“Ada pertanyaan?”
Begitu biasanya guru dan dosen
kita bertanya setelah selesai menjelaskan suatu materi. Sebagai jawaban, murid-muridnya
hanya diam tak bersuara. Kalaupun ada yang bertanya, paling satu-dua, dan hanya
anak itu-itu saja. Lainnya diam seribu bahasa, entah sudah paham atau tidak
paham sama sekali.
Ketika jaman sekolah, aku
termasuk yang paling tidak berani bertanya. Kadang karena nggak ngerti sama
sekali. Kadang punya pertanyaan tapi hanya berani nanya di dalam hati.
Mungkin juga karena gurunya nanya “ada pertanyaan?” dengan muka tidak ingin
ditanyai makanya yang mau nanya jadi takut. Hahaha.
Ketika kuliah aku juga masih
sempat seperti itu. Saat dosen melontarkan pertanyaan “ada pertanyaan?”, hatiku
langsung bergemuruh *halah lebai. Mau nanya, deg-degan. Mau nggak nanya, sedih.
Galaunya udah kayak lagi ditembak aja. Memang dasarnya tukang nanya, tukang
protes, tukang kepo gini, terasa sedih kalau nggak nanya. Akhirnya, ketika
sudah susah payah menguatkan hati, sesi pertanyaan ditutup.
“Yak kalau sudah tidak ada
pertanyaan, kuliah saya akhiri sampai di sini.”
Akupun lemas. Kelamaan sih
mikirnya.
Kalaupun aku bertanya biasanya
karena tangan diangkat paksa atau habis sikut-sikutan sama teman sebelah karena
dia sebel sama aku yang dari tadi penasaran tapi nggak berani bertanya.
Sampai akhirnya aku bertemu teman
yang bercerita tentang masa kecilnya. Ketika sekolah dasar, dia termasuk anak
yang tidak pintar. Nilai-nilainya jelek. Dia banyak nggak ngertinya. Lalu dia
nangis ngadu ke papanya. Oleh papanya dia dibilangin gini, “kamu kalau nggak
ngerti, tanya ke gurunya. Jangan malu dan takut. Orang bilang kamu bodoh,
biarin. Orang bilang apapun biarin, pokoknya kamu jangan pernah takut bertanya
kalau nggak ngerti.” Kemudian sejak saat itu dia jadi anak yang kritis dan
berani bertanya. Percaya dirinya pun meningkat, belajarnya semakin rajin,
sehingga nilai rapornya membaik.
Dari cerita itu aku belajar bahwa
bertanya itu bukan sesuatu yang salah. Jadi nggak boleh malu, nggak boleh
takut. Aku sejak kecil juga sudah terbiasa bertanya macam-macam ke mami dan
papa. Jadi kenapa waktu sudah besar nggak berani bertanya ke dosen?
Aku pun berubah sedikit demi sedikit
untuk berani mengangkat tangan dan bertanya di kelas. Kalau masih ragu, aku mengangkat tangan sambil merem. Nekat aja dah, nggak burket juga kok. Meskipun kadang kalau
nanya suka belepotan dan harus diulang karena dosennya bingung, aku tetap
bertanya. Kadang ada juga teman yang waktu aku nanya dia menunjukkan
ketidaksukaan karena kuliahnya jadi agak memanjang akibat pertanyaanku, atau
karena dia sudah tau jawabannya dan melengos. Aku acuh tak acuh. Mumpung masih
kuliah, mumpung masih ada orang yang bisa ditanyain. Belum tentu orang lain
yang tidak bertanya itu lebih pintar, bukan?
Seiring berjalannya waktu, aku
berkesempatan mengisi materi di seminar dan semacamnya di kampus. Di kesempatan
menjadi public speaker itu, aku semakin memahami makna “ada pertanyaan?” yang
terlontar di akhir materi. And who knows the grateful feeling when the questions
come, and what a relief when they don’t come hahaha.
Sekarang salah satu job desc-ku
adalah menjadi trainer untuk level staff dan operator di perusahaan. Setelah
memberikan training, kalimat “ada pertanyaan?” sudah otomatis keluar dari
mulut. Sering juga di awal materi aku bilang, “kalau ada pertanyaan, boleh
langsung angkat tangan ya.” It means that I really wonder your question and
feedback, so come on ask me something. Ternyata setelah menjelaskan lalu ada
yang bertanya itu rasanya bener-bener penghargaan banget buat seorang speaker.
Oh berarti aku didengarkan. Level semangatku langsung naik beberapa tingkat.
Aku selalu berharap ada
pertanyaan, apapun pertanyaannya. Penting atau tidak penting. Sulit atau
gampang. Kalau aku tidak bisa menjawab, biasanya aku menjanjikan untuk mencari
jawabannya dan menghubungi si penanya kalau sudah menemukan jawabannya.
Seringkali pertanyaan-pertanyaan itu mengingatkan bahwa materinya ada yang
kurang sehingga harus ditambahkan atau diperbaiki di kelas berikutnya.
Jadi sekarang saya ngerti
perasaan dosen, guru, trainer, speaker ketika mereka mendapat pertanyaan.
Percayalah, mereka senang sekali mendapat pertanyaan (tapi nggak tau sih ini
berlaku untuk semua orang atau nggak). Nggak setiap speaker dapat sertifikat
atau plakat di akhir materi, jadi berilah penghargaan berupa feedback dan
pertanyaan. Itu sudah sangat membahagiakan mereka kok. Buat adek-adek yang
masih sekolah atau kuliah, jangan pernah ragu untuk bertanya. Pandanglah
tindakan bertanya itu sebagai tindakan untuk menyenangkan hati guru kita, bukan
sesuatu yang menakutkan dan akan membuatmu dibenci. Okay? Pesan ini disampaikan
oleh trainer yang lagi curhat. Hahaha.
0 komentar:
Post a Comment
yuuk komen yuuk . . .