Saturday, August 3, 2013

Published 11:25 PM by with 0 comment

Sejak Bulan dan Bintang Menatap Kita

Malam semakin larut. Di luar jendela segalanya hitam tak bercela. Hingga nanti mentari terbit, alam tetap akan konstan begini. Membuat hati menerka kegelapan. Naungan bintang-bintang tak sanggup lama ku tatap. Aku bukan lagi seorang yang suka menatap bintang dan berbaur di kegelapan. Aku lebih suka duduk dengan segelas susu hangat di balik jendela, membiarkan bintang dan bulan menatapku, mencari perhatian. Lalu kulihat sesosok makhluk menatapku dengan tatapan seindah bintang dan bulan, juga mencari perhatian. Untuknya aku menggeser tempat dudukku, memberinya ruang untuk berbicara, dan ku dengar. Lalu kita tertawa lepas hingga bintang dan bulan saling bertatap iri. Sulit sekali menyatakan rasanya. Yang jelas susu vanilla yang ku minum menjadi lebih manis dan kantukku tak lagi ku cari. Semoga segelas kopi yang diseduhnya juga menjadi lebih nikmat. Aku tak perlu lama mengenalnya, juga tak pernah menyesal mengenalnya.

"Aku masih seegois aku - entah bagaimana denganmu. Tapi aku rela meruntuhkannya untuk memberi ruang untukmu, untuk tetap mendengarmu, menatapmu, tertawa bersamamu. Bahkan mungkin kau ajak bersedih pun aku akan tetap bilang mau. Begitu saja. Dan sejak saat itu juga aku takut kehilanganmu, takut kau lupakan aku, takut kau pergi dari ruang yang telah ku beri. Kau, sahabatku, sejak bulan dan bintang menatap kita hingga selamanya." :)
      edit

0 komentar:

Post a Comment

yuuk komen yuuk . . .