Aku pernah menjadi orang paling positif, dan pernah juga menjadi orang paling negatif yang pernah ada. Bisa dibilang aku sedang berada di tahap kegalauan super anak usia dua-puluhan, dan itu melelahkan. Lelah menyatukan hati dan pikiran. Lelah mempertahankan impian dan memandang realitas. Lelah sekali, Ya Allah.
Aku terbiasa bermimpi. Bagiku satu impian yang terwujud merupakan energi untuk impian lainnya. Meskipun berulang kali gagal, sama sekali aku tak gentar. Itu dulu, ketika aku menjadi orang paling positif yang pernah ada.
Sekarang aku masih terbiasa bermimpi, tapi ada makhluk lain berkedok realita yang menggangguku. Itu membuatku menjadi orang paling negatif yang pernah ada. Aku tak lebih dari seorang pengecut yang bersembunyi dari apa yang seharusnya kuhadapi. Aku tak mampu lagi berdiri diterpa kegagalan.
Bahkan aku berani menyatakan betapa tak sanggupnya diriku.
Mungkin aku menjadi orang paling negatif yang pernah ada.
Dan aku benci mengakuinya. Rasanya seperti kehilangan segalanya ketika mengakui itu.
Bantu aku untuk bangkit, Ya Allah :')
Read More
Aku terbiasa bermimpi. Bagiku satu impian yang terwujud merupakan energi untuk impian lainnya. Meskipun berulang kali gagal, sama sekali aku tak gentar. Itu dulu, ketika aku menjadi orang paling positif yang pernah ada.
Sekarang aku masih terbiasa bermimpi, tapi ada makhluk lain berkedok realita yang menggangguku. Itu membuatku menjadi orang paling negatif yang pernah ada. Aku tak lebih dari seorang pengecut yang bersembunyi dari apa yang seharusnya kuhadapi. Aku tak mampu lagi berdiri diterpa kegagalan.
Bahkan aku berani menyatakan betapa tak sanggupnya diriku.
Mungkin aku menjadi orang paling negatif yang pernah ada.
Dan aku benci mengakuinya. Rasanya seperti kehilangan segalanya ketika mengakui itu.
Bantu aku untuk bangkit, Ya Allah :')