Yaah, setelah bertahun-tahun sekolah dan dua semester kuliah... ini pelajaran hidupnya : yang terpenting bukanlah seberapa banyak nilai A yang kita dapatkan, tapi seberapa besar perjuangan kita untuk mendapatkan A tersebut.
Yang penting ilmunya, bukan?
So what's the matter if we can't get A? None.
Kalopun nggak dapet A juga masih terlihat indah kalo kita bersyukur dan inget seberapa "soro"nya kita begadang dan me"lecek"kan diktat kita.
Seorang temen mengingatkan aku tentang betapa lelahnya pas kita belajar Kimia Fisik dulu.
Rasa lega karena udah memperjuangkannya dengan sekuat tenaga pun nggak ilang meskipun kita akhirnya dapet C dan D. Indaaah sekali.
Ada banyak cara untuk mendapatkan A, tapi kenapa kita memilih untuk mendapatkannya dengan cara seperti itu? (tanya pada rumput teki yang dimakan kambing)
Dan tentu saja, ada campur tangan Allah di dalamnya.
Sesuatu nggak akan menjadi mudah tanpa pertolongan dari-Nya. :)
Maka, ketika ngeliat nilai-nilai yang keluar di transkrip, entah baik atau buruk, cuma kata Alhamdulillah dan air mata yang rasanya bisa menggantikan semua lelah.
Dan sekarang tinggal gimana caranya meng-upgrade semangat untuk belajar lagi mengejar ketertinggalan nilai (baca : ujian perbaikan). Huufh.
Teringat kata dosen wali saya yang paling pengertian sedunia : "Mbak, kalau ada kemauan untuk memperbaiki, pasti Allah memudahkan jalannya. Semangat ya. UP nya masih lama, kan? 1 Agustus? Nah, masih ada waktu untuk berusaha lagi. Masa' kamu mau menyia-nyiakan kesempatan ini? Ayo yang semangat. Belajarnya lebih tekun lagi. Rajin sholat Tahajjud juga. Insyaallah dimudahkan."
Thanks, Maam. It means a lot for me #terharu:')
Semangaaat! dan sabaaaarr!
0 komentar:
Post a Comment
yuuk komen yuuk . . .