Aku ingin menceritakan semuanya.
SEMUANYA! SEMUA tentang hidupku yang ajaib dan menakjubkan ini.
Masa KKN (Kuliah Kerja
Nyata.red)-ku iiiiindaaaah sekali :D Sulit menggambarkan betapa indahnya, tapi
aku ingin semua orang mengerti seindah apa itu.
Berawal dari pembagian kelompok
dan pindah-pindah kelompok yang cukup berprahara buat cewek imut ini (hehe),
akhirnya Allah memutuskan untuk menitipkan aku di desa Jrebeng, kecamatan
Wonomerto, Kabupaten Probolinggo bersama 9 orang lainnya. Begitu berangkat ke
tempat KKN sudah seneng banget rasanya. Aku sampai meloncat-loncat kegirangan,
“Let’s escape from Surabaya!!!” Iya, aku lagi jenuuuuh sekali dengan Surabaya dan
apa-apa yang terjadi di sekitarku saat itu. Meskipun membawa beban yang berasa
kayak batu pengganjal pintu kamarku, aku akhirnya pergi juga dari kota
kelahiran menuju tempat yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya.
Daan jadilah kami sebuah pasukan
yang tinggal di rumah keluarga Pak Imam yang baik hati. Segalanya berjalan
lurus dan sedikit meliuk-liuk, tapi apapun itu selalu bisa dimaklumi, kan kita berasal dari fakultas yang
berbeda-beda. Jaim-jaiman di awal itu biasa. Begitu masuk minggu kedua, mulai keliatan
aslinya semua. Sepuluh orang sableng itu adalah Faisal, Harris, mas Adi, Dinda,
Lintang, Dewi, Chikara, Tarina, Gracia, Chyntia. Yang disebutin terakhir itu
adalah korban tetap bully-an di kelompok, dan sepertinya adaa aja kasus aneh
yang menimpanya selama masa KKN. Hahaha.
Sementara yang lain masih suka
ngeluh-ngeluh kangen rumah, nggak betah dan sejenisnya, aku sudah feel homey banget. Suasananya enak sih,
seenak nasi jagungnya Bu Imam. Di depan rumah ada ladang jagung, di samping rumah
ada ayam, di belakang ada peternakan burung puyuh. Biyuuh, ini nih baru desa.
Aku sering ngeksis di dapur bersama Bu Imam kalau pas nggak ada kegiatan,
sementara yang lain asyik main game, tidur, dan lain-lain. Pokoknya aku harus
memanfaatkan masa-masa KKN ini sebaik-baiknya, melakukan hal-hal yang seru yang
nggak pernah aku lakukan di ‘kehidupan nyata’, begitu niatku.
Seiring berjalan waktu, kita
sudah berubah status menjadi keluarga kecil. Kita semakin berisik. Rumah
semakin berantakan. Baju kotor semakin menumpuk. Tawa dan canda tak
henti-henti. Masakan Bu Imam semakin enak. Dan kita melakukan semuanya bersama
sejak bangun tidur, buka puasa, sahur, sholat, ngaji, bikin mi, nonton film,
proker, hingga tidur lagi. Ooooh what a
life! Seiring berjalan waktu juga, mas Adi semakin pintar ngebully, aku
cuma bisa meringis dan teriak-teriak jengkel kalau dibully, Faisal semakin
sering bilang ‘kiiiitaaa?’ dengan nada menyebalkan, Harris semakin ahli masang
LCD buat nonton bareng dan menularkan kebiasaan buruk buang sampah di bawah
kursi, Tarina semakin malas mandi padahal dulunya rajin, Dinda sering bersih-bersih
rumah, Chikara masih terus saja nge-game, dan lain-lain, banyak sekali kalau
disebutkan semua. Aku juga semakin sering masak apapun yang bisa dimasak buat
mereka, sering juga menerima pesanan dari mereka. Bikin omelet, mie instan,
pancake, jamur crispy. Sudah macam warung saja. Aku yang pada dasarnya nggak
bisa diam ya seneng-seneng aja, bikin rusuh dapurnya Bu Imam.
Proker-proker kita berjalan
dengan penuh improvisasi di bawah komando pak ketua kita, Faisal, yang kalau
habis sahur sering bermetamorfosis menjadi Ijah yang rajin mencuci piring :p Di
sini poin penting yang bisa kita pelajari : improvisasi, yang kemudian diklaim
menjadi keahlian kita. Segala keterbatasan tidak akan membatasi kita mencapai
keberhasilan, bukan? x)
Oya, kelompok KKN Jrebeng ini
punya pasukan khusus beranggotakan anak-anak kecil yang tiap hari ikutan
nongkrong di rumah Bu Imam. Mereka ini meskipun kadang nakal, tapi berguna
banyak untuk kita. Yang kelas 6, adalah murid-muridku di sana. Tiap sore selalu
berisik nyariin kak Chyntia, minta diajarin ini itu. Bersama mereka, kita
belajar berbagi apapun yang bisa kita bagi. Mereka suka berbagi sepikan. Aku
dapet banyak sepikan keren dari mereka, kayak gini nih :
Ikan Hiu bergoyang-goyang. I love
you sayang.
Dulu delman, sekarang dokar. Dulu
teman, sekarang pacar.
Kak, daripada main hp, mending
main hatiku.
Dasar, anak-anak jaman sekarang
mainnya sepik-sepikan -__-
Pasukan anak-anak kecil ini bikin
kehidupan di rumah Bu Imam semakin berisik. Awalnya kakak-kakaknya (kami.red)
suka sebel sama mereka, tapi lama-lama jadi sayang juga. Sudah kayak adek-adek sendiri.
Di sana juga, aku merayakan ulang
tahun ke 20 paling berkesan di dunia. Waktu itu, kita lagi ada proker pembagian
baju bekas layak pakai di balai desa, trus tiba-tiba pasukan anak-anak kecil
dipimpin oleh pak ketua kita datang membawa kue tart dengan lilin angka 20. Ckckck,
how sweet that I could die. Tapi
angka 2-nya janggal, nggak ada sumbunya. Dan kemudian aku baru nyadar kalau itu
sebenarnya angka 5 yang dibalik. Tusuk giginya nemu pula. Benar-benar
improvisasi yang kreatif -__- Lalu ada lagi yang lebih heboh, keliling desa
naik mobil pickup sama anak-anak kecil itu sampai pasar. Mereka heboh
nyanyi-nyanyi dan ngelempar petasan. Sungguh, baru kali itu aku ngerasain naik
bak belakang pick up rame-rame malem-malem. Pulangnya, mereka nari Reog di
halaman rumah Pak Imam. Aku sempat jadi sasaran empuk colek-colekan krim kue
tart sampai lantai rumah lengket semua. Nggak cuma aku aja sih, semua ikutan
kena. Gara-gara itu aku langsung mandi deh malem-malem. Trus habis itu, pas
sudah mau bobok cantik, grup Kece datang, bawa kue tart juga. Kali ini angka 2
nya benar-benar angka 2.
Belum lagi acara jalan-jalannya!
Aku sempat motoran ke Sukapura, kecamatan yang paling dekat dengan gunung
Bromo. Awalnya mau sowan ke desanya mamah Anggi, tapi dimarahin nggak boleh
kesana karena jalannya bahaya. Eh tapi habis itu malah ke desanya Utari yang
jauh lebih menanjak lagi. Hehehe. Di sanalah aku dan Tarina menemukan jamur
kancing yang gede-gede dan enaaak (jadi laper). Trus kalau ke kota sih sudah beberapa
kali. Ke kantor BLH, ke Giant, ke alun-alun. Pernah juga ke pantai Bentar. Ke
Madakaripura sama grup Kece juga pernah. Trus terakhirnya kami sekelompok
jalan-jalan ke Penanjakan dan Madakaripura. Yeee :D *goyang-goyangkan tangan di
udara.
Dan masih banyak lagi cerita
selama KKN yang singkat itu. Di sana aku menemukan liburan, pengalaman,
keluarga baru. Eh iya, ada yang ngasih pantun gini : Dulu delman,
sekarang pesawat. Dulu teman, sekarang sahabat x) Iddiiih!
Desa itu berasa desaku sendiri.
Aku pasti merindukannya. Aku ingin mengunjunginya suatu saat nanti. Ketika
anak-anak bandel itu sudah besar. Ketika segala fasilitas di sana sudah semakin
baik. Ketika sungai tempat kami bermain masih sama indahnya seperti sekarang.
Semoga kelompok KKN berikutnya,
yang entah siapa, bisa merasakan kebahagiaan dan rasa diterima yang sama di
desa ini. Semoga yang kami lakukan untuk desa ini, meskipun sedikit, bisa jadi
stimulus perbaikan ke depannya. Semoga.
Terima kasih, KKN. Terima kasih,
Jrebeng. :)