Mungkin kalau sedang tidak lelah, aku menjawab dalam hati, aku tidak sibuk, hanya berusaha agar useless time ku berkurang, biar nanti kalau sudah waktunya mempertanggungjawabkan waktuku, aku tidak lagi bingung mencari alasan yang tidak pasti. Aku memang banyak pikiran, tapi semata-mata karena aku menyadari aku punya kapasitas untuk itu. Seperti halnya cangkang kapsul berkapasitas tertentu, tidak boleh diisi kurang dari 75% nya. Aku bukannya menghilang, aku masih di sini, bahkan aku berusaha menunjukkan bahwa AKU ADA. Aku tidak ingin diciptakan sia-sia. Hanya itu.
Kadang aku malu pada diriku sendiri, dan pada semuanya. Malu ketika amanah membuatku lelah dan mengeluh. Malu mengakui apa yang dibebankan padaku saat ini terasa berat. Malu ketika jengah berinteraksi dengan orang lain, meluruskan ketidaksepahaman, meredam emosi. Malu ketika tugasku tak terselesaikan dengan baik. Sering aku berkata sinis pada diri sendiri, manusia macam apa kamu, baru diberi amanah seperti ini saja nggak becus? Kamu gunakan untuk apa potensi yang diberikan Allah padamu?
Dan dalam kehidupanku yang sedang lelah dan membingungkan ini, tidak semua orang mengerti aku sebenarnya membutuhkan dukungan. Maka aku mengais sisa-sisa semangat dalam diri ini, berharap menemukan sebongkah yang berarti. Mungkin aku juga kehilangan alasan untuk terus bertahan dalam keadaan ini. Yang aku tau aku harus bertahan. Harus. Entah bagaimana akhirnya nanti.
Bukan hanya mahasiswa baru yang membutuhkan dukungan ekstra dari kakak walinya, atau setidaknya membutuhkan contoh konkret orang-orang yang sanggup bertahan di dunianya yang baru sehingga ia tau ia juga pasti akan bertahan meski tak mudah. Seorang mahasiswa lama pun tidak selamanya bisa mendukung dirinya sendiri. Keinginan menyerah tidak selamanya bersembunyi, kadang ia muncul ketika akhir sudah terlihat. Hanya semangat yang bisa mereduksi kadar kelelahan itu dan pada akhirnya kita harus menyadari, segalanya adalah milik-Nya dan harus diserahkan kembali pada-Nya.
Go ahead.
0 komentar:
Post a Comment
yuuk komen yuuk . . .