Wednesday, July 14, 2010

Published 9:54 PM by with 0 comment

My Highschool, The Most Wonderful Place for Three Years

Part II

Setelah setaun di X-8, kita sekelas harus pisah karena penjurusan. Padahal waktu itu, Spudel lagi berasa kompaknya, apalagi waktu perpisahan kelas di Malang.

Temen-temen yang masih tetep sekelas sama aku yaitu ben, putri, pitung, ocid. Berarti itu tahun ke-5 aku sekelas sama yang namanya Ocid. Hahaha. Aku masih inget pas hari pembagian kelas di awal taun ajaran baru, Ocid sms gini, “chyn, kita sekelas lagi.haha” Wrr.

Kelas XI-IA 8 kemudian eksis dengan nama Balapan Keong. Di kelas ini aku bertemu dengan orang-orang yang (lagi-lagi) luar biasa, di luar batas kenormalan semua. Hwehe. Ada Ambon, Ageng, Agin, Ainun, Ajeng, Ben, Tom, Dharu, Devi, Dina, Pakde, Maia, Pitung, Faza,Injar, Indri, immada, marina, lidya, monta, windy, wildan, putri, luvy, pandu, rere, ajeng, ocid, deyu, sapari, Kiki, Suci, Susi, Rosa, Cupi, Leli, Ateng. Nggak cuma murid-muridnya, guru-guru pengajarnya pun juga luar biasa.

Hari pertama di kelas baru, aku duduk sebangku sama ben, di depanku ocid sama pitung, di belakangku devi sama putri. Tapi untuk hari-hari selanjutnya aku duduk sebangku sama lidya. Ambon sama Susi di belakangku, mereka berdua ribut mulu. Trus nggak tau sejak kapan, formasi tempat duduk berubah-berubah seenak hati. Jadi susah ngingetnya.

Jujur aja nih, pertama kali jadi anggota kelas ini, aku nggak betah. Maklum, belum terlalu kenal satu sama lain. Setiap ada kesempatan – entah itu waktu istirahat, jam kosong, sebelum bel masuk sekolah, pulang sekolah – aku selalu cepet-cepet kabur dari kelas dan mencari beberapa temen Spudel sejenis Dita, Amira, Karla, Dimas. Apalagi tiap pulang sekolah, anak-anak Spudel masih suka ngumpul di taman cinta. Wah, masih nggak pengen pisah deh pokoknya.

Kalo biasanya anak-anak kelas XI sibuk dengan urusan ekskul dan kegiatan organisasi, aku malah keluar dari ekskul. Hehe. Aku lebih suka menghabiskan hari Sabtu-ku dengan mbolang bareng regu mbolang dari Spudel dulu. Kita makin eksis. Dita menamai regu mbolang ini “Ekskul Mbolang Ilegal”. Anggota yang eksis nambah satu : Tyas.

Tapi setelah beberapa bulan, kita disibukkan dengan tugas-tugas yang bikin eneg, apalagi Karla, Dita dan Amira yang gurunya lumayan killer. Kegiatan mbolang pun terpaksa dikurangi. Yaah, mau gimana lagi.

Lambat laun aku bisa membaur dengan teman-teman sekelas. Aku pun mulai betah setelah menyadari betapa asyiknya kelas ini.Yeaah... :)

Banyak yang sudah aku tuliskan tentang kelas ini di catatan-catatan pribadiku. Tapi paling banyak adalah cerita sehari-hari yang wajar tapi tetap mengasyikkan, tentang usil dan isengnya temen-temenku. Mereka sering nyembuyiin sepatuku, sering bikin gosip-gosip, “nggojloki” sampe aku “ngenes”. Ada yang suka ngejitakin, ada yang suka bikin cegek, ada yang suka bilang “melek paaang..”, ada-ada aja. Mereka memperlakukan aku kayak anak kecil deh pokoknya.

Hzzz.

Salah satu momen yang seru bagiku adalah UAS. Selalu ada yang bisa diceritakan tentang UAS. Misalnya : pembagian tugas (aku dan Ben pilihan ganda, Devi dan Pitung essay), kertas jawaban dari Pitung yang susah dibaca (apalagi disalin), Ageng yang selalu santai selama ujian (saking santainya sampe sempet buka facebook pas ujian. Hzzz), jawaban ulangan bahasa Jerman anak-anak seruangan sama persis kayak jawabanku dan aku yang sering salah “ngerepek”. Hahaha.

Hari-hariku ceria bersama mereka. Meski banyak masalah, mulai dari level easy sampe expert, kisah kita masih tetap indah untuk dikenang. Melalui mereka, aku belajar untuk menyelesaikan masalah dengan cara baik-baik, menjadi lebih mandiri dan lebih dewasa. Dan yang penting, aku belajar untuk menjadi orang yang lebih terbuka. Dengan mereka-lah aku berani menceritakan mimpi-mimpiku, berbagi keluh-kesahku. Dan mereka pun juga merupakan pribadi yang terbuka.

Saat aku kelas XI, emosi lagi labil-labilnya. Banyak hal yang mengganggu perasaanku (tapi nggak mengganggu jiwaku kok, hehe). Aku jadi sering stres sendiri, menyendiri, negthink, nggak mudah percaya sama orang. Tapi begitu bercanda, tertawa sama temen-temen Keong, langsung bisa ceria lagi deh.

Aku sempet 'kaget' menghadapi kelas baru ini, terutama tentang temen-temen ceweknya nih. Yang mereka obrolin pasti nggak jaoh-jaoh dari barang-barang branded, diskon-diskon mall dan lain-lain yang terkesan live high lah. Nggak ada lagi obrolan tentang hal-hal 'freak', jurusan bemo dan komik baru. Jelas, aku memandang mereka sambil miring-miring. Eh, memandang miring maksudnya. Tapi itu dulu. Toh akhirnya aku bisa terbawa arus lagi, alias menyesuaikan diri.

Dan di tengah hiruk-pikuk kelas ini, aku menemukan temen mbolang baru. Lumayan lah, bisa mengobati kangenku pada jalanan, trotoar, bis kota, angkot dan hal-hal lain yang berbau petualangan. Temen Keong yang pertama kali aku ajak berpetualang adalah Rere dan Ainun. Lambat laun, beberapa temen lain juga menampakkan kesediaannya untuk mbolang. Heahaha.

Tahun yang penuh kesenangan itu segera berlalu. Kita semua naik kelas XII dan kita tetap Balapan Keong. Kali ini aku kasih gelar Senior Year di belakangnya.

Kita makin kompak, makin akrab, makin banyak kisah dan makin deket dengan UNAS.

Yeah, UNAS!

UNAS di imajinasiku adalah macan ganas di dalam kandang. Dia menggeram-geram, nakut-nakutin, bikin yang liat menciut. Ngeri deh. Dan bayangan itu terus berkembang dalam benakku. Lama-kelamaan, macan itu lapar. Kita, murid-murid yang udah ketar-ketir ini malah dimasukin kandang. Nggak ada celah sama sekali untuk kabur. Pilihan kita adalah pasrah dimakan si macan atau mencari cara untuk menaklukannya. Hii, emang enak dimakan macan. Lalu pada akhirnya, kita memilih untuk menghadapinya. Kita keroyok macan sialan itu kayak maling ayam ketangkep orang kampung, biar kapok. Dan kita menang! Yeahh.

Itulah UNAS yang kita hadapi bersama. Tentu saja dengan kekompakan yang khas Keong. Persiapan teknisnya mantap jaya, hasil pemikiran anak-anak Keong sendiri, terutama yang ahli strategi. UNAS sama sekali nggak menegangkan di IPA-8 (copas kata-katanya Sapari).

Eh, tapi gimanapun kita nggak monoton nyiapin UNAS kok. Kita masih ribet ikut lomba di sekolah, main, jalan-jalan, dan kegiatan asyik laennya.

Kita sempat punya kolam di depan kelas. Kita dulu seneeng banget punya kolam itu. Kita sering menghabiskan waktu di tepi kolam, ngobrol-ngobrol, nyanyi-nyanyi, foto-foto. Tapi sayangnya, ikan-ikannya mati secara estafet. Banyak hipotesis tentang penyebab kematiannya. Ada yang bilang ikannya keracunan serpihan cat dinding kolam; nggak betah diliatin sama orang banyak (apa hubungannya? -.-“); dan karena kurang gizi soalnya dikasih makan seminggu sekali, itu pun kalo Luvy inget bawa makanan ikan ke sekolah. Lebih parah lagi waktu bulan puasa & libur Idul Fitri, mentang-mentang manusia lagi puasa, ikannya juga disuruh puasa, nggak dikasih makan sama sekali. Gimana nggak kurang gizi coba? Beberapa bulan kemudian, kolam itu kembali terbengkalai seperti sedia kala.

UNAS pun segera berlalu.

Habis itu kita sibuk Ujian Praktek, Ujian Sekolah, Tes Masuk Perguruan Tinggi dan nyiapin perpisahan kelas. Aku dan beberapa teman lainnya diserahin tugas bikin film Keong. Aku yang waktu itu nggak banyak kerjaan langsung mau aja deh. Sebenernya ini tugas bersama, tapi pas awal-awalnya aku ngerjain sendiri. Prolog, epilog aku bikin sendiri, dengan bantuan catatan-catatan di buku harianku, pastinya dengan kata-kata lebai, biar romantis. Hahaha. Film Keong ini akhirnya dirilis juga setelah perjuangan panjang bersama Monta, Faza dan Ainun. Oh iya, Ben, Leli, Ocil dan Karla juga ambil bagian dalam finishingnya lho. Hehehe. Thanks a bunch!
Oh iya, namanya juga anak SMA, pasti punya kisah cinta. Dan masing-masing punya versi sendiri-sendiri tentang kisah cintanya. Aku dan temen-temen cewek nggak pernah bosan berbagi cerita ala teenagers ini. Mulai dari yang lucu sampe yang penuh konflik pernah diceritakan. Kalo ceritaku sendiri mbulet dan geje. Yang merasa temen-temen sekelasku pasti tau lah meski dikit-dikit. Gossip grows fast, right?

Momen terakhir bersama Balapan Keong adalah perpisahan kelas dan wisuda. Aku mencium bau-bau perpisahan yang berat di momen-momen itu. Udah terakhir kalinya aku melihat mereka di sekitarku. Udah terakhir kali...karena sejak Pak Abu mengukuhkan wisudawan-wisudawan di GOR 16, kita resmi jadi alumni, bukan anak SMA lagi.

Dan tahun ajaran berikutnya, aku nggak akan sekelas sama Ocid lagi.

Bermula di GSG dan berakhir di GSG (yang baru-baru ini ganti nama jadi GOR).

Now..

Sungguh terlalu banyak cerita tentang masa SMA yang ingin aku bagikan pada dunia (ceilee..). Suatu hari aku berharap bisa menuliskannya dalam novel kayak Ahmad Fuadi dan Andrea Hirata.

Semua euforia masa SMA berakhir sudah, bertransformasi jadi kenangan purba yang akan berkelebatan di sela-sela sel otak yang terus-menerus terisi.

Aku akan selalu merindukan masa-masa itu. Masa-masa penuh kejayaan. Masa-masa penuh cinta dan persahabatan. Masa-masa sekolahku. Hiks hiks. Srooott.

Okay, say goodbye to highschool, welcome to real life.
      edit

0 komentar:

Post a Comment

yuuk komen yuuk . . .