Sepertinya ini akan jadi cerita klasik orang yang mudah
jenuh.
Sudah dari sononya aku dikit-dikit bosan, dikit-dikit jenuh.
Makanya nggak heran kalau waktu bekerja kantoran begini aku makin melunjak
jenuhnya. Apalagi kalau ditulis rutinitasnya : Senin sampai Jumat kerja,
Sabtu-Minggu libur. Senin kerja lagi, nunggu hari Jumat lama banget. Giliran
udah Jumat, Senin dateng terlalu cepat. Begitu seterusnya. Yah mungkin karena
belum terlalu menikmati pekerjaanku sih, makanya jadi seperti itu. Still on
progress. Salah sendiri memilih pekerjaan semacam ini. Hiks.
Kemudian aku membayangkan, kalau sekali dalam sebulan bisa
ambil libur di tengah-tengah minggu mungkin bisa mengurangi kejenuhan ya.
Sayangnya belum dapat cuti jadi harus survive se-survive-survivenya, menahan
diri dari keinginan libur.
Belakangan aku mendapatkan ide untuk rela ijin tidak masuk
dan potong gaji sehari. Hahaha.
Akhirnya aku bolos kerja dengan alasan sakit kepala. Eh,
tapi emang beneran sakit kepala semacam vertigo. Beneran, nggak bohong kalau
yang ini. Awalnya antara sayang potong gaji atau sayang tubuh sendiri. Terus
setelah dipikir-pikir, wah kayaknya ini momen yang pas buat nggak masuk kerja.
Yaudah, fix bolos. Pagi-pagi mandi, minum parasetamol lalu tidur lagi. Oh
Godness, what a life. Hahaha. Kemudian aku bangun sekitar jam 9 pagi, dan ngebayangin
kalau jam segini di kantor paling lagi sibuk di depan komputer sambil
menguap-nguap. Sejenak saya merasa merdeka. Hihihi.
Ketika mau bangun ternyata kepala masih berat. Duh kalau
begini rasanya kesehatan itu harganya senilai potong gaji sehari cuy. Akhirnya
aku nonton serial The Mentalist tiga episode di atas kasur sambil chat sama orang
yang juga lagi bolos kerja (tapi alasannya lebih worth-it sih dia, huh).
Beberapa minggu yang lalu, aku sempat berpikir, kalau nikah
terus nggak kerja, enak kali ya (ini niat yang mulia atau alesan buat
males-malesan di rumah btw?). Di rumah, pakai daster, bersih-bersih, masak,
cuci-cuci, setrika, boci, nonton tv, kalau pengen produktif dikit bisa
nulis-nulis atau jualan online (baca: jual perabot yang ada di rumah). Mumpung
di rumah aku mencoba mensimulasikan menjadi ibu rumah tangga yang baik. Dan
ternyata... nggak sepenuhnya enak juga ya kalau setiap hari kayak gitu. Sebagai
orang yang terbiasa dengan mobilitas tinggi dan kelakuan yang aneh-aneh, diam
di rumah seperti itu nggak enak juga, apalagi sendirian, bisa cepet banget tuh
kalau mau nambah berat badan. Hmm... Salut sama wanita-wanita yang memutuskan
untuk menjadi ibu rumah tangga full-time.
Jadi aku membatalkan bayangan “nikah terus nggak kerja”.
Nggak apa deh kerja, cari pengalaman, mengamalkan ilmu, sambil tetap jadi ibu
rumah tangga yang baik. Kalau jenuh melanda, bolehlah seperti ini lagi, ambil
jatah libur sesekali. So, back to work no matter how hard and bad it is – and no
matter how much you hate it. Let’s show our power, women.