Sunday, September 1, 2013

Published 4:35 PM by with 0 comment

Renungan di Rantau

ISTANBUL DAY #22

Sebuah perantauan ke negeri orang selalu mengajarkan banyak hal. Tak hanya belajar tentang kefarmasian, di sini aku merasa dekat dengan Islam karena menyaksikan dengan mata kepala sendiri peninggalan kejayaan Islam di masa lalu. Hagia Sophia, Blue Mosque, Topkapi Palace, Panorama Museum, dan dinding benteng setinggi ratusan meter mengisahkan segala tentang Sultan Ahmed dan perjuangannya merebut Istanbul. Ketika aku memahami sejarah itu, aku semakin mencintai agamaku.

Dan satu lagi, aku belajar sesuatu yang berharga - sesuatu yang baru aku mengerti setelah 20 tahun hidup di Indonesia. Sesuatu yang awalnya aku anggap tak perlu dihiraukan tetapi beberapa waktu kemudian menggelegak ingin dihiraukan. Sesuatu yang benar-benar aku sadari ketika aku rindu tanah airku dan pertama kalinya aku menitikkan air mata ketika menyanyikan lagu ini...

Tanah airku tidak ku lupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanahku yang kucintai, engkau kuhargai

Mungkin ini yang disebut nasionalisme. Dan aku baru mempelajarinya ketika aku jauh dari negeriku.

Dua puluh tahun aku tinggal di Indonesia. Berbagai keluhan tentang carut-marut negeri itu kudengar setiap hari. Aku hampir saja membencinya.

Lalu aku meninggalkannya selama satu bulan. Aku selalu bisa menceritakan kepada mereka dengan bangga : negeriku sangat luas, memiliki ribuan pulau, ratusan juta penduduk, dan aku dilahirkan di sana. Dan mereka takjub dengannya.

Kini aku tak akan pernah berpikir untuk membencinya. Aku mencintainya.
      edit

0 komentar:

Post a Comment

yuuk komen yuuk . . .