Jadi begini masalahnya :
Chyntia sudah 20 tahun, semester tujuh dan tahun depan
kuliah profesi dan akan segera punya last name baru : S.Farm, Apt (aamin)..
satu tahun itu cepat. Nanti pasti muncul kata-kata ‘wah, nggak kerasa ya’,
seperti yang sudah-sudah. Ibaratnya kalau main minion rush, minion-nya sudah
hampir sampai finish, jadi pasti pengen cepat selesai dan pengen menangkap
sebanyak mungkin koin yang ditemuinya. Begitu juga dengan orang semester tujuh
ini.. ingin bisa ini, ingin bisa itu, banyak sekali. Dengan bahagia berkejaran
dengan waktu agar cepat sampai di ‘finish’-nya. Dan di saat bersamaan, dia juga
menggigit bibir ketika memandangi bayangan dirinya. Sudah semester tujuh, sudah
hampir lulus, TAPI... dikasih kasus klinis pasien HIV lalu disuruh memberi
komentar tentang terapi obatnya masih banyak bengong; dikasih bahan aktif lalu
diminta bikin formula sediaan, masih toleh-toleh; dikasih data struktur kimia
lalu disuruh menjelaskan aktivitasnya, masih diam tak berkutik; ditanya pasien
di klinik tentang cara obat bekerja, hanya bisa berkata sekedarnya; diminta
memaparkan tentang sistem kesehatan nasional negeri sendiri, masih browsing
dari blog orang...
Intinya, merasa belum bisa apa-apa...
Proposal skripsi? Hoo jangan ditanya. Dari bab 1 ke bab 2
saja susah bergeraknya.
Itukah orang semester tujuh? *nb : disebut ‘orang’ karena
terlalu ngeri kalau disebut ‘mahasiswa’ hehe*
*mulai mewek*
Yaah, memang orang ini ndak seberapa pinter dilihat dari
sudut manapun. Indeks kumulatif ndak seperti ‘mereka’. Dijelasin dosen saat
kuliah ndak bisa langsung ngerti. Juga ndak rajin-rajin amat. Kuliah jam tujuh
pagi sering telat. Ngerjakan tugas nunggu mood. Belajarnya kebut semalam.
Itukah orang semester tujuh?
Kadang dia malu mengakui semua ini. Kadang ia jengah dengan
tugas-tugas yang menumpuk. Kadang ia malu sekali mengeluh.
Kadang dia bertanya pada bayangan diri :
Mana semangatnya?
Mana keterburu-buruannya untuk menjadi nation’s
expert-on-medicine?
Mana keingintahuan yang dulu menuntut harus selalu
dipuaskan?
Mana jerawatnya yang kemarin keliatan menonjol banget?
*Abaikan*
Tulisan warna merah ukuran font 48 “JANGAN BAHAYAKAN NYAWA
PASIENMU HANYA KARENA KAMU MALAS BELAJAR” yang sejak maba menempel di pintu
kamar sekarang sudah luntur menjadi pink.
Sajak dari mahzab Imam Syafi’i di tembok kamar sudah
berdebu.
Kutipan ayat-ayat Al-Quran penyemangat sudah tak lagi
tercatat di meja belajar.
*hening sejenak*
Tiba-tiba teringat salah satu tulisan yang dulu dia buat
saat masih semester tiga : aku tidak sibuk, hanya berusaha agar useless time ku
berkurang, biar nanti kalau sudah waktunya mempertanggungjawabkan waktuku, aku
tidak lagi bingung mencari alasan yang tidak pasti.
Itu tulisan yang dia buat untuk menjawab protes dari
sekelilingnya sebagai pembelaan atas pemforsiran dirinya.
Perhatikan motivasi sederhana itu : biar nanti kalau sudah
waktunya mempertanggungjawabkan waktuku, aku tidak lagi bingung mencari alasan
yang tidak pasti. Subhanallah. Wah ternyata dia keren banget gitu ya waktu
semester tiga. *Apasih*
Nah, sekarang seharusnya bisa lebih dari itu.
Tidak cukup hanya sesederhana itu.
Dia seharusnya lebih punya alasan untuk ber-ajtahidu fauqa
mustawal akhar. Secepat mungkin dia harus mengembalikan semangat dan kemauan
kerasnya. Sesegera mungkin dia harus memastikan bahwa dia bisa menguasai seluruh
hal yang akan menjadikannya seorang farmasis besar, researcher besar.
Dia harus menyadari, bahwa belajarnya itu bukan hanya untuk
dirinya sendiri. Bukan hanya untuk meraih nilai A di transkrip. Bukan hanya
untuk menghindari marah-marahnya dosen wali waktu krs-an..
Tapi untuk yang akan merasakan manfaat dari keilmuannya
kelak.
Tak cukupkah itu untuk membuat semangatnya kembali?
Seharusnya cukup. Apalagi ditambah dengan bayangan ibunya
yang akhir-akhir ini sering berangan-angan tentang hari wisuda yang akan
dihadirinya tahun depan, dan melihat dia memakai baju wisuda yang mungkin
terlihat kebesaran tapi tetap membuat bangga.
Jadi solusi untuk masalah tersebut adalah :
Semangat! Dan harus yakin kalau kamu bisa! Allah melihat dan
tidak akan menyia-nyiakan setiap milidetik usahamu.
Atau langkah konkrit terdekatnya : segera selesaikan
proposal skripsi, baca buku kimia medisinal, baca farmakoterapi dipiro,
kerjakan tugas farmas dan laporan praktikum kimed. Plus rajin sholat, rajin
puasa, rajin ngaji.
Semangatlah! Singkirkan segala yang mengganggu fokusmu.
Tinggal sedikit lagi kok. Semangat! Biar jadi Apoteker. Biar jadi Researcher. Biar
jadi Nobel-Prizer. Biar jadi Menteri. Biar jadi apapun yang pernah diimpikan.
Dan biar termasuk golongan orang yang ditinggikan derajatnya
oleh Allah. Aamin.. :’)
*ngelap air yang tiba-tiba mengalir di pipi* *abaikan*