Wednesday, August 27, 2014

Published 9:46 PM by with 0 comment

Cerita Skripsi

Sebenarnya pada tahap ini, aku sudah muak mendengar kata skripsi, apalagi menuliskannya. Hahaha. Tapi bagaimanapun tetap pengen cerita.

Jadi begini ceritanya...

Skripsiku berada di bawah payung penelitian mengenai yogurt dan pasta tomat. Bahan-bahan makanan yang tidak asing, kan? Nah, aku kebagian menguji aktivitas antijamur kedua bahan itu baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasinya. Buat yang terbiasa dengan bidang mikrobiologi, sekilas penelitian ini terlihat biasa-biasa saja. Aku pun juga awalnya mengira ‘ah, tinggal campur-campur yogurt sama tomat, diuji dengan metode biasanya jadi deh’, TAPI TERNYATA... *maaf intonasi naik*

Sebenarnya sejak pertama kali berkunjung ke laboratorium mikrobiologi punya departemen Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi tercinta, aku sudah jatuh cinta. Sejak dulu aku bermimpi jadi peneliti, dan lab yang ada di bayanganku ya lab yang seperti mikrobiologi itu. Makanya begitu memilih skripsi di sana, aku super semangat, namun segalanya berubah setelah... satu bulan... dua bulan... tiga bulan tidak mendapatkan data apapun.
Pertama kali ke lab mikro bersama Regu Macan
Apa masalahnya?

Bersama pembimbing-pembimbing yang expertise-nya di bidang analisis mikrobiologi, aku mencoba segala cara, mulai dari yang masuk akal hingga paling nggak masuk akal – yang nggak masuk akal inisiatifku sendiri sih. Hehehe. Bayangkan saja, tiga bulan ngelab terus di sela-sela kuliah semester delapan. Semua anak farmasi yang skripsinya eksperimental merasakan hal yang sama. Rasanya lab yang awalnya terang perlahan-lahan jadi suram, padahal lampunya masih nyala.

Sempat sedih, gundah gulana dan sejenisnya waktu ngelihat teman-teman yang uji antibakteri begitu enaknya bisa dapet data dengan satu metode, sementara aku terus menemui kegagalan. Mungkin ini ujian biar aku ‘naik kelas’ lebih tinggi daripada yang lain. Mungkin juga semacam terapi agar mentalku lebih kuat waktu jadi peneliti yang sebenarnya nanti. Aku mencoba berpikir positif dan memohon kekuatan pada Allah. Untungnya, masih bisa bersyukur kalau ngelihat teman-teman kelompok sebelah yang harus bekerja keras dua kali lebih berat daripada aku untuk penelitiannya. Keinginan untuk menyerah itu selalu menggoda, tapi kalau dilogika, tidak ada celah untuk menyerah. Ini harus diselesaikan! This is my first tribute to be researcher!

Mungkin aku satu-satunya peneliti amatir di dunia ini yang dikit-dikit berpuisi galau di tengah penelitiannya, yang dikit-dikit berbisik ‘semangat ya probiotik, kamu pasti bisa melawan jamur jahat’, dan berdoa ‘Ya Allah, kuatkan probiotikku dalam melawan jamur, Ya Allah...”

Orang yang paham kelakuanku itu hanya bisa berkeringat sejagung di kening kiri atau mengirimkan emoticon -____-‘’ kepadaku.

Entah bagaimana menjelaskannya, pokoknya aku sudah tak tau apa lagi yang harus aku lakukan selain mencoba dan terus mencoba. Jika Edison gagal 99 kali dan percobaannya yang ke-100 membuat hasil penelitiannya berguna sepanjang masa, tidak mungkin Allah tidak memberikan akhir sejenis itu sebagai jawaban atas percobaanku. Begitu pikirku.

Di akhir bulan ketiga penelitian, ketika tabung reaksi sudah banyak yang pecah dan kulkas tempat menyimpan sampel overload, dosen-dosen pembimbingku memberikan secercah harapan. Aku dituntun hingga akhirnya ganti metode dan dapat membuktikan bahwa yogurt yang aku buat punya aktivitas antijamur. Eureka! Selanjutnya pasta tomat terbukti tidak punya aktivitas antijamur. Waktu untuk ngelab tinggal satu bulan lagi dan akhirnya inilah awal dari kebangkitan skripsiku.

Di akhir bulan kelima ternyata aku menemukan data yang lebih berharga daripada yang tertulis di tujuan penelitianku. Aku menemukan mekanisme! Aku membuktikannya sendiri. Aku bisa menjelaskan bagaimana yogurt dan pasta tomat bisa menghambat jamur patogen. Sejauh ini teman-teman skripsi tidak ada yang melakukannya. Untuk menjelaskan banyak hal mengenai data penelitian, mereka hanya mengambil dari pustaka. Subhanallah. Rasanya bunga-bunga jatuh dari langit di sekelilingku.

Bagian yang mengharukan selanjutnya adalah sidang skripsi.

Berawal dari buru-buru bikin naskah, ngumpulin di departemen, hingga akhirnya namaku terpampang di jadwal sidang skripsi...
The Only One on Monday Morning

Masyaallah, skripsi di departemen ini memang penuh kejutan. Aku sidang hari pertama jam pertama pada putaran sidang minggu ini. Antara panik, cemas dan antusias, aku nggak doyan makan dan nggak bisa tidur sejak tiga hari sebelumnya. Tapi kok ya masih sempat-sempatnya ngasih makan rusa di kebun bibit. Hahaha.
Kalau ketemu teman yang ngasih semangat, aku menyahut dengan yakin, “aku akan segera menyusul kemerdekaan Indonesia!”, karena sidangnya satu hari setelah hari kemerdekaan.

Kegiatan menjelang sidang : makanin kijang
Dan ketika hari H tiba, dengan berbekal doa dari mama, om, tante, kakek, nenek, dan teman-teman yang heboh mengumumkan jadwal sidang di grup whatsapp, akhirnya aku berdiri juga di hadapan dosen pembimbing dan penguji. Satu dosen Kimia Organik, satu dosen Kimia Medisinal dan dua dosen Analisis Farmasi bagian Mikrobiologi. Mungkin untuk menceritakan bagaimana sidangnya akan butuh bab tersendiri. Intinya, aku down waktu dosen penguji pertama bertanya. Inilah sebab utama aku nangis bombay waktu keluar dari ruang sidang. Lebay? Biarin. Hahaha.
Showtime! "Bunuh hayati di rawa-rawa, Bang..."
“Lha mbokkiro drama korea pake nangis-nangis?” komentar Fuad yang hobi nonton drama korea.

Hmmm -___-

Gara-gara ini juga, aku nggak mau foto sama dosen. Jadi sekarang cuma aku yang nggak punya foto sama dosen setelah sidang skripsi.

Bagaimanapun aku lega. Nangisnya berlanjut setelah diumumkan lulus, tapi jadi nangis lega, dan langsung nyengir lebar waktu diajak foto sama teman-teman.
foto pasca-nangis dengan teman-teman tercintah
best partner in universe : IZZA :')
Terima kasih, Ya Allah, sudah membawaku melalui semua ini. Terima kasih Engkau mendengar doa mamaku. Terima kasih Engkau memberikan dosen pembimbing paling keren sedunia. Terima kasih Engkau memberikan teman-teman yang setia mendukung. Aku terharu... :’) *nangis lagi*

Dua hari setelah sidang, sang dosen pembimbing mencari-cariku dan menagih revisian. Ah, ternyata skripsi belum sepenuhnya berakhir.

RIP naskah skripsi

      edit

0 komentar:

Post a Comment

yuuk komen yuuk . . .