pernah bertahan hidup tanpa mimpi-mimpi kita.”


Dan mengutip kata-kata Chyntia dalam ideas notes-nya, “menangis dan tersenyumlah untuk mimpimu. Menangis ketika menyebutkannya dalam doa dan tersenyum ketika semakin hari mimpi itu terasa semakin dekat dan nyata.”


Maka, bebaskan mimpimu, kawan. Dan rasakan sensasinya ketika mimpi-mimpi itu terwujud. Beneran inii. Aku sudah membuktikannya. Heahaha.
      edit

0 komentar:

Post a Comment

yuuk komen yuuk . . .