Friday, August 9, 2013

Published 9:44 AM by with 0 comment

Skenario


Skenario Allah itu indah sekali..

Pernah menyadarinya? :)

Ia membiarkanku bermimpi sedari dulu, dan aku menyusunnya dengan penuh semangat hingga berderet-deret entah berapa. Aku selalu diajarkan untuk percaya, dan menjadi pemimpi paling handal yang pernah ada. Imajinasi liar berkonsiliasi denganku membentuk angan, lalu aku berserah. Dalam doaku selalu terjadi serah-terima angan-impian dengan-Nya. Kuletakkan di pangkuan-Nya, dan terkadang ku lupakan.

Waktu bertumbuh, semesta pun bergerak. Aku hanyalah sebutir partikel di antara semesta-Nya. Aku sadar itu. Aku juga sadar bahwa impianku begitu besar hingga sulit mengangkatnya dengan kedua tanganku; begitu tinggi hingga untuk melihatnya aku harus mendongak. Tangan ini terlalu kecil untuk meraihnya. Tubuh ini terlalu ringkih untuk menopangnya. Kaki ini terlalu lemah untuk melompat menggapainya. Jadilah aku hanya terdiam tak berdaya.

Awalnya masih berkeras : itu sudah terlanjur jadi impianku, aku harus mendapatkannya. Namun pada akhirnya aku ingat bahwa aku telah menyerahkannya pada Yang Maha Besar. Aku sudah bilang angan-impian itu untuk-Nya, maka terserah mau diapakan.

Ya sudah, mau bagaimana lagi?

Aku menghitung hingga tiba waktu yang tepat untuk menyerah. Menyerah, untuk tidak ingin dikatakan gagal.

Aku ingat, saat itu aku menangis dalam sujud, tetap berkata bahwa aku mempercayakan semua kepada-Nya. Impian itu sudah semakin tinggi, semakin tak teraih bagiku. Aku tak menemukan penghiburan selain kata menyerah yang menghantui. Sudahlah. Aku sudah melepaskannya. Aku tidak memintanya kembali, hanya meminta ‘ikhlas’ sebagai pengganti…

Ikhlas : Sudah, Allah, sekarang aku menurut dengan skenario-Mu. Biarkan impian itu tak teraih bagiku. Satu-satunya yang kupercaya tetaplah Engkau.

Berikutnya langit selalu mendung.

Mendung..

Dan hujan..

Aku berbaur di rintik hujan tanpa berani mendongak lagi..

Begitulah. Dramatis. Lalu penyelesaiannya?

Ada suasana seperti peristiwa kemunculan pelangi setengah lingkaran raksasa setelah hujan, atau seperti kunang-kunang yang melintas di tengah kegelapan. Seperti itulah yang ingin diberikan-Nya padaku : kejutan. Tak disangka-sangka. Membuatku kembali menangis dalam sujud, menyatakan betapa takjub diri ini atas pelanginya, kunang-kunangnya. Juga rasa terima kasih yang tiada habisnya. Dikembalikan-Nya impian itu padaku, bukan lagi dalam angan, tapi sungguh nyata, yang bagiku menjadi suatu bukti kebesaran dan cinta-Nya.

Sungguh, skenario Allah itu indaaah sekali...

Kau harus menyadari itu :’)
      edit

0 komentar:

Post a Comment

yuuk komen yuuk . . .