Wednesday, August 21, 2013

Published 2:53 AM by with 0 comment

I Feel Better

Istanbul Day #10

Okay, what's going on in my first week?

A lot of things happened!

I wanna try to write in Indonesian. I think there's something wrong in my brain. When I speak Indonesian too much, I can't find any English words, and when I speak English too much, it becomes so hard to speak Indonesian.

Minggu kemaren aku sama Tisa dapet jatah one-week off. Sebenarnya ini karena tempat prakteknya Tisa lagi pindahan makanya dia belum bisa praktek, dan SEO-ku bilang aku boleh libur juga nemenin Tisa. Yeyeye!

Minggu kemaren juga aku pertama kali bertemu dengan teman-teman SEP. Mmm, firstly, I'm very nervous. *it's honest, guys* Ini pertama kalinya aku menjajal kemampuan inggerisanku di negeri orang setelah sekian lama melupakannya. Dan ini adalah lingkungan baru yang sangat baru buatku. Orang-orang dari berbagai belahan dunia, yang terkadang menyebut namanya dengan benar saja aku tidak bisa, dan mungkin sama sekali tidak tau dimana posisi negara mereka di peta dunia. Mereka dari Taiwan, Malaysia, Serbia, Mesir dan beberapa tim SEP dari Turki. Ditambah lagi, mereka sudah pada akrab dan aku baru bergabung. Can you imagine? It's enough for me to be nervous. I'm not that brave anyway, I should confess it now. Jadilah aku seperti pengamat sejati di antara mereka.

"Okay, this is my first time. It's normal." batinku.

Tapi semuanya membaik ketika kami liburan weekend kemaren. Kami menjadi rombongan manusia berbagai etnis yang bersatu meninggalkan Istanbul demi mengambil kitab suci. Haha :p

Bye bye Istanbul!

Tujuan kami adalah Bursa - Manisa - Izmir. I didn't have any idea about those place even our Turkish friends tried to explain me something.


Three Destinations
PJ acara jalan-jalan ini adalah Cihad (baca : Jihad), teman Turkish kami yang terlihat senior. Ingat tokoh Farhan di film 3 Idiots? Nah, sekilas wajah Cihad mirip sama Farhan. Nanti Anda bisa memastikannya di foto.

Let's start with Bursa!

Sekitar 5 jam perjalanan darat dengan minibus dari Istanbul, kami tiba di Bursa. Kami mengunjungi banyak macam masjid di sana. Cami Ulul Jami', dan dua masjid lain yang aku lupa namanya. Setiap masjid menjadi saksi sejarah Islam di era Ottoman. Makam dari guru Sultan Ahmed, dan keluarga Celebi bisa kita temukan di sekitar masjid-masjid itu. So this is special for Muslim karena bisa sekalian ziarah.

Left to right : Mustafa, Ibrahim, Husna, Nigul, Chan, Biljana, Kubra, Chyntia, Tisa, Sevdenur, Sumeyye, Kubra *sorry I can't spell your name correctly, guys :(
 Itu foto di masjid pertama yang kami kunjungi di Bursa. Sangat sejuk dan indah. Sepertinya semua masjid di negara ini selalu dibuat seperti itu. Semua yang memasuki masjid harus menggunakan pakaian yang pantas. Jika tidak, orang-orang Turki tak segan mengingatkan.

Cihad, dengan koneksinya yang luas, selalu dapat memastikan kita mendapatkan tour-guide gratis. Entah itu temannya, entah itu hasil nguping dari tour-guide kelompok turis yang kebetulan melintas. Dan dia dengan senang hati men-translate ke bahasa Inggris. Kadang kami keterlaluan, Cihad sudah menjelaskan panjang lebar dan kami tidak mengerti dan tidak menunjukkan respon apapun. Ketika Cihad berlalu, baru kita ngomong satu sama lain, "I don't get it." dengan muka cengengesan.

Dan kita menyantap ini untuk makan siang....

Iskandar Kebap special from Bursa, yummy!
Aku dan Ammar berharap kita bisa menemukan Iskandar Kebap di negara kita masing-masing. 12 TL, mahal memang tapi saangaat lezat.

Kunjungan Bursa diakhiri dengan memandangi clock tower pertama di zaman Ottoman dan bendera Turki yang tiangnya tertinggi di seantero Turki. Setelah itu kami masuk minibus lagi dan pasrah saja dengan rencana Cihad karena dia tidak memberikan informasi apapun.

Manisa

Kami bangun dari tidur nyenyak di minibus sekitar pukul 11 malam dan baru menyadari bahwa ini bukan lagi Bursa, tapi kota lain yaitu Manisa. Jika ada yang melihat serombongan manusia berbagai etnis makan di restoran kecil di sudut jalan Manisa jam 11 malam, mungkin itu adalah kami. Rasanya ngantuk bercampur lapar itu... hmm, okay, just skip the dinner, kata Chan. Hahaha.

Our Late Dinner
Cihad adalah yang berbaju biru dan berkacamata. Bagaimana, mirip? :p

Setelah tertawa dan kenyang, tiba-tiba mobil menjemput dan hanya Husna, Kubra dan aku yang disuruh naik. Kata Kubra, aku dan dia akan nginep di sebuah flat malam ini.

"Whose flat?"

"Of course Turkish family's flat."

"Hah? You mean homestay?" aku membelalak. Sumpret, kagetnya pake banget. Tidak ada satupun yang bilang kalau kita homestay di Manisa. Aku pikir bakalan nginep di hotel biasa.

Aku dan Kubra diturunkan di depan apartemen dan dari lantai 4 ada keluarga kecil yang melambaikan tangan. That's our new family! Mereka benar-benar keluarga yang ramah. Begitu masuk flatnya, aku dan Kubra disambut salam cipika-cipiki hangat dari dua orang ibu-ibu dan tiga orang anak kecil.

Aku cuma bisa teriak-teriak ke Kubra, "What's the idea behind this all?"

Dan Kubra menjawab simpel, "Just trying to find somewhere to sleep."

Husna besoknya menjawab lebih simpel lagi, "Just because of Muslim family."


Aku merasa hangat di tengah-tengah keluarga kecil ini. Ibu yang ramah, tiga anaknya Zeynep, Meryama, Zehra. Meskipun aku ndak ngerti bahasa Turki sama sekali, aku tetap merasa nyaman. Mereka sudah menunggu dari jam 9, dan kami baru sampai sana jam 12 malam. Aku punya Kubra sebagai translater. Kata Kubra, mereka senang sekali aku bisa tinggal sama mereka :')

Kubra juga bilang Zeynep pengen coba-coba kemampuan bahasa inggrisnya, tapi satu-satunya yang dia bilang ke aku cuma, "How old are you?". Hahaha, okay keep trying dear.

Kita ngobrol sampai jam setengah dua, dengan ditemani puding enak saus jeruk, turkish delight, dan cay (teh) tentunya.
Behind (left to right) : Chyntia, Chyntia's Turkish mother, Zeynep | Front (left to right) : Zehra, Meryama

Ternyata semua ini adalah hasil kerja keras Cihad. Keluarga-keluarga yang menampung kami adalah kenalan dosennya Cihad. Dan orang yang mengantar-jemput kami dengan mobil adalah temen dosennya Cihad. Ckckck begitulah Cihad, mudah sekali menemukan koneksi.

Besoknya ketika kami semua berkumpul lagi di parkiran minibus, kami saling bercerita tentang keluarga baru kami dengan bangga. Semuanya, kecuali teman Taiwan kami, Chan. Dia satu-satunya yang tidak tinggal di rumah keluarga, tetapi di dormitory (asrama) sama Cihad. Dia punya cerita yang bikin kami semua ngakak tiada henti. Seperti apa ceritanya? Tunggu di posting selanjutnya yak!
      edit

0 komentar:

Post a Comment

yuuk komen yuuk . . .