Anda harusnya tau, ketika saya mengulur-ulur kata, itu artinya saya sedang tidak ingin berbicara pada Anda, tetapi Anda terlalu takut untuk menjadi orang yang diam selagi saya meredakan emosi dan kekecewaan saya. Saya kecewa, bukan marah. Akhirnya saya tau betapa Anda sebenarnya tidak terlalu peduli. Kecewa.
***
Dear, you. Aku kira kamu akan dengan gentle menghampiri aku yang sedang berdiri di samping sahabatku, yang kalau matanya bertemu dengan matamu auranya berubah menjadi seperti ayam petarung. Nyatanya dia benar, kamu hanya hebat dengan kata-katamu. Not more. Selama beberapa waktu aku dan sahabatku hanya memandangi gerak-gerikmu dari jauh, mengira kamu akan mencari kesempatan dimana aku tak sengaja keluar dari balik punggung sahabatku. Nyatanya tidak. Dan kami tertawa-tawa.
***
Heh kamu. Iya, kamu yang dari dulu nggak pernah berubah, selalu konyol, out of the box, dan seringkali gagal menutupi perasaanmu. Jangan mudah percaya sama kata orang-orang. Mereka hanya ingin melihat ekspresi jealous-mu. Dan ketika itu berhasil, aku ikut tertawa puas sekali. Jangan mudah saltingout juga. Harusnya ketika mereka mengarahkan kamera ke kita, kamu bersikap normal saja (eh memang kapan kamu bisa bersikap normal? :p)
***
Sekarang Anda. Anda yang pernah membuat saya stuck pada beberapa kenangan. Seakan yang nyata adalah kemarin, bukan hari ini. Memang terlalu banyak yang mereka katakan tentang Anda. Anda pun memainkan kata-kata eksentrik dan cerdas ala Anda sendiri. Hati yang mudah terbolak-balik ini terkadang mencoba menemukan panjang gelombang yang pas ketika berhadapan dengan Anda. Ya sudahlah biarkan mengalir saja.
***
Yang ini buat kamu, sahabat yang sering bikin aku geleng-geleng kepala. Tau ndak, aku selalu ingin memiliki sifat-sifatmu. Cuek, seenak udel, berani, dan pantang menyerah. Seneng ya akhirnya bisa foto mesra dengan pujaan hati? Aku bayangin seharian ini kamu pasti tiduran sambil ngeliatin foto itu di display kameramu. Hahaha. Anyway, makasih bro sudah nggak terlalu frontal ngajak orang betengkar. Makasih untuk "kepura-puraan" kita ketika muncul di depannya, cukup kok untuk membuat dia geram dan aku lelah menahan tawa.
Read More
***
Dear, you. Aku kira kamu akan dengan gentle menghampiri aku yang sedang berdiri di samping sahabatku, yang kalau matanya bertemu dengan matamu auranya berubah menjadi seperti ayam petarung. Nyatanya dia benar, kamu hanya hebat dengan kata-katamu. Not more. Selama beberapa waktu aku dan sahabatku hanya memandangi gerak-gerikmu dari jauh, mengira kamu akan mencari kesempatan dimana aku tak sengaja keluar dari balik punggung sahabatku. Nyatanya tidak. Dan kami tertawa-tawa.
***
Heh kamu. Iya, kamu yang dari dulu nggak pernah berubah, selalu konyol, out of the box, dan seringkali gagal menutupi perasaanmu. Jangan mudah percaya sama kata orang-orang. Mereka hanya ingin melihat ekspresi jealous-mu. Dan ketika itu berhasil, aku ikut tertawa puas sekali. Jangan mudah salting
***
Sekarang Anda. Anda yang pernah membuat saya stuck pada beberapa kenangan. Seakan yang nyata adalah kemarin, bukan hari ini. Memang terlalu banyak yang mereka katakan tentang Anda. Anda pun memainkan kata-kata eksentrik dan cerdas ala Anda sendiri. Hati yang mudah terbolak-balik ini terkadang mencoba menemukan panjang gelombang yang pas ketika berhadapan dengan Anda. Ya sudahlah biarkan mengalir saja.
***
Yang ini buat kamu, sahabat yang sering bikin aku geleng-geleng kepala. Tau ndak, aku selalu ingin memiliki sifat-sifatmu. Cuek, seenak udel, berani, dan pantang menyerah. Seneng ya akhirnya bisa foto mesra dengan pujaan hati? Aku bayangin seharian ini kamu pasti tiduran sambil ngeliatin foto itu di display kameramu. Hahaha. Anyway, makasih bro sudah nggak terlalu frontal ngajak orang betengkar. Makasih untuk "kepura-puraan" kita ketika muncul di depannya, cukup kok untuk membuat dia geram dan aku lelah menahan tawa.