Matahari tidak akan mendapatkan bulan.
Jika menginginkan bulan, ia harus menjadi bumi, yang selalu berjalan beriringan
dengannya, mendekat dan menjauh secara teratur pada tiap perputarannya namun
tak pernah terlalu jauh hingga merasa terpisahkan. Bumi selalu bisa melihat
wajah bulan. Ia tahu dimana bulan bersembunyi dan di sisi mana bulan akan menampakkan
diri malam ini.
Atau mungkin bisa juga menjadi venus,
yang tampak jauh tapi akan selalu berada di sisi bulan. Setidaknya ia akan
berpapasan lebih dekat dengan bulan di fajar dan senja. Ia memiliki waktu yang
istimewa untuk menyapa bulan. Dan ketika bulan pergi, ia tidak akan menangis
karena esok akan bertemu lagi.
Sekurang-kurangnya ia bisa
menjadi bintang-bintang yang berpendar di sekitar bulan. Mungkin ia tak akan
berarti apa-apa bagi bulan, namun mereka adalah penghuni tetap di langit malam.
Manusia akan memandang mereka bersamaan. Jika tidak ada bintang-bintang,
manusia akan bertanya kepada bulan. Jika tidak ada bulan, manusia akan bertanya
kepada bintang-bintang. Bagi manusia, mereka ditakdirkan bersama dan saling
melengkapi.
Namun matahari tetaplah matahari,
bintang terbesar di bimasakti. Ia tidak akan mendapatkan bulan meskipun ia
begitu menginginkannya. Matahari pun mengalah. Cukup baginya membiarkan bulan
beriringan dengan bumi, berpapasan dengan venus dan berdampingan dengan
bintang-bintang lain. Matahari tetap merentangkan cahayanya untuk bulan,
menjaganya agar tetap anggun di kegelapan malam. Memang ia tidak akan
mendapatkan bulan, namun ia bahagia bisa melihat bulan memantulkan cahayanya
untuk semesta.
sumber : google search |
0 komentar:
Post a Comment
yuuk komen yuuk . . .