Skenario Allah itu indah sekali..
Pernah menyadarinya? :)
Ia membiarkanku bermimpi sedari dulu, dan aku menyusunnya
dengan penuh semangat hingga berderet-deret entah berapa. Aku selalu diajarkan
untuk percaya, dan menjadi pemimpi paling handal yang pernah ada. Imajinasi liar
berkonsiliasi denganku membentuk angan, lalu aku berserah. Dalam doaku selalu
terjadi serah-terima angan-impian dengan-Nya. Kuletakkan di pangkuan-Nya, dan
terkadang ku lupakan.
Waktu bertumbuh, semesta pun bergerak. Aku hanyalah sebutir
partikel di antara semesta-Nya. Aku sadar itu. Aku juga sadar bahwa impianku
begitu besar hingga sulit mengangkatnya dengan kedua tanganku; begitu tinggi
hingga untuk melihatnya aku harus mendongak. Tangan ini terlalu kecil untuk
meraihnya. Tubuh ini terlalu ringkih untuk menopangnya. Kaki ini terlalu lemah
untuk melompat menggapainya. Jadilah aku hanya terdiam tak berdaya.
Awalnya masih berkeras : itu sudah terlanjur jadi impianku,
aku harus mendapatkannya. Namun pada akhirnya aku ingat bahwa aku telah
menyerahkannya pada Yang Maha Besar. Aku sudah bilang angan-impian itu
untuk-Nya, maka terserah mau diapakan.
Ya sudah, mau bagaimana lagi?
Aku menghitung hingga tiba waktu yang tepat untuk menyerah.
Menyerah, untuk tidak ingin dikatakan gagal.
Aku ingat, saat itu aku menangis dalam sujud, tetap berkata
bahwa aku mempercayakan semua kepada-Nya. Impian itu sudah semakin tinggi,
semakin tak teraih bagiku. Aku tak menemukan penghiburan selain kata menyerah
yang menghantui. Sudahlah. Aku sudah melepaskannya. Aku tidak memintanya
kembali, hanya meminta ‘ikhlas’ sebagai pengganti…
Ikhlas : Sudah, Allah, sekarang aku menurut dengan
skenario-Mu. Biarkan impian itu tak teraih bagiku. Satu-satunya yang kupercaya
tetaplah Engkau.
Berikutnya langit selalu mendung.
Mendung..
Dan hujan..
Aku berbaur di rintik hujan tanpa berani mendongak lagi..
Begitulah. Dramatis. Lalu penyelesaiannya?
Ada suasana seperti
peristiwa kemunculan pelangi setengah lingkaran raksasa setelah hujan, atau
seperti kunang-kunang yang melintas di tengah kegelapan. Seperti itulah yang
ingin diberikan-Nya padaku : kejutan. Tak disangka-sangka. Membuatku kembali
menangis dalam sujud, menyatakan betapa takjub diri ini atas pelanginya,
kunang-kunangnya. Juga rasa terima kasih yang tiada habisnya. Dikembalikan-Nya
impian itu padaku, bukan lagi dalam angan, tapi sungguh nyata, yang bagiku
menjadi suatu bukti kebesaran dan cinta-Nya.
Sungguh, skenario Allah itu indaaah sekali...
Kau harus menyadari itu :’)
0 komentar:
Post a Comment
yuuk komen yuuk . . .