Friday, December 19, 2014

Published 11:35 AM by with 0 comment

Macam-Macam Pasien



Selama menjalani praktek kerja profesi di puskesmas, apotek, dan magang  di klinik, sudah banyak pasien yang saya hadapi. Namanya juga sedang belajar, jadi waktu melayani kadang benar, kadang setengah benar – pokoknya nggak fatal-fatal amat lah ya. Haha. Dulu kalau habis jaga klinik pas jaman-jaman S1, waktu perjalanan pulang saya selalu berdoa, Ya Allah, selamatkanlah pasien-pasien tadi. Kalau saya salah menyampaikan informasi, tolong beri tau yang benar pada mereka sebelum terjadi sesuatu.

Dan melalui pengalaman pelayanan itu, saya menemukan bermacam-macam pasien. Berikut contohnya.

Pasien standar
Di klinik...
C : Bu, ini obatnya ada tiga. Ini namanya X, gunanya untuk menurunkan tekanan darah. Diminum tiga puluh menit sebelum makan bla bla bla bla bla......
P : Oh iya iya.
C : Ada yang kurang jelas, Bu?
P : Nggak, sudah.
C : ada obat lain yang diminum di rumah, Bu?
P : Nggak. (padahal ada, tapi males mengingat-ingat)
C : Ya sudah. Obatnya diminum teratur. Dikurangi makan yang asin-asin. Jangan lupa kontrol kembali tanggal sekian ya, Bu... (kemudian closing)
P : makasih ya, mbak.
C : sama-sama.(cukup senang karena konselingnya lengkap)

Pasien cuek
Di puskesmas...
C : Bu, ini obatnya ada tiga. Ini namanya X, gunanya untuk menurunkan tekanan darah. Diminum tiga puluh menit sebelum makan bla bla bla bla bla......
P : Hm.
C : Ada yang kurang jelas, Bu?
P : (menggeleng, lalu meraih obat, buru-buru memasukkan ke kantong) makasih, mbak.
C : (lemes) terima kasih, Bu. Semoga cepat membaik. (merasa kena karma, kebanyakan nyuekin orang)

Pasien tanggap
Di klinik...
C : Bu, ini obatnya ada tiga.
P : Lho kok tiga? Biasanya dua.
C : (melihat rekam medik) oh iya biasanya dua. Sekarang dikasih tiga. Ini yang dua obat untuk menurunkan tekanan darah, jadi dikombinasi, Bu, untuk meningkatkan efeknya.
P : Oh gitu ya, mbak.
C : Iya, karena ibu tekanan darahnya belum normal ketika diberi satu macam obat saja. Makanya ini nanti diminum yang teratur bla bla bla bla bla.
P : Oh ya ya ya ya ya. (banyak amat ‘ya’ nya)
C : Ada yang kurang jelas, Bu?
P : Trus saya kembali ke sini waktu obatnya habis ya?
C : Kalau bisa sebelum obatnya benar-benar habis, Bu.
P : Oh ya ya ya ya ya. Makasih ya, mbaaaaak.
C : Iya Bu, sama-sama. Semoga cepat membaik.

Pasien bandel
Di klinik...
C : (lihat rekam medik) Pak, gula darahnya jelek lho, Pak. Minggu kemarin sudah turun, kok sekarang naik lagi? Bapak makannya nggak dijaga ya?
P : Hehehe, ya gimana ya mbak. Akhir-akhir ini saya suka ditraktir minum es sama teman saya.
C : (melototin paknya) Selain itu suka makan apa lagi, Pak?
P : Apa ya, kayaknya memang banyak makan nih mbak saya. Hehehe.
C : Trus tadi dokternya bilang apa?
P : Yaa hati-hati makannya, jangan yang manis-manis. Sama olahraga teratur.
C : Obatnya yang kemarin sudah habis?
P : Hmm, sudah.
C : Sudah apa sudah?
P : Hehe, masih ada sih mbak, saya malas minum obat.
C : (Ngasih ceramah ke paknya) Dihabiskan lho ya, Pak, obatnya! Diminum yang teratur. Minum es boleh, tapi yang nggak manis. Oke, Pak? Minggu depan kontrol lagi, gula darahnya harus sudah turun!

Pasien urgent
Di apotek...
P : Mbak, obat diare, mbak!!
C : (lagi asik nonton Aisyah Putri) Eeeh, iya, Bu. (mengambil beberapa produk obat diare) Kenapa diarenya? Sudah berapa kali buang air besar?
P : Masuk angin kayaknya. Haduh mules nih, mbak.
C : (panik) Nih, Bu. Yang ini saja. Segera diminum dua tablet, Bu.
P : Makasih, mbak. Saya pulang dulu, sudah nggak tahan. (berlari pulang, rumahnya dekat apotek)
C : (bengong)

Pasien sotoy
Di apotek...
P : mbak, saya butuh obat batuk.
C : (lagi makan stik bawang) Berdahak atau tidak, Pak? Krauk krauk.
P : Berdahak, tenggorokan saya gatal.
C : Krauk krauk (masih makan sambil mengambil satu produk obat batuk) ini sepertinya cocok, Pak.
P : Nah iya ini maksud saya!
C : (maksud saya apaan, Pak?)
P : Ehmm, sama itu, mbak, antibiotik X.
C : KRAUUK (sebal sekali sama orang yang minta antibiotik seenaknya) memangnya Bapak batuknya sudah berapa lama?
P : Barusan aja, mbak. Kena asap rokok ini tadi barusan.
C : Nah, kan batuknya karena alergi asap, bukan karena bakteri, jadi nggak perlu antibiotik, Pak.
P : Nggak nggak, harus antibiotik ini. Biar cepet sembuh.
C : (mendelik sambil menelan stik bawang) Tidak semua batuk perlu antibiotik, Pak. (sok galak tapi gagal)
P : Antibiotik aja lah, mbak.
C : (menghilang di balik lemari, membiarkan pegawai apotek yang menangani bapak itu, dan pada akhirnya miris melihat antibiotik diserahkan) KRAUK KRAUK KRAUK. Memang yang apoteker siapa, Pak? Yang paham obat siapa? (marah-marah sendiri).

Pasien banyak nanya
Di apotek...
P : Mbak, aku belum pernah pakai krim jerawat sebelumnya. Kira-kira alergi nggak ya mbak?
C : Gini, nanti kamu coba oleskan dulu krimnya di pergelangan tangan. Jangan dipakai di wajah dulu. Coba diliat efeknya satu hari kemudian, ada kemerahan, panas, gatal atau tidak. Kalau ada berarti alergi.
P : Oh oke, mbak. Oya, kan ada kapsul buat jerawat juga nih mbak. Saya perlu pakai juga nggak ya?
C : (menunjukkan kapsul jerawat) yang ini?
P : Iya. Di tv katanya manjur banget lho mbak.
C : Hemm, kalau kamu mau coba, silakan. Sepertinya tidak apa-apa.
P : Mbak tau gimana cara kerjanya obat ini?
C : (garuk-garuk kepala) ini termasuk jamu, cara kerjanya bagaimana belum diketahui pasti, yang sudah jelas adalah efek mengurangi jerawatnya. Nanti coba saya carikan informasi lagi, ya.
P : (terlihat bingung)
C : (sudah, please, sudah cukup. Pulang sanaaa.)

Pasien curhat
Di puskesmas...
C : Bu, sudah pernah pakai salep mata sebelumnya?
P : Belum, mbak.
C : (menjelaskan sambil memperagakan cara pakai salep mata)
P : Wah susah ya, mbak. Saya takut nggak bisa pakai di rumah. Yuk, mbak ikut saya pulang aja.
C : -__-‘’ (dalam hati : sediakan makanan yang banyak lho, Bu) Mau dicoba dulu sekarang salep matanya?
P : Nggak deh, mbak. Eh, mbak praktek di sini sampai kapan?
C : Sampai minggu depan, Bu.
P : Ooh, kurang seminggu ya. Kemarin di sekolah tempat ibu ngajar, ada mahasiswa praktek juga mbak. Kayaknya dari universitas mbak. Beda-beda jurusan gitu.
C : Hmm, mahasiswa KKN ya, Bu?
P : Iya mungkin ya. Anak-anak senang sekali sama mereka, mbak. Ibu juga senang ada yang bantu ngajar bla bla bla bla bla.
C : (angguk-angguk, senyum-senyum)
Sepuluh menit berlalu. Tiba-tiba antrian pasien sudah panjang.

Begitulah. Masih banyak jenis pasien lain. Ada yang baik, penurut, ramah. Ada juga yang susah dibilangin. Macam-macam lah ya. Semua memberikan tantangan tersendiri buat apoteker di bidang pelayanan. And somehow, rasanya senang sekali bisa bertemu dan berbicara dengan orang banyak... :)
      edit

0 komentar:

Post a Comment

yuuk komen yuuk . . .