Jadi begini ceritanya...
Skripsiku berada di bawah payung
penelitian mengenai yogurt dan pasta tomat. Bahan-bahan makanan yang tidak
asing, kan? Nah, aku kebagian menguji aktivitas antijamur kedua bahan itu baik
dalam bentuk tunggal maupun kombinasinya. Buat yang terbiasa dengan bidang
mikrobiologi, sekilas penelitian ini terlihat biasa-biasa saja. Aku pun juga
awalnya mengira ‘ah, tinggal campur-campur yogurt sama tomat, diuji dengan
metode biasanya jadi deh’, TAPI TERNYATA... *maaf intonasi naik*
Sebenarnya sejak pertama kali
berkunjung ke laboratorium mikrobiologi punya departemen Kimia Farmasi, Fakultas
Farmasi tercinta, aku sudah jatuh cinta. Sejak dulu aku bermimpi jadi peneliti,
dan lab yang ada di bayanganku ya lab yang seperti mikrobiologi itu. Makanya
begitu memilih skripsi di sana, aku super semangat, namun segalanya berubah
setelah... satu bulan... dua bulan... tiga bulan tidak mendapatkan data apapun.
Apa masalahnya?
Bersama pembimbing-pembimbing
yang expertise-nya di bidang analisis
mikrobiologi, aku mencoba segala cara, mulai dari yang masuk akal hingga paling
nggak masuk akal – yang nggak masuk akal inisiatifku sendiri sih. Hehehe.
Bayangkan saja, tiga bulan ngelab terus di sela-sela kuliah semester delapan.
Semua anak farmasi yang skripsinya eksperimental merasakan hal yang sama.
Rasanya lab yang awalnya terang perlahan-lahan jadi suram, padahal lampunya
masih nyala.
Sempat sedih, gundah gulana dan
sejenisnya waktu ngelihat teman-teman yang uji antibakteri begitu enaknya bisa
dapet data dengan satu metode, sementara aku terus menemui kegagalan. Mungkin
ini ujian biar aku ‘naik kelas’ lebih tinggi daripada yang lain. Mungkin juga
semacam terapi agar mentalku lebih kuat waktu jadi peneliti yang sebenarnya
nanti. Aku mencoba berpikir positif dan memohon kekuatan pada Allah. Untungnya,
masih bisa bersyukur kalau ngelihat teman-teman kelompok sebelah yang harus
bekerja keras dua kali lebih berat daripada aku untuk penelitiannya. Keinginan
untuk menyerah itu selalu menggoda, tapi kalau dilogika, tidak ada celah untuk
menyerah. Ini harus diselesaikan! This is my first tribute to be researcher!
Mungkin aku satu-satunya peneliti
amatir di dunia ini yang dikit-dikit berpuisi galau di tengah penelitiannya,
yang dikit-dikit berbisik ‘semangat ya probiotik, kamu pasti bisa melawan jamur
jahat’, dan berdoa ‘Ya Allah, kuatkan probiotikku dalam melawan jamur, Ya
Allah...”
Orang yang paham kelakuanku itu
hanya bisa berkeringat sejagung di kening kiri atau mengirimkan emoticon
-____-‘’ kepadaku.
Entah bagaimana menjelaskannya,
pokoknya aku sudah tak tau apa lagi yang harus aku lakukan selain mencoba dan
terus mencoba. Jika Edison gagal 99 kali dan percobaannya yang ke-100 membuat
hasil penelitiannya berguna sepanjang masa, tidak mungkin Allah tidak
memberikan akhir sejenis itu sebagai jawaban atas percobaanku. Begitu pikirku.
Di akhir bulan ketiga penelitian,
ketika tabung reaksi sudah banyak yang pecah dan kulkas tempat menyimpan sampel
overload, dosen-dosen pembimbingku
memberikan secercah harapan. Aku dituntun hingga akhirnya ganti metode dan
dapat membuktikan bahwa yogurt yang aku buat punya aktivitas antijamur. Eureka!
Selanjutnya pasta tomat terbukti tidak punya aktivitas antijamur. Waktu untuk
ngelab tinggal satu bulan lagi dan akhirnya inilah awal dari kebangkitan
skripsiku.
Di akhir bulan kelima ternyata
aku menemukan data yang lebih berharga daripada yang tertulis di tujuan
penelitianku. Aku menemukan mekanisme! Aku membuktikannya sendiri. Aku bisa
menjelaskan bagaimana yogurt dan pasta tomat bisa menghambat jamur patogen.
Sejauh ini teman-teman skripsi tidak ada yang melakukannya. Untuk menjelaskan banyak
hal mengenai data penelitian, mereka hanya mengambil dari pustaka. Subhanallah.
Rasanya bunga-bunga jatuh dari langit di sekelilingku.
Bagian yang mengharukan
selanjutnya adalah sidang skripsi.
Berawal dari buru-buru bikin
naskah, ngumpulin di departemen, hingga akhirnya namaku terpampang di jadwal
sidang skripsi...
Masyaallah, skripsi di departemen
ini memang penuh kejutan. Aku sidang hari pertama jam pertama pada putaran
sidang minggu ini. Antara panik, cemas dan antusias, aku nggak doyan makan dan
nggak bisa tidur sejak tiga hari sebelumnya. Tapi kok ya masih sempat-sempatnya
ngasih makan rusa di kebun bibit. Hahaha.
Kalau ketemu teman yang ngasih
semangat, aku menyahut dengan yakin, “aku akan segera menyusul kemerdekaan
Indonesia!”, karena sidangnya satu hari setelah hari kemerdekaan.
Kegiatan menjelang sidang : makanin kijang |
Dan ketika hari H tiba, dengan
berbekal doa dari mama, om, tante, kakek, nenek, dan teman-teman yang heboh
mengumumkan jadwal sidang di grup whatsapp, akhirnya aku berdiri juga di
hadapan dosen pembimbing dan penguji. Satu dosen Kimia Organik, satu dosen
Kimia Medisinal dan dua dosen Analisis Farmasi bagian Mikrobiologi. Mungkin
untuk menceritakan bagaimana sidangnya akan butuh bab tersendiri. Intinya, aku down waktu dosen penguji pertama
bertanya. Inilah sebab utama aku nangis bombay waktu keluar dari ruang sidang.
Lebay? Biarin. Hahaha.
“Lha mbokkiro drama korea pake nangis-nangis?” komentar Fuad yang hobi
nonton drama korea.
Hmmm -___-
Gara-gara ini juga, aku nggak mau
foto sama dosen. Jadi sekarang cuma aku yang nggak punya foto sama dosen
setelah sidang skripsi.
Bagaimanapun aku lega. Nangisnya
berlanjut setelah diumumkan lulus, tapi jadi nangis lega, dan langsung nyengir
lebar waktu diajak foto sama teman-teman.
foto pasca-nangis dengan teman-teman tercintah |
Terima kasih, Ya Allah, sudah
membawaku melalui semua ini. Terima kasih Engkau mendengar doa mamaku. Terima
kasih Engkau memberikan dosen pembimbing paling keren sedunia. Terima kasih
Engkau memberikan teman-teman yang setia mendukung. Aku terharu... :’) *nangis
lagi*
Dua hari setelah sidang, sang
dosen pembimbing mencari-cariku dan menagih revisian. Ah, ternyata skripsi
belum sepenuhnya berakhir.
RIP naskah skripsi |
0 komentar:
Post a Comment
yuuk komen yuuk . . .