Pernah merasakan separuh jiwamu
pergi? Atau hidupmu terasa runtuh? Atau pernah merasa terhempas angin beliung?
*Kok alay banget ya?*
Memang se-alay itu gambarannya
ketika harddisk internalku rusak dan datanya tidak bisa diselamatkan :’(
Ceritanya waktu itu H-2 sidang
farmasi komunitas. Tiba-tiba laptop ngambek ketika akan dipakai nonton slide
kuliah untuk belajar. Saat itu kepala sudah mau pecah akibat dijejali materi
undang-undang, dinkes, bpom, apotek segala macem. Kurang sedikit saja sudah
keluar asap mungkin. Lalu ditambah bingung dengan laptop yang tidak sudi
menyala. Waktu dicek ternyata harddisknya yang kena. Aku hanya bisa mengurut
kening dan dahi. Kalau lagi nggak hectic nyiapin sidang, mungkin aku sudah
menangis sejadi-jadinya. Untung otaknya sedang terpapar kepanikan khas H-2
sidang. Air mata buaya dikalah-kalahin dah.
Keesokan harinya mas-mas yang
nyervis laptop mengabarkan kalau datanya tidak bisa diselamatkan. Apakah
sekarang boleh menangis?
Bayangkan. Itu isinya data selama
4 tahun. Materi kuliah, skripsi, foto, film, lagu, tulisan. Yang paling bikin
nangis adalah tulisan-tulisanku berbagai genre selama bertahun-tahun, yang
mungkin jumlahnya sudah beribu-ribu halaman. Bahkan ada satu file yang jadi
legend project-ku yang sudah hampir dua ratus halaman. Semua tulisan itu tidak
semuanya terpublish di blog, dan kesalahan paling fatal adalah tidak
membackupnya sama sekali. Apalah guna harddisk eksternal satu tera dan
dropboxmu itu, Chyntia???
Belum lagi foto-foto. Tapi kalau
itu sih masih bisa minta teman-teman. Setidaknya kalau rajin mengumpulkan pasti
dapat banyak lagi lah, toh mereka masih ada di sekitar, nggak jauh-jauh.
Kalau materi kuliah dan
kerjaan-kerjaan macam skripsi terbackup dengan aman di beberapa tempat. Sok
dianggep penting gitu ceritanya.
Begitulah rasanya separuh jiwaku
pergi. Memang harddisknya sudah diganti yang baru, alhamdulillah pas ada
rejeki, bisa langsung ganti, tapi tetep aja rasanya... hampir seluruh
inspirasiku kandas bersama harddisk yang rusak itu.
Kemudian dalam rangka berusaha
ikhlas, aku merenungi rusaknya si harddisk ini. Mungkin ini sudah waktunya move
on. Move on dari kenangan-kenangan yang beseliweran. Move on dari bekas-bekas
kegalauan yang masih saja diabadikan di laptop dan sesekali dilirik. Yah,
mungkin begitu maksud Allah, agar aku benar-benar melaju ke depan. Agar aku
melahirkan tulisan-tulisan baru yang lebih bermakna. Yah, mungkin begitu...
Dan memang sekarang momen yang
pas untuk memulai lembaran baru. No flashback.
Tapi sebagai ‘tukang ngeyel’
sejati, aku akan berusaha memperbaiki harddisk penuh makna tersebut. Setelah
berkunjung ke rumah Yeyek, aku mendapat pencerahan untuk mencari tempat servis
yang bisa menyelamatkan data-data super berharga itu. Semangat, tukang ngeyel!
Semoga datanya kembali dengan selamat. *Wah batal move on dong*
0 komentar:
Post a Comment
yuuk komen yuuk . . .