Tuesday, February 3, 2015

Published 10:15 AM by with 0 comment

No Flashback - Ketika Harddisk Rusak



Pernah merasakan separuh jiwamu pergi? Atau hidupmu terasa runtuh? Atau pernah merasa terhempas angin beliung? *Kok alay banget ya?*

Memang se-alay itu gambarannya ketika harddisk internalku rusak dan datanya tidak bisa diselamatkan :’(
Ceritanya waktu itu H-2 sidang farmasi komunitas. Tiba-tiba laptop ngambek ketika akan dipakai nonton slide kuliah untuk belajar. Saat itu kepala sudah mau pecah akibat dijejali materi undang-undang, dinkes, bpom, apotek segala macem. Kurang sedikit saja sudah keluar asap mungkin. Lalu ditambah bingung dengan laptop yang tidak sudi menyala. Waktu dicek ternyata harddisknya yang kena. Aku hanya bisa mengurut kening dan dahi. Kalau lagi nggak hectic nyiapin sidang, mungkin aku sudah menangis sejadi-jadinya. Untung otaknya sedang terpapar kepanikan khas H-2 sidang. Air mata buaya dikalah-kalahin dah.

Keesokan harinya mas-mas yang nyervis laptop mengabarkan kalau datanya tidak bisa diselamatkan. Apakah sekarang boleh menangis?

Bayangkan. Itu isinya data selama 4 tahun. Materi kuliah, skripsi, foto, film, lagu, tulisan. Yang paling bikin nangis adalah tulisan-tulisanku berbagai genre selama bertahun-tahun, yang mungkin jumlahnya sudah beribu-ribu halaman. Bahkan ada satu file yang jadi legend project-ku yang sudah hampir dua ratus halaman. Semua tulisan itu tidak semuanya terpublish di blog, dan kesalahan paling fatal adalah tidak membackupnya sama sekali. Apalah guna harddisk eksternal satu tera dan dropboxmu itu, Chyntia???

Belum lagi foto-foto. Tapi kalau itu sih masih bisa minta teman-teman. Setidaknya kalau rajin mengumpulkan pasti dapat banyak lagi lah, toh mereka masih ada di sekitar, nggak jauh-jauh.

Kalau materi kuliah dan kerjaan-kerjaan macam skripsi terbackup dengan aman di beberapa tempat. Sok dianggep penting gitu ceritanya.

Begitulah rasanya separuh jiwaku pergi. Memang harddisknya sudah diganti yang baru, alhamdulillah pas ada rejeki, bisa langsung ganti, tapi tetep aja rasanya... hampir seluruh inspirasiku kandas bersama harddisk yang rusak itu.

Kemudian dalam rangka berusaha ikhlas, aku merenungi rusaknya si harddisk ini. Mungkin ini sudah waktunya move on. Move on dari kenangan-kenangan yang beseliweran. Move on dari bekas-bekas kegalauan yang masih saja diabadikan di laptop dan sesekali dilirik. Yah, mungkin begitu maksud Allah, agar aku benar-benar melaju ke depan. Agar aku melahirkan tulisan-tulisan baru yang lebih bermakna. Yah, mungkin begitu...

Dan memang sekarang momen yang pas untuk memulai lembaran baru. No flashback.

Tapi sebagai ‘tukang ngeyel’ sejati, aku akan berusaha memperbaiki harddisk penuh makna tersebut. Setelah berkunjung ke rumah Yeyek, aku mendapat pencerahan untuk mencari tempat servis yang bisa menyelamatkan data-data super berharga itu. Semangat, tukang ngeyel! Semoga datanya kembali dengan selamat. *Wah batal move on dong*
      edit

0 komentar:

Post a Comment

yuuk komen yuuk . . .